“Sudahlah, aku tau kau menginginkanku. Itu alasannya kau menyelamatkanku. Ayo, kita habiskan waktu bersama.” Ucap Diana dengan santai dan duduk di sofa dengan posisi sangat menantang. Dia wanita yang berpengalaman. Dengan posisinya yang menggoda tak mungkin seorang pria tak menginginkannya. Dia menatap wajah Alex yang terus menatapnya dengan tajam. Diana menghitung mundur. Dia yakin dalam hitungan kedua, Alex pasti akan menyerangnya dan membawanya ke puncak nirwana. Sudah cukup lama Diana tak melakukannya. Dia sudah sangat rindu akan belaian seorang pria.Sayangnya dugaannya meleset. Alex memang mendekatinya tapi bukan untuk menghabiskan waktu bersama. Dia menekan leher Diana hingga wanita itu merasa sesak nafas.“Aku menyelamatkanmu bukan karena menginginkanmu. Tapi karena aku tidak mau tuan Rangga masuk penjara. Aku sudah memperhitungkannya dengan matang. Kau sangat licik pasti bisa melakukan apapun!” Alex melepas tangannya dengan kasar. Dia lalu mengambil ponsel dan memberikannya k
“Kemana?”“Kantor polisi.”“Apa kau mau memenjarakanku?” tanya Diana dengan wajah yang memucat.“Itu tergantung dirimu. Kalau kau mau menuruti semua kata-kataku, aku pastikan kau akan selamat dari hukuman. Tapi kalau kau menghianati, aku pastikan kau takkan pernah menghirup udara bebas lagi!” jawab Alex penuh dengan ancaman.“B-baik, aku ganti pakaian dulu. Apa Marchel boleh ikut denganku? Aku takut terjadi apa-apa dengan anakku.” tanya Diana kembali.‘Marchel urusan nanti. Aku jamin, dia aman di sini.” Jawab Alex mantap.Alex dan yang lainnya keluar dan menunggu Diana yang sedang bersiap-siap.Setelah Diana siap, tanpa membuang waktu Alex segera membawa Diana menuju kantor polisi.****Alex tiba di kantor polisi. Tanpa membuang waktu, dia lalngsung membawa Diana ke hadapan tuannya dan juga petugas.“Pak polisi. Saya membawa nyonya Diana. Keadaannya baik-baik saja. Semua tuduhan pada Tuan Rangga adalah fitnah.”Ucapan Alex mengagetkan Rangga dan Rania. Mereka yang sedang duduk berdamp
BAB 8O“Mas,” sapa Rania kepada suaminya.“Hmm.” Jawab Rangga mesra sambil menggenggam erat jemari Rania.“Kok diana masih hidup, ya. Bukannya kau telah menghabisinya?” tanya Rania dengan hati-hati.“Itulah yang sedang kupikirkan sayang. Aku sendiri yang mendorong tubuhnya ke jurang dan terseret ombak. Bagaimana mungkin dia bisa menyelamatkan diri tanpa bantuan orang lain.” Tatapan Rangga menerawang. Benar-benar tak habis pikir. Seperti punya nyawa dua saja wanita itu.“Kenapa bisa bersama Alex?” tanya Rania kembali.“Aku juga tak tahu. Alex tak pernah cerita apapun padaku.”“Apa Alex punya maksud lain terhadapnya?”“Aku masih belum bisa meraba-raba. Aku sangat mengenal Alex. Tak mungkin dia melakukan hal yang membahayakan tanpa tujuan yang besar. Sudahlah, tidak usah dipikirkan sekarang. Kita harus fokus kepada pernikahan kita. Semoga takkan ada lagi halangan.” Rangga membelai pipi Rania dengan lembut, lalu mengecup keningnya.Tibalah Rangga dan Rania di rumah. Tak mau membuang wakt
“Iih, aku kan belum jawab.” Rania memprotes suaminya. Namun saat matanya terbuka, dia sangat terkejut dengan pemandangan di hadapannya. Langit indah yang bertabur bintang menemani purnama yang bersinar terang. Suasana sepi dan indahnya gemerlap lampu ibukota yang meliuk dengan indah. Semua menyilaukan mata. Indah sekali, bak berada dalam negeri dongeng.“Kita berada di mana?” tanya Rania pada suaminya.Lengan kekar itu kembali melingkar di perutnya. Rangga membisikkan kata mesra. “Kita sedang berada di surga. Lihatlah ranjang yang ada dalam kamar. Tempat itu yang akan membawa kita ke dalam surga yang sesungguhnya.”Rania mencubit lengan suaminya. Pipinya merah merona. Debaran jantungnya kian kencang. Benarkah ini bukan mimpi. Pria tampan yang ada bersamanya benar-benar nyata. Apakah kebahagiaan ini juga benar-benar nyata. Rania ingin bertanya langsung kepada suaminya. Dia lalu membalikkan badan dan berhadapan dengan suaminya.Debaran pada jantungnya kian menguat saat tatapan mereka be
Sudahlah tak perlu mengingat masalalu yang hanya akan menyesakkan dada. Kini rangga hanya akan terfokus kepada satu-satunya istri yang sangat di cintainya.“Mas mau ngapain?” tanya Rania ketakutan.“Ya mau kamu lah.” Jawab Rangga meledek sang istri sambil membelai pipinya.“Iih jangan sekarang. Tadi janjinya gimana?” Rania menepis tangan Rangga pelan dan menagih janji suaminya.“Janji yang mana ya?” Rangga berpura-pura lupa.“Iih jangan pura-pura lupa deh.” Jawab Rania kesal. Dia lalu melangkah melewati suaminya dengan kesal. Namun dengan sigap Rangga menghentikannya dan menggendong tubuh sang istri. Awalnya Rania menolak. Lama-lama, terdiam lalu melingkarkan lengannya pada leher sang suami. Tatapan keduanya beradu dan saling menikmati wajah yang kian mempesona.Rania terlihat memasrahkan diri. Dalam diam, dia meletakkan kepala pada dada bidang sang suami dan memejamkan mata. Rangga memahami kode sang istri. Dia lalu meletakkan tubuh sang istri di atas ranjang. Tak lupa Rangga menutup
“Apa mungkin Rania berbohong. Benarkah dia sudah pernah melakukan sebelum denganku?” Hati Rangga diliputi kebimbangan. Walau dia sendiri yakin dan percaya sepenuhnya, tetap saja hal itu menjadi ganjalan dalam hatinya.“Sayang, lagi ngapain?” Rania memeluk tubuh suaminya dari arah belakang. Dia mulai agresif terhadap sang suami. Tak ada rasa malu. Dia sudah menyerahkan dirinya secara utuh dan tak ada sekat lagi antara keduanya.“Aku .... aku ....” Rangga tak meneruskan ucapannya. Tangannya meremas seprei dengan keras. Wajahnya menegang.“Aku sudah memasak hidangan special untukmu. Sup ayam hangat dan nasi merah kesukaanmu. Kau pasti suka. Aku akan membuat perutmu menjadi gendut.” Rania mencubit perut suaminya dan mengitiknya. Sang suami tak merespon. Dia hanya menyingkirkan lengannya. Rania terkejut dengan respon sang suami. Tak biasanya dia seperti ini. Apalagi setelah malam indah yang sudah mereka lalui bersama. Tak mungkin suaminya berubah secepat itu.“Ada apa sayang?” Rania meliha
BAB 84“Aku menerimanya, Rania. Aku tak marah dengan tamparan ini. Aku tetap menanti kejujuranmu, hingga aku tak salah dalam menentukan langkah yang akan kuambil.”“Baik. Akan aku katakan yang sejujurnya kepadamu. Tapi dengan satu syarat.” Ucap rania dengan penuh emosi. Sorot matanya sangat tajam, seolah siap membakar tubuh siapapun yang ada di hadapan.“Apa?”“Apapun yang akan kukatakan nanti, kau tetap harus memenuhi permintaanku!” jawab Rania dengan tegas. Dia menghapus airmata di pipi.“Selama bisa kulakukan, akan kupenuhi.”“Baiklah. Tapi sebelumnya, dengarkan seluruh perkataanku tanpa memotongnya. Kau setuju?!”“Iya, aku setuju.” Rangga menundukkan kepala.“Aku mau menikah denganmu, karena kupikir kau orang yang baik. Walau kita berbeda kasta, tapi kau tak pernah memandangku rendah. Itulah alasan kenapa aku mau menikah denganmu. Selain ketampananmu, kebaikanmu telah membuatku jatuh cinta. Mencintaimu adalah nafasku. Menikah denganmu adalah hal yang paling indah dalam hidupku. N
BAB 85“Buka pintunya! Kau sudah berjanji untuk memenuhi keinginanku! Cepat atau aku akan bunuh diri di hadapanmu! Aku akan menggigit lidahku sekarang juga” rania tak main-main dengan ancamannya. Dia menjulurkan lidah sedikit demi sedikit.“Cukup Rania. Jangan sakiti dirimu. Aku akan penuhi permintaanmu. Tapi hanya membuka pintu saja. Aku takkan pernah menalakmu sampai kapanpun.”“Aku tidak peduli. Cepat buka pintunya!”Rangga segera membuka pintu dengan keycard. Setelah berhasil, dia menyandarkan tubuhnya pada pintu sejenak sembari memejamkan mata. Kakinya terulur ke depan hingga menutupi jalan.“Tolong, beri aku jalan.” Pinta Rania.Rangga membuka mata dan menatap wajah wanita yang sangat di cintainya. Baru semalam kebahagiaan diraihnya. Puncak asmara berhasil digapai dengan bermandi peluh dan keindahan. Kini kenapa bisa semudah itu lenyap. Kebahagiaan hanya sudi mampir sejenak dalam kehidupannya. Semua karena kebodohannya. Ketidakpercayaan sudah menghancurkan pernikahan yang masih