Siang itu tepat di desa yang penuh dengan berjuta pertanyaan, seraya merumuskan kejadian datang secara bertubi-tubi setiap harinya. Indah Saraspati adalah seorang gadis yang tertutup, untuk segala masalah dia tak mau menceritakan pada siapa pun.Sejak kehadirannya kembali di tengah-tengah para sahabat, kehidupan terasa sangat berbeda. Semenjak dinyatakan mati dan kembali hidup membuat Indah teropsesi pada kesendirian, dengan begitu dia bisa merasakan ketenangan. Semburat arunika menerpa jiwa lara, terpatri indah di dalam hati gadis berusia 21 tahun itu. Nestapa seakan ambil andil dalam bagiannya, kematian demi kematian yang terjadi terlontar akibat keberadaannya dalam satu tim KKN. Karena sangat kecewa, dia keluar dari Vila dan berjalan menuju pohon randu. Tepat di pinggir desa dengan pepohonan berukuran lumayan besar. Sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, Indah bersenandung bersama tembang lagu-lagu nostalgia. Kecintaannya kepada musik gondang suku Batak sangat melekat,
'Dimas? Perasaan enggak ada siapa-siapa di sini. Kan, cuma ada aku dan dia aja?' tanya Bisma bersenandika."Kenalin, ini Dim ...."'Loh, Dimas pergi ke mana, ya? Cepat banget ngilangnya!' pekik Indah bermonolog.Tatapan pun menoleh ke kanan dan ke kiri. Pasalnya, pemuda yang sedari tadi dia ajak berbicara hilang secara spontan. Sementara Bisma mematung di posisi awal, sebelum akhirnya dia duduk di sebelah kanan lawan bicara.Tampak dari kedua bola matanya, Indah kebingungan dan mencari-cari pemuda tersebut. Namun, setelah kehadiran Bisma di depan, pemuda asing itu hilang seperti embusan angin. Semburat jingga arunika menyingsing dan menggandeng nuansa hitam putih, suara burung kedasik kembali terdengar."Indah, sudah sore. Yuk, kita kembali ke vila," ajak Bisma seraya menoleh sekilas wanita aneh di sampingnya.Tanpa membalas ucapan ketua tim, Indah pun mengikuti langkah Bisma dari belakang. Sementara dari balik pohon randu, Dimas memantau wanita yang dia sukai itu tengah berjalan bers
Tepat di hari kelima belas para peserta KKN melaksanakan tugas mereka, setelah hilangnya nyawa ketiga sahabat secara dramatis, muncul kehadiran seseorang yang tak pernah terlihat sebelumnya.Seorang pemuda yang mengaku sebagai alumni itu datang secara tiba-tiba baik dalam mimpi maupun dunia nyata, akan tetapi hanya Indah yang menjadi orang satu-satunya sebagai target pemuda asing itu, sosok berwajah tampan yang hampir setiap hari datang dalam bunga tidur seakan telah menguasai dunia alam bawah sadar gadis berusia 21 tahun itu.Karena pagi ini ada proyek kegiatan meneliti seputar tanaman yang hidup di Desa Berastagi, keenam mahasiswa dan mahasiswi yang tersisa menggerompok ke pusat lokasi vila tersebut. Ruang tamu dengan ukuran lebih lebar dari lokasi lain adalah titik tumpu berkumpulnya para mahasiswa KKN. Dengan langkah kaki sedikit kencang, Indah melompat dari atas dipan setelah mendengar jam beker di atas nakas berdering sangat keras. Mimpi yang terjadi beberapa hari belakangan me
'Mereka kenapa, ya? Aneh banget, perasaan tadi masih baik-baik aja.' Selesai bersenandika, Indah menyentuh kening Anita sembari mengecek suhu badannya. Sebelum telapak tangan mendarat di kening wanita berdasi merah itu, lawan bicara pun menarik tangan kanan Indah dan memutarnya sangat erat.Karena kesakitan, wanita berusia 21 tahun itu melayangkan pukulan lewat kaki kanannya, kemudian dia terlempar sekitar satu meter dari depan ketiga sahabat. Tubuh mungil dan semampai itu seketika terbanting di atas lantai, ekspresi Indah juga berubah menjadi meringis kesakitan."Ach, mereka kenapa jadi seperti ini, sih? Padahal tadi baik-baik aja, atau mereka kerasukan hantu?" Ketiga dari sahabatnya itu berdiri dan masing-masing mengambil pisau di atas nakas. Mereka tertegun seraya berjalan gontai mememui Indah, tatapan kosong Anita dan yang lainnya juga sangat membuat gemetar. Karena sangat takut, Indah mundur dengan menggeser tubuhnya yang telah terjatuh."Anita, jangan lakuin ini. Tias, Anissa,
Malam yang gelap dengan sedikit petir, badai sepertinya akan menerpa seisi kota Medan, Sumatra Utara. Karena tugas kuliah sangat menumpuk, mengharuskan Indah Saraspati mengerjakannya sebelum larut malam. Dari balik horden kamar, desas-desus berdesik angin seakan membawa tiupan lembut. Tak hanya itu, meski suasana tengah gerimis, akan tetapi ruang kamar terasa sangat panas. Entah apa yang telah dia rasakan, yang pasti semua sudah terjadi beberapa hari belakangan. Sembari mencatat sebuah jadwal kegiatan besok di kampus, lampu pun mati seketika. Mungkin karena petir yang datang secara tiba-tiba, mengharuskan padamnya listrik di setiap sudut rumah. Dengan menggunakan senter ponsel, Indah pun keluar dari ruang kamar dan berjalan menuju lantai satu. Dapur adalah salah satu tempat yang dia tuju, menapak sedikit gontai dan beringsut menuju pusat tempat yang terletak di sudut rumah. Tepat arloji menunjukkan pukul 20.00 malam, suasana rumah sunyi dan sangat temaram. Asisten rumah tangga, aya
Dengan berjalan sedikit kencang, Anita dan Indah pun sampai di depan kelas, para mahasiswa telah menggerompok di setiap sisi ruangan. Sementara dari ambang pintu, Bu Intan datang seraya menenteng berkasnya berwarna hijau. Wanita berhijab putih itu mendudukkan tubuh di atas kursinya dan seketika membuka tiap lembar berkas, sementara tatapannya sangat liar kali ini. Sesekali lirikan itu menoleh ke arah Indah dan dia seakan menarik napas berat berulang-ulang, sebelum akhirnya wanita berusia empat puluh itu menyembunyikan wajah. Karena sangat heran, Indah menoleh ke arah kanan dan kirinya, dia merasa ada yang terlihat aneh pada dirinya. Namun, gadis berusia dua puluh satu tahun itu mencoba mencekal firasat tersebut. "Baiklah anak-anak, saya akan membacakan kelompok satu sampai sembilan yang akan melaksanakan KKN di masing-masing wilayah." Selepas berkata, wanita berkacamata di depan papan tulis putih itu menarik napas panjang. Tatapan yang dia lempar sama dengan ketika awal, lirikan m
Sesampainya di depan pintu ruang kampus, Bisma pun menatap penuh ke arah wanita berambut sepinggang itu, lalu ia berkata, "kamu kenapa? Kok, seperti bingung gitu?" "Ah, enggak, tadi ... sudahlah lupakan aja," titah Indah terbata-bata. "Oke," respons Bisma singkat. Pemuda tampan itu kembali berjalan memasuki ruang kelasnya, sementara Indah masih berada di posisi awal sembari membuka kilas balik potret kejadian barusan. Hanya dalam hitungan detik, keadaan logika setiap manusia dapat diacak-acak oleh halusinasi. Dengan menggunakan satu mobil, kesembilan peserta KKN yang diketuai oleh Bisma Megantara memasuki tempat duduk masing-masing, mobil berwarna putih dengan sedikit perpaduan hitam melesat dengan tingkat kecepatan yang netral. Mereka harus ekstra hati-hati ketika memasuki kawasan Berastagi, Sumatra Utara. Selain jalan menuju ke sana rawan kecelakaan, Berastagi juga memiliki kelok di beberapa bagian. Tempat dengan julukan Daerah Subur itu menjadi destinasi terbaik selain Danau T
Setibanya di dalam vila dengan ruangan sangat lebar, terlihat pemandangan khas yang hadir memanjakan kedua netra, dinding dengan lapisan cat bernuansa serba putih mewarnai dari awal masuk hingga menuju sejurus anak tangga. Lantai yang terbuat dari ubin seakan memberikan warna kemerlap terang, di antara plafon juga dihiasi lentera berukuran lumayan besar, sementara pojok ruangan tersebut terdapat lemari kristal dan arloji sakana klasik. "Silakan masuk dulu, Nak." Penjaga—vila bernama—Pak Sukri memperkenankan para mahasiswa untuk masuk. Sembilan orang yang tergabung dalam satu kelompok itu tak pernah terpikir akan mendapatkan tempat KKN paling spesial, sementara mahasiswa kelompok yang lainnya hanya melaksanakan kegiatan tersebut di satu kabupaten. Karena sangat senang, mereka pun menghambur masuk dan menaiki anak tangga lantai dua. Tetapi tidak dengan Bisma, ketua dalam regu KKN itu tampak sangat gelisah dan memekik ketika awal menapakkan kakinya di Kecamatan Berastagi. Ketika di te