Tidak terasa aku sudah seminggu bekerja dengan Nyonya Halimah. Selama bekerja dengan dia aku mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Makan yang cukup serta dia memberikan pakaian yang banyak kepadaku. Baju-baju Melayu yang panjang serta kerudung. Nyonya Halimah juga memerintahkan kepadaku jika aku sedang keluar rumah maka harus mengenakan kerudung tidak boleh seperti ini. Aku sangat beruntung sekali mempunyai majikan seperti dia. Walaupun ucapannya sangat keras namun dia sangat baik. Begitu juga dengan anak-anak mereka. Walaupun anak bos tapi tidak pernah memerintahkan hal yang buruk kepadaku. Mereka selalu mengerjakan pekerjaan sendiri. Seperti mengambil handuk dan melipat baju.Aku sudah tidak mengingat anak-anakku di rumah. Do'aku agar krasan dan segera mendapatkan gajian. Sehingga aku bisa mengirim uang untuk membeli susu Zaki.Apa yang kita impikan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah 2 minggu aku bekerja di sana terjadi sesuatu yang tidak kusadari. Mungkin menurutku t
Aku mencoba sabar dan pasrah dengan musibah yang aku alami barusan. Bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Toh, tidak bisa diulang. Orang yang kuanggap baik hati nyatanya lebih tega dari orang keturunan. Bahkan dia tidak memberikan kesempatan untuk tahu apa alasan mengembalikan pada agency penyalur tenaga kerja. Bagaimana cara menghubungi keluarga di rumah. Tidak memegang Hp bahkan uang saja tidak ada hanya ada beberapa dollar Singapura sebagai pegangan. Bagaimana kalau kelaparan di negeri orang. Untung saja Mom Kristin tidak marah denganku. Dia mau mencarikan majikan yang baru untukku. Di dalam ruang tunggu bertemu dengan teman yang dari beberapa daerah di Indonesia. Ada orang Sunda, Jawa bahkan orang Lampung. Mereka mempunyai nasib yang sama denganku. Bahkan ada yang baru seminggu dikembalikan pada agency karena tidak bisa menggosok baju dengan benar. Banyak yang beranggapan kalau kerja di luar negeri itu sangat enak dan mempunyai uang yang banyak. Faktanya banyak sekali yang m
Aku menarik koper bajuku dan menyimpannya bersama dengan koper teman yang lain. Ternyata banyak juga para TKW yang dipecat oleh majikannya. Ada juga yang kabur ke agency karena tidak kuat menjalankan pekerjaan yang sangat berat. Mereka memilih kabur daripada harus bekerja seperti budak saja. Wajah-wajah lesu dan lemah terpancar dari wanita-wanita itu. Tidak terkecuali salah satu wanita yang stress dan frustasi karena dugaan pelecehan terhadapnya. Dia langsung menuju ke pojo ruangan yang menghadap pada jendela luar.Penampungan itu adalah sebuah ruangan yang cukup luas tanpa sekat. Hanya satu kamar utama yang pintunya terkunci. Ada dapur besar dan kamar mandi yang cukup besar. Di dinding tertempel lemari. Sementara atasnya sudah penuh dengan koper. Masing-masing lemari gantung itu sudah ada nomer dan kuncinya masing-masing. Kebetulan aku pas datang kesana sudah tidak kebagian lemari. Koperku tak taruh di atas lemari itu.Mbak Yuni segera memerintahkan untuk menyapu dan membersihkan rua
Ternyata penampungan di situ memang sangat angker. Bukan sekali atau dua kali bahkan sering mereka diganggu oleh makhluk yang menghuni tempat itu. Mereka kemudian berkumpul dan langsung menggelar kasur lantai. Takut ada sesuatu yang akan menganggu padahal masih sore. Pantes saja, mereka tidak berani sendirian pergi ke kamar mandi ternyata itu sebabnya. AKu hanya diam, ikut menggelar kasur lantai di samping Tina. Sementara gadis yang agak gila itu tidak boleh tidur bareng dengan teman yang lain.Mbak Yuni berpesan sebelum tidur agar mengunci pintu ruangan dan menyembunyikan semua pisau atau gunting. Takut gadis itu kilaf dan menggunakan untuk mencelakakan orang lain. Kenapa tidak langsung dibawa ke rumah sakit jiwa sih. Mengapa harus disembunyikan. Benar-benar tidak beres agency yang aku ikuti ini.Sampai malam kami tidak bisa tidur hanya terus bercerita untuk mengisi waktu luang. Menunggu gadis itu tidur dan aman."Tin, kenapa kamu betah sih dengan agency yang seperti ini?" tanyaku sa
Aku menyanggupi untuk bekerja pada majikan yang ditawarkan oleh Mom Kristin. Yaitu menggantikan pekerja yang baru saja di interminit majikan karena tidak bisa bekerja. Tidak ada pikiran dan buruk sangka pada majikan itu yang penting aku segera mendapatkan pekerjaan yang baru tidak tinggal di penampungan yang tidak layak itu."Aku siap, Mom," jawabku ketika berada di ruangan Mom Kristin."Baiklah kalau begitu. Kamu siap-siap karena akan ada orang yang akan menjemputmu," ujar Mom Krsitin.Kemudian dia menyodorkan kertas untuk aku tanda tangani. Setelah semuanya beres aku menuju ruangan untuk menyimpan koper dan semua peralatanku. Tina ikut bersamaku dan memeluk dengan pelukan erat."Mbak, bagaimana aku bisa menghubungimu karena tidak ada Hp yang bisa dihubungi," ujar Tina sedih."Udah gak papa, Tin. Semoga pertemuan ini menjadi kisah yang indah bahwa kita pernah berteman dan bertemu di sini. Kalau boleh aku minta alamat desamu. Siapa tahu suatu saat aku bisa main ke rumahmu," ujarku men
"Mbak, kerja jangan bengong saja!" tegur Ida ketika aku hanya melihat perabotan mewah yang ada di dapur itu."Mbak Ida, semua perabotannya mahal-mahal ya? Kok aku jadi takut kalau pecah," ujarku. "Iya Mbak. Semuanya mahal. Makanya kalau bekerja di sini hati-hati, tidak boleh sembrono dan tidak boleh memecahkan barang satu pun. Seandainya memecahkan barang harus bilang kalau tidak pasti ketahuan. Karena di sini semua ada alat perekamnya," ujar Mbak Ida yang masih memetik sayur yang akan dimasak sore nanti."Oh ya, setelah masak dan bos makan malam nanti aku kasih tahu di mana kamar-kamarnya. Karena ruangannya banyak. Jangan lupa bawa catatan. Siapa tahu lupa. Karena kamu kan baru datang. Kali ini kita fokus masak saja," ucap Mbak Ida."Iya Mbak Ida," jawabku agak sedikit takut. Kemana Wangsih ya?Dia tidak kelihatan sama sekali. Tidak membantu kami yang sedang repot di dapur. Oh mungkin dia sedang di atas membersihkan kamar yang besar karena majikanku mau pulang. Jadi dia
Keluarga Tan sudah berkumpul semua. Mbak Ida juga sudah selesai memasak kemudian aku dan Wangsih membantu menyiapkan dan membersihkan meja bundar untuk makan malam keluarga majikanku. Mbak Ida mengajariku untuk mengenalkan perabotan milik anggota keluarga dan tidak boleh tertukar satu sama lain. Dari mangkok, piring, sendok gelas dan sumpit. Mereka makan dengan peralatan masing-masing. Mbak Ida mengatur menu di atas kaca bundar yang bisa diputar. Ada 4 menu dan dan sup panas. Kebiasaan orang Cina adalah minum sup. Kemudian dia menaruh botol-botol kecil yang berisi lada, kecap asin dan garam. Sehingga ketika masakan kurang asin atau kurang gula mereka akan menambahan sendiri. Sambil menunggu majikanku makan, Mbak Ida meminta aku untuk mengupas buah apel dan menaruhnya di atas piring. Dia mengajari semua dari nama-nama makanan kesukaan majikanku serta kebiasaan lainnya. Satu persatu dia memperkenalkan perabot yang tidak berubah serta tidak boleh berpindah atau berubah sama s
Hari ini adalah hari kedua aku bekerja di keluarga Tan yang kaya raya itu. Semalam aku sudah tidak bisa tidur karena cuaca yang sangat panas. Hanya ada kipas angin. Kamar yang disediakan Nyonya Tan untuk kami cukup luas. Dengan kamar mandi yang ada di dalam. Mempunyai tempat tidur yang bertingkat. Aku tidur di atas sementara Ida dan Wangsih tidur di bawah. Sepertinya mereka kurang begitu akrab denganku.Apalagi Wangsih yang masih muda itu. Entah mengapa aku merasa pandangannya tidak bersahabat atau hanya perasaaanku saja.Semalam Mbak Ida dan Wangsih sudah membagi tugas. Harus bangun pukul empat pagi, mandi solat dan segera membuat susu untuk dua anak NYonya Tan. Sedikit terkejut karena anak sebesar itu masih minum susu menggunakan botol bayi. Alasannya karena mereka susah minum susu sehingga harus minum susu dengan cara itu.Pagi hari Wangsih mengajari aku untuk membuat susu dan masuk ke dalam kamar Tan Jiang dan Tan Leo. Tanpa harus berbuat bising dan membangunkan mereka. Setelah mem