Saat menginjak lantai kamar kosnya, Hana mendadak merasa asing. Dunianya tak lagi sama. Padahal, belum satu bulan ia meninggalkan rumah kos yang telah ditinggalinya sejak kuliah semester pertama. Beberapa teman satu kos menyambutnya gembira, lalu menanyakan kabar tentang Prisha yang baru saja kematian neneknya. Hana menjawab seperlunya, sebelum minta izin untuk istirahat.Usai mandi dan bersalin baju, ia rebahan sambil mengecek ponsel. Ada pemberitahuan pesan masuk dari Musuh Abadi. Terkirim sekitar 20 menit lalu.[Malam ini aku free. Siap-siap, ya, aku mau apel ke kosanmu]Hana tersentak sampai ponsel terjatuh dari tangannya. [Apa maksudnya, nih?] Gadis itu membalas chat setelah mengumpulkan ketenangannya yang sempat berantakan.Tak ada balasan chat dari Reza. Hana jadi gelisah. Kalau apel yang dimaksud pemuda itu serupa kunjungan pacar, itu bahaya! Teman-teman kosnya bakal punya bahan gosip. Kakak tingkat yang satu organisasi dengannya pasti akan ribut pula. Hana tak kuasa membayan
“Apa dia udah diapa-apain?” kejar Hana, penasaran.“Dia gak pernah cerita sejauh itu. Tapi ... mungkin aja, sih. Soalnya, patah hatinya ngeri.” Sang kakak tingkat menjawab sambil bergidik ngeri.Hana muntab lagi. Ia beristigfar sambil mengelus dada. “Kudu gue kasi pelajaran ni orang.”Gadis itu pergi dengan langkah lebar ke ruang tamu kos. Ia membuka pintu dan menemukan Reza sudah duduk di beranda. “Udah dibilang, jangan ke sini!” bentak Hana. “Hana beda ama cewek-cewek yang pernah Kak Reza godain! Hana bukan cewek yang gampang diisengin!”“Iseng?” Reza tersenyum santai. Lelaki muda itu berdiri, lalu menunjuk cincin emas yang melingkar cantik di jari manis kanan Hana. “Buat apa ngisengin istri sendiri?”“Kak Reza suka PHP-in cewek! Pasti sering ngelecehin juga!”Wajah tampan Reza berubah kemerahan. “Itu masa lalu. Pelampiasan sakit hati gara-gara salah paham terhadap sikap ibu. Aku sempat membenci cewek-cewek yang gampang tergoda. Memberi mereka harapan. Lalu, kutinggalkan supaya nge
“Hana siap belajar keras supaya lulus ujian kompetensi. Bukankah itu syarat lulus koas?”“Aku punya syarat khusus.” Reza tersenyum misterius. “Meski nanti kamu pindah-pindah stase, semua laporanmu harus dapat tanda-tanganku. Syarat dapat tanda tangannya mudah.”Hana menatap curiga. “Jangan-jangan syarat mesum, nih ....” “Istriku sangat mengerti diriku.” Dokter Reza menyeringai. “Aku suka ini.” Jemari pemuda itu menowel bibir Hana seenaknya.Hana menatap berang. “Apa semua koas cewek dibeginiin?” Gadis itu menangkis keras tangan Reza yang menyentuh bibirnya.Reza sedikit meringis. Ngilu.“Aku nggak serendah itu, Hana. Kan udah aku bilang, berhubung aku suamimu ... jadi aku ngerasa permintaanku wajar.”“Minta yang lain aja. Jangan syarat itu.” Hana keberatan. “Ah, mestinya kamu bersyukur, aku gak minta ‘itu’. Tapi .... melihat niat menolakmu, tetiba aku jadi berubah pikiran.” Reza maju setapak. “Aku jadi pengen ....”Hana waspada dan sigap memasang kuda-kuda.“Eh, ada cecak jatuh ke r
“Bantu Hana meyakinkan Dokter Reza bahwa Hana nggak suka ama dia.”“Wah, ngetes apaan? Itu namanya bukan ngetes, tapi nolak!”Serangan protes pun meluncur keluar dari mulut para bidan. Mereka keberatan. Rata-rata sontak menggeleng sambil menautkan alis, tak setuju. Sebagian kecil memandang tak suka. Mereka menganggap Hana kurang bersyukur. Cemooh bernada bullying pun bermunculan. Kentara sekali, mereka memihak Dokter Reza.Hana sangat kecewa.Melihat situasi tersebut, Keyko memutar bola mata. Ya ampun, dunia sudah terbalik. Penjahat dibela, gadis lemah tertindas malah di-bully. Batinnya, gondok.“Hellow, Kakak-Kakak Bidan, monmaap, ya. Yang namanya penjahat itu, sekalipun ganteng, humble, and friendly, tetep aja penjahat. Jangan sampe terpalingkan ama visual Dokter Reza. Hana itu calon korbannya! Apa kalian tega adek koas imut dan polos gini di-PHP? Harusnya kita bantu Hana ngasi pelajaran ama Dokter Reza, biar kapok ngasi harapan palsu ke cewek!” Kakak-kakak bidan terlihat ragu. Mer
Hana merasakan denyut penyesalan di hatinya. Ia terpaksa menolak Akmal, meski cukup menyukainya. Namun, penolakannya bukan karena telah terikat dengan Reza atau karena Reza lebih baik dari Akmal.Keputusannya mungkin tidak akan berbeda jika Akmal datang lebih dulu. Hana bukan pilih-pilih pasangan, ia hanya belum ingin menikah. Meski kadang ia khilaf membicarakan cowok dengan Keyko si ratu pacaran, bukan berarti Hana serius memikirkan pernikahan. Ia pernah terhasut Keyko untuk meminta dikhitbah salah satu kakak tingkat keren dan baik hati, lalu berakhir gagal. Sebab si cowok merasa dipermainkan. Insting cowok itu betul. Hana memang cuma main-main.“Kak Akmal, maaf ....” Hana menangkupkan sepasang tangan. “Jawabannya tertunda lama. Saya sedang ada masalah. Belum bisa menikah dengan siapa pun dalam waktu dekat, kecuali masalah itu selesai.”“Saya masih menunggu jawabanmu. Saya harap rumor yang saya dengar itu tidak betul ....”Sikap Akmal tegas, tanpa basa-basi. Suaranya khas aktivis ka
Hana tidak tahu, berapa jam sudah ia tertidur. Yang jelas, begitu bangun, ia menemukan dirinya sendirian di sebuah kamar yang wangi. Tempat tidurnya bertabur bunga-bunga mawar. Gadis itu terkejut. Siapa yang memindahkannya ke sini? Hawa dingin AC, merindingkan bulu kuduknya. Ia menyilangkan sepasang lengan di depan dada. Seketika Hana menyadari, pakaiannya telah berganti. Bukan lagi gamis berlapis snelli, melainkan gaun tidur berenda cantik transparan.“Hana ....”Satu panggilan rendah magnetik, sedikit serak, mengalun ke telinganya. Hana berpaling dan menemukan Reza sudah di sisinya. Pemuda itu duduk, menatapnya tenang dan dalam. “Kedinginan?” Reza bertanya lembut begitu melihat sedikit Hana menggigil. Ia meraih selimut bed cover. Lalu, menyelubungi sekujur tubuh Hana dengan selimut itu.Gadis itu tak bersuara, hanya memandang dengan binar tanya di matanya. Selimut ia rapatkan kuat-kuat menutupi tubuh dan kepalanya, menyisakan bagian muka.“Maaf, ini ulah nenek.” Reza mengganjur
Reza mencengkeram sepasang bahu Hana untuk menahan gerakannya, lalu menatap lurus-lurus ke matanya.“Sadar, nggak, yang kamu lakukan?”Nanar, Hana membalas tatapan Reza. “Kak Reza serius ngejar Hana?” Suara gadis itu lemah dan selembut desir angin.Reza berdebar-debar menyaksikan mata bintang istrinya yang meredup dan sayu. Ditangkupnya sepasang pipi Hana. “Serius.”Hana memejamkan mata. Rasa gerah di tubuhnya, mengalahkan dinginnya AC. Anehnya, kenyamanan muncul saat ia berdekatan dengan Reza. Hana berusaha menekan keinginan tak wajar itu. Bukankah ia membenci Reza? Bukankah ia ingin menghindar sejauh-jauhnya?“Kamu takut aku mencampakkanmu? Tak percaya padaku?” tanya Reza.Hana mengangguk. Lalu, membuka mata dan mendorong tubuh Reza. Pikiran jernihnya kembali walau hanya seujung jari. Reza tersenyum pahit, menyembunyikan rasa terpukul di hatinya. Wajar Hana tak percaya padanya. Niat awalnya memang seperti itu. Namun, siapa yang Maha Kuasa membolak-balikkan hati manusia? Getaran c
Sebakda Subuh, Hana mendapatkan pakaian ganti dari pelayan rumah keluarga ningrat Reza. Pelayan yang mengantarkan pakaian memperlihatkan ekspresi bahagia. “Mbak Hana dan Mas Reza, ditunggu keluarga untuk sarapan di ruang makan.” Si pelayan berpesan sebelum meninggalkan kamar. “Jangan mengejarku lagi.” Hana berkata dingin kepada Reza, usai berpakaian rapi. “Kamu udah dapetin yang kamu mau.” Kalimatnya formal dan sikapnya kaku seperti menghadapi orang asing.“Hana, kamu merendahkan aku.” Reza betul-betul tersinggung. “Sama sepertimu. Ini yang pertama bagiku.”“Anggap saja malam ini nggak terjadi apa-apa.” “Nggak terjadi apa-apa?” Hati Reza tercubit. “Hana, kamu keterlaluan!”“Tolong, Dok. Jauhi aku. Jangan membuatku tambah membencimu.” “Aku akan tetap mengejarmu.”“Please ....” Mata besar Hana kembali berair. “Jangan siksa aku lagi.” Gadis itu menengadah, agar embun bening yang melayang di pelupuknya tidak jatuh. Dilema batinnya terasa menyesakkan dada. Ia menunjukkan kemarahan pad
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa