Share

BAB. 3 Istri Di Atas Kertas

Sesampai di hotel, hanya ada Keren seorang diri disitu. Ditemani oleh seorang pelayan perempuan suruhan Teo untuk membantu Keren melepas gaunnya.

"Maaf Nona Muda, perkenalkan saya Bi Siti pelayan di rumah Tuan Teo. Saya diperintahkan oleh Tuan Teo untuk menemani Nona di sini."

Keren hanya mengangguk, lalu pamit untuk membersihkan dirinya ke dalam kamar mandi.

Setelah beberapa saat di dalam kamar mandi, Keren ke luar dengan menggunakan baju tidur, di meja sofa sudah terlihat berbagai macam hidangan di sana.

Ponselnya berdering, ada pesan masuk dari Teo untuk menyuruhnya makan dan jangan menunggunya untuk datang karena saat ini Teo sedang sibuk.

Yap, memang benar Teo sedang sibuk saat ini, tepat bersebelahan dengan kamar istrinya, dia telah menyewa sebuah kamar, dan saat ini terlihat dua orang perempuan. Entah apa yang akan dilakukan oleh kedua perempuan bayaran itu, yang pasti, tentu saja untuk memuaskan nafsu Teo.

Sementara itu, Keren sedang makan ditemani oleh Bi Siti.

Waktunya untuk tidur, Keren mencoba untuk tidur namun dia tidak dapat memejamkan matanya. Tiba-tiba air matanya terjatuh, di malam pengantinnya dia tidur sendiri. Sedangkan Teo yang sudah sah menjadi suaminya entah kemana rimbanya.

Keren meratapi nasibnya di awal pernikahan saja, Teo sudah menunjukkan sifatnya.

Diam-diam Keren sedikit percaya dengan perkataan temannya Lusi, yang mengatakan jika Teo suka bermain perempuan.

Pagi harinya, Keren bangun. Dia kembali mendapati jika di meja sofa sudah tersedia berbagai masakan lezat dan Bik Siti sudah tidak ada lagi di kamar itu.

Dengan malas, Keren melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Teo terbangun dan melirik arlojinya. Dia langsung bangkit dari tempat tidur dan segera mandi, setelah selesai mandi dan berpakaian, pria iru langsung menuju kamar di mana Keren berada.

Sedangkan kedua wanita itu, setelah memuaskan Teo, mereka segera di usir dari kamar itu oleh Teo sendiri.

Tepat saat Teo sampai ke kamar Keren berada, ponselnya berdering, terlihat jika ibunya melakukan panggilan video, Teo langsung mengangkatnya, dan beruntungnya juga Keren selesai mandi, dan terlihat handuk di kepalanya yang menandakan ia keramas.

Keduanya pun bersandiwara di depan ibunya Teo, Nyonya Dina.

Setelah memastikan jika mereka telah menghabiskan malam berdua, Nyonya Dina mematikan panggilan video itu.

"Sudah selesai mandinya? Yuk sarapan, setelah itu kita bicara."

Mereka pun makan dalam diam, Keren mencoba menjadi istri yang baik kepada Teo. Dia mencoba melayani suaminya di meja makan.

Namun Teo sama sekali tidak menggubris Keren. Pria itu malah menyendokkan nasinya sendiri.

Melihat itu Keren kaget, namun dia mencoba biasa saja.

Setelah selesai sarapan, Teo mengajaknya berbicara,

"Gue harap, Lo jangan terlalu berharap dengan pernikahan ini."

"Maksudmu, apa Teo?"

"Pernikahan ini hanya sebatas di atas kertas dan bagiku tidak ada gunanya sama sekali! Jadi gue harap, lo bisa diajak kerjasama."

Keren semakin tidak mengerti dengan perkataan Teo.

"Jangan pura pura tidak mengerti Lo! gue menikahi Lo hanya karena desakan dari orang tua gue dan karena adanya kerjasama bisnis semata! Ya, bisa dikatakan pernikahan ini hanyalah pernikahan bisnis saja."

"Tapi Teo, Kamu sudah berjanji di hadapan Tuhan dan pemuka agama juga disaksikan oleh banyak orang, kalau kita ini sudah menikah."

"Ya memang, kita sudah menikah! Siapa bilang kita belum menikah? Hanya saja Lo hanya istri di atas kertas!"

Mendengar perkataan Teo yang menusuk itu, seketika air mata Keren menetes.

"Teo, jika kamu hanya menganggapku istri di atas kertas, mending kamu ceraikan aku sekarang juga!"

"Ha-ha-ha, tidak akan! Itu sama saja dengan bunuh diri, dan kerajaan bisnis gue akan hancur!"

Air mata Keren semakin deras, "jadi untuk apa kamu melibatkan ku di pernikahan ini Teo? Apa salahku?"

"Kalau soal itu, jangan tanya guelah! Tapi tanya bokap Lo!"

"Lo tenang saja, gue tidak akan menyentuh Lo sama sekali! Lo bisa pegang omongan gue ini!"

"Berhentilah menangis, jangan cengeng, terimalah keadaan ini! lagian kan, Lo sudah memiliki kekasih, silakan kalian berhubungan. Gue nggak larang Lo, hanya saja Lo harus hati-hati jangan sampai ke empat monster itu tahu!"

"Gue sudah putus dengan dia Teo, demi pernikahan ini!" Keren tiba-tiba menatap tajam ke arah Teo.

"Ha-ha-ha siapa suruh Lo mutusin pacar Lo? satu lagi, mulai hari ini kita akan tinggal di apartemen, kalau nyokap gue menyuruh kita tinggal di rumahnya, Lo jangan pernah mau! ini alamat apartemennya, gue sengaja mencari apartemen yang agak privasi biar tidak terlalu banyak orang yang mengetahui kehidupan pribadi kita."

Keren tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya mampu mengikuti maunya Teo.

Karena Teo mengancam jika terjadi perceraian diantara mereka itu sama saja menghancurkan bisnis ayahnya Keren.

"Ini kunci mobilmu, Teo menyodorkan sebuah kunci kepada Keren."

Namun Keren tidak menerimanya,

"Aku nggak butuh! Aku memiliki mobil sendiri!"

"Ha-ha-ha, lo harus terima, jangan sampai keempat monster itu tahu!" Tiba-tiba Teo meraih kasar tangan Keren dan meletakkan kunci mobil itu di tangannya.

"Mereka itu orang tua kita Teo! bukan monster!"

"Ha-ha-ha terserah, bagiku mereka adalah monster yang membuat Lo dan gue di posisi sekarang ini!"

"Gue pergi dulu, mobil buat Lo ada di depan hotel. Lo langsung ke apartemen, gue ada perlu sebentar. Gue akan ke apartemen agak malam, ingat, jika ada yang menelpon jangan di angkat! Lo chat saja jika kita sedang ke Bandung, dan menginap tiga hari di sana." Setelah berkata begitu. Teo langsung pergi dari situ.

Tinggal Keren sendiri di sini. Dia lalu mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam koper dan berlalu dari kamar itu.

Pagi itu, Keren memakai kaca mata hitam, agar semua orang tidak mengenalinya.

Sesampai di parkiran hotel yang terletak di basement, dia melihat jika ada sebuah mobil merk terbatas yang di peruntukkan Teo untuknya sebagai hadiah pernikahan.

Keren sama sekali tidak terkesan sedikitpun dengan hadiah mobil itu, karena dia sudah sedikit tahu tentang perangai Teo.

Namun Keren tidak berdaya untuk melawan, karena dia pasti akan dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.

Saat ini, Keren sudah masuk ke dalam mobil dan mencoba untuk menyetir mobil tersebut. Namun pada saat dia hendak membelok keluar, ada seseorang yang lewat dengan tiba-tiba, nyaris saja Keren menabrak orang itu. Untung saja dia banting setir dan menabrak tembok pembatas parkiran, alhasil dahinya terbentur dashboard mobil.

Dengan sedikit terhuyung Keren ke luar dari dalam mobilnya dan melihat orang tersebut berusaha berdiri.

"Apakah Anda tidak apa-apa, Tuan? Seru Keren khawatir.

"Kalau nyetir, Anda hati-hati dong!" Seketika pemuda itu menghentikan kalimatnya dan melihat wajah Keren yang cantik laksana bidadari surga.

"Halo, Tuan. Apakah Anda baik baik saja?" tanya keren bingung, karena pemuda di depannya tiba-tiba bengong.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status