Share

Bab 02

Penulis: Dilan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-31 09:17:34

Dengan berjalan sedikit kencang, Anita dan Indah pun sampai di depan kelas, para mahasiswa telah menggerompok di setiap sisi ruangan. Sementara dari ambang pintu, Bu Intan datang seraya menenteng berkasnya berwarna hijau.

Wanita berhijab putih itu mendudukkan tubuh di atas kursinya dan seketika membuka tiap lembar berkas, sementara tatapannya sangat liar kali ini.

Sesekali lirikan itu menoleh ke arah Indah dan dia seakan menarik napas berat berulang-ulang, sebelum akhirnya wanita berusia empat puluh itu menyembunyikan wajah.

Karena sangat heran, Indah menoleh ke arah kanan dan kirinya, dia merasa ada yang terlihat aneh pada dirinya. Namun, gadis berusia dua puluh satu tahun itu mencoba mencekal firasat tersebut.

"Baiklah anak-anak, saya akan membacakan kelompok satu sampai sembilan yang akan melaksanakan KKN di masing-masing wilayah." Selepas berkata, wanita berkacamata di depan papan tulis putih itu menarik napas panjang.

Tatapan yang dia lempar sama dengan ketika awal, lirikan misterius sejurus pada Indah yang sedari tadi memekik karena perasaan aneh tumbuh begitu saja, tetapi tidak ada satu pun yang bisa memberitahukan perihal gelagat aneh guru pembimbing KKN itu.

Selesai menyebutkan kedelapan kelompok berserta nama-nama mahasiswanya, dia pun kembali menatap secarik kertas dengan sembilan nama di sana, karena sebagian mahasiwa ada yang tidak mendapatkan kelompak, mereka pun saling tukar tatap.

"Kelompok sembilan, berjumlah sembilan orang juga, mereka adalah; Bisma, Anissa, Nando, Anita, Siska, Pikram, Andre, Tias, dan Indah."

Secara spontan Anissa pun unjuk tangan, mahasiswi terkaya di kampus Universitas Nusantara itu seakan tak ingin satu tim dengan Indah, karena mereka tahu bahwa Indah adalah mahasiswi yang sempat mati suri beberapa bulan lalu.

"Bu!" panggil Anissa.

"Iya Anissa, ada apa?" tanya Bu Intan.

"Saya enggak mau kalau satu kelompok sama psikopat itu!" cibir Anissa, dia langsung menoleh ke arah orang yang dimaksud tadi.

Mendengar pernyataan Anissa, seisi ruangan pun terkekeh dan meledek Indah. Akan tetapi tidak dengan Anita—sahabat Indah, dia seakan tidak terima jika ada yang meledek Indah seorang psikopat.

"Anissa, kalau kau enggak mau KKN bareng kita, ya, udah. Jangan ngegas gitu ngomongnya," sambar Anita, kemudian dari arah depan, Nando pun angkat bicara.

"Maaf, Bu, bukannya apa-apa. Saya juga enggak mau kalau satu tim dengan Indah, karena dia sangatlah seram. Lihatlah wajahnya, penuh misteri sekali."

"Ha-ha-ha ... psikopat ...." Seisi ruang kelas meledek dan terkekeh-kekeh.

"Cukup ...!" teriak Bu Intan, wanita berkacamata bulat itu menghentikan tawa para mahasiswanya.

Tanpa basa-basi dosen yang berstatus janda itu berjalan menemui mahasiswanya, langkah kaki yang mulai beringsut dan gontai seketika sampai di depan Nando, dia pun membanting berkasnya di depan lelaki berkumis tipis itu.

"Kalau kau mau membantah pada ketetapan saya, silakan cari kampus lain! Saya akan laporkan kamu pada ketua kampus ini, saya dari dulu mengajarkan akhlak, keluar kamu dari ruangan ini!" Menggunakan jemari kanan, wanita yang mengenakan jas hitam itu menujuk ambang pintu.

Karena merasa sangat ketakutan dan bersalah, Nando pun berjalan menuju dosennya di hadapan, tatapan lirih juga dia lempar sembari meratap.

"Bu, maafkan saya," titah Nando, dia pun mencoba untuk menyentuh tangan dosen paling killer di kampus tersebut.

Akan tetapi Bu Intan mencekal tangan mahasiswa di hadapannya. Emosi yang klimaks membuat dosen killer itu memutar badannya dan berjalan sedikit limbung keluar ruangan, tatapan yang dia lempar sejurus menuju ruang berkumpulnya para dosen.

Dari ambang pintu, Nando dan Anissa mendongak sejurus ke arah wanita yang telah diremehkan itu dalam memilih kelompok, padahal sebelumnya Bu Intan adalah dosen dengan tingkat ketelitian luar biasa.

Wanita paruh baya itu seakan memikirkan secara matang perihal kemampuan mahasiswanya sebelum memutuskan untuk menggabungkan setiap kelompok KKN. Karena sejak sembilan tahun terakhir, dia adalah dosen kepercayaan pemilik kampus Universitas Nusantara.

"Gara-gara kamu ini, Nis, aku jadi kena sasaran." Nando pun memukul kening Anissa sedikit.

Karena tidak terima, Anissa yang ada di samping membalas dengan memukul perut Nando, kemudian dia membalas, "kok, aku? Kamu, tuh, yang udah membuat Bu Intan sakit hati."

"Kalian berdua sama aja! Mulut lemes banget seperti comberan." Dari ujung tempat duduk Anita berkata.

"Eh, biasa aja muncung kau! Enggak usah ngegas juga, dong!" pekik Anissa lagi.

"Udah-udah, jangan dilanjutkan. Nanti masalah kita tambah besar lagi," papar Nando, lalu dia pun keluar dari ruangan membawa berkas yang tadi dibuang oleh Bu Intan.

Tak berapa lama, bel pun berbunyi. Para mahasiswa yang sedari tadi termenung tanpa mendapat materi pembelajaran menghambur keluar ruangan. Akibat dari ulah Anissa dan Nando, seisi ruangan pun mendapatkan imbasnya.

Cacian yang terus menghujani wanita berusia 21 tahun itu membuatnya seakan tidak kuat untuk menahan segalanya, hampir setiap hari perkataan menyakitkan ulu hati menghujam itu terlontar dari Anissa dan para cecunguknya. Sementara untuk membalas, Indah tak mampu, kapasitasnya di kampus tersebut hanyalah sekadar anak bawang.

Diam dia tersika, melawan dia dibantai, begitulah pepatah yang melekat pada gadis berbandana merah itu. Air mata pun keluar dari lekuk pipinya membuat beberapa mahasiswi di ruangan merasa sangat iba, peristiwa beberapa bulan lalu perihal mati suri yang Indah alami membuat penampilannya berubah.

Kedatangannya di kampus seakan menjadi momok mengerikan pada orang lain, julukan baru pun dia dapatkan. Semua mahasiswa mengatakan kalau dia adalah, wanita PSIKOPAT. Berwajah pucat, tak memiliki aura, dan tatapan sangat tajam.

"Udalah, Ndah ... jangan dipikrin lagi. Kan, kau juga sudah tahu kalau mereka seperti itu," ucap Anita yang berada di samping kanan.

"Iya, Ndah, enggak perlulah menghabiskan waktu untuk mereka," sambar Tias, lalu wanita berambut kepang dua itu memeluk erat tubuh Indah—si korban buli.

"Lebih baik aku mati dalam kecelakaan itu, kalau akhirnya menderita seperti ini." Air mata pun semakin tak mampu dibendung, isak tangis seakan membuat alam semesta murka.

Seketika terdengar petir dan gemuruh sedang berseteru hebat, langit nan anggun berubah menjadi ganas tanpa memberikan jeda untuk manusia beraktivitas.

"Tenang aja, kami masih mau, kok, berteman denganmu." Anita juga memeluk wanita berwajah pucat itu dari samping kiri.

"Iya, Anita benar, kami masih mau berteman denganmu," sambar Tias yang juga memeluk sahabatnya dari sebelah kanan.

Bagai cendawan di musim hujan, bersama dengan air yang terjatuh dari langit membasahi daun talas, hanya sekadar beberapa menit hinggap sebelum akhirnya pergi tanpa jejak. Bila kematian itu adalah suratan, mengapa sebagian insan menginginkannya, atau karena faktor utama karena tak mampu mencekal kenyataan.

Yang pasti, dalam kehidupan ini hanya ada dua pilihan, antara bertahan atau terlepasnya iman dari kepercayaan kepada Tuhan. Karena sakit hati tak kunjung pergi, Indah memutuskan untuk keluar dari ruangan, dia mendudukkan tubuh di atas kursi teras kampus.

Tanpa ditemani siapa pun, wanita berusia 21 tahun itu menoleh ke arah kanan, tepat di pojok ruang kelasnya. Sosok makhluk bertubuh kerdil memasuki pintu kamar mandi, barisannya juga sangat rapi.

Karena sangat penasaran terus menghujani, akhirnya Indah pun mengubah posisi duduk dan berjalan sejurus menuju tatapan awal. Setibanya di ruangan minimalis itu, Indah menoleh sosok yang sedari tadi mengikuti tubuh Anissa.

'Itu makhluk apa, ya? Kok, aneh banget?' tanya Indah dalam hati.

Kedatangannya di depan pintu kamar mandi membuat Anissa dan Siska jijik, mereka masih menyimpan dendam ketika tadi di dalam ruangan. Namun, setibanya dua wanita itu di hadapan Indah, mereka hanya berkacak pinggang dan menatap benci.

"Ngapain kamu ngikuti kita?" tanya Anissa, kemudian dia menoleh ke belakang badannya, lawan bicara tak memerdulikan ucapan wanita di depan netra.

"Lagi lihat siapa, sih?" tanya Siska, dia juga menoleh ke belakang badannya.

"Itu! Ada manusia kerdil." Tunjuk Indah menggunakan tangan kanan.

"Udah, yuk, Nis. Kita pergi aja, nanti tambah gila kalau dekat dengan manusia ini," cibir Siska, mereka pun meninggalkan wanita berambut sepinggang itu di hadapan.

Karena sangat penasaran, Indah terus menatap makhluk kerdil tersebut. Dengan kedua bola mata telanjang, mata dari sosok makhluk itu menyala seperti senter, berwarna merah merona dan mendelik. Lama-kelamaan, tubuh kecilnya pun menjadi sangat panjang dan tinggi, semakin ditatap ke atas langit-langit semakin terlihat sangat tinggi.

Lamat-lamat, sosok yang pada awalnya samar tampak nyata. Alih-alih ingin beringsut dari posisi, dia tak mampu menggerakkan kedua kakinya. Alhasil Indah hanya mematung sembari memandang pusat tatapan, meskipun tidak kuat dengan semburat kedua netra makhluk itu yang terpancar.

Akhirnya kedua kaki bisa bergerak meskipun hanya sedikit, yang pasti Indah sudah berusaha untuk pergi dari ruangan minimalis itu. Kecipak air keran di setiap kamar mandi menyala dengan sendirinya, lentera berwarna putih di atas plafon seakan main mata, padahal tak ada siapa pun saat itu.

Secara spontan, makhluk bertubuh panjang menjulang semampai di hadapan pun beringsut mendekati wajah Indah. Sorot netra sosok bertubuh hitam itu membunuh gerak-gerik siapa saja yang memandang, akhirnya Indah memutuskan untuk menutup netranya.

"Tidak ...!" teriak Indah, dia pun berlari meninggalkan kamar mandi dan menuju ruang kelasnya.

Ketika sampai di depan pintu, tanpa sengaja Indah menabrak—Bisma—pemuda paling tampan di kampus. Buku yang kala itu dia bawa berjatuhan dan berserak tak tentu arah lagi.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Bisma. Pemuda berkumis tipis itu mengernyitkan kedua alisnya.

"A-aku, enggak apa-apa," titah Indah terbata-bata.

Karena sangat malu menatap sosok The Most Wanted seantero kampus, Indah hanya menadahkan tatapan menuju lantai. Degup jantungnya semakin kencang seperti kendaraan yang akan berperang, kemudian dia tertegun seraya menarik napas berat.

"Indah!" sorak seseorang dari posisi belakang.

Karena ada yang memanggil namanya, seketika dia menoleh secara saksama. Tatapan penuh pun sejurus ke arah koridor, rupanya Bisma tengah berdiri di sana. Kedua bola mata kembali tercengang, sebelum akhirnya tatapan itu kembali menuju posisi pemuda yang ketika tadi dia tabrak.

'Loh, bukannya tadi Bisma di sini? Kenapa bisa hilang cepat benget, ya?' tanya Indah bersenandika.

Bersambung ...

Bab terkait

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 03

    Sesampainya di depan pintu ruang kampus, Bisma pun menatap penuh ke arah wanita berambut sepinggang itu, lalu ia berkata, "kamu kenapa? Kok, seperti bingung gitu?" "Ah, enggak, tadi ... sudahlah lupakan aja," titah Indah terbata-bata. "Oke," respons Bisma singkat. Pemuda tampan itu kembali berjalan memasuki ruang kelasnya, sementara Indah masih berada di posisi awal sembari membuka kilas balik potret kejadian barusan. Hanya dalam hitungan detik, keadaan logika setiap manusia dapat diacak-acak oleh halusinasi. Dengan menggunakan satu mobil, kesembilan peserta KKN yang diketuai oleh Bisma Megantara memasuki tempat duduk masing-masing, mobil berwarna putih dengan sedikit perpaduan hitam melesat dengan tingkat kecepatan yang netral. Mereka harus ekstra hati-hati ketika memasuki kawasan Berastagi, Sumatra Utara. Selain jalan menuju ke sana rawan kecelakaan, Berastagi juga memiliki kelok di beberapa bagian. Tempat dengan julukan Daerah Subur itu menjadi destinasi terbaik selain Danau T

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 04

    Setibanya di dalam vila dengan ruangan sangat lebar, terlihat pemandangan khas yang hadir memanjakan kedua netra, dinding dengan lapisan cat bernuansa serba putih mewarnai dari awal masuk hingga menuju sejurus anak tangga. Lantai yang terbuat dari ubin seakan memberikan warna kemerlap terang, di antara plafon juga dihiasi lentera berukuran lumayan besar, sementara pojok ruangan tersebut terdapat lemari kristal dan arloji sakana klasik. "Silakan masuk dulu, Nak." Penjaga—vila bernama—Pak Sukri memperkenankan para mahasiswa untuk masuk. Sembilan orang yang tergabung dalam satu kelompok itu tak pernah terpikir akan mendapatkan tempat KKN paling spesial, sementara mahasiswa kelompok yang lainnya hanya melaksanakan kegiatan tersebut di satu kabupaten. Karena sangat senang, mereka pun menghambur masuk dan menaiki anak tangga lantai dua. Tetapi tidak dengan Bisma, ketua dalam regu KKN itu tampak sangat gelisah dan memekik ketika awal menapakkan kakinya di Kecamatan Berastagi. Ketika di te

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 05

    "Tuh! Aku bilang juga apa, kalau yang tadi lewat itu sosok bertubuh tinggi," jelas Indah seraya celingukan."Jangan dipikirin, mungkin kita kelelahan aja kali." Anita pun berjalan menuju anak cowok yang menggerompok memangkas rumput.Mereka pun bersama-sama membersihan vila yang sepertinya tak di huni bertahun-tahun itu, meskipun ada Pak Sukri—penjaga vila itu, karena kesibukannya berkebun yang mungkin menghambat dia tidak sempat membersihkan halaman.Semburat arunika menerpa desa yang dikenal dengan berjuta tanaman, lahan yang subur membuat sayuran hingga buah-buahan tumbuh subur, tepat di Kecamatan Berastagi, Sumatra Utara. Hari ini adalah kali pertama kampus Universitas Nusantara memberikan tempat untuk KKN lumayan jauh, para mahasiswa menganggapnya sebagai tempat untuk belajar sambil rekreasi.Kesembilan dari satu tim yang tergabung sebagai peserta memadati ruang tamu, mengenakan jas kuning khas identitas kampus mereka. Masing-masing dari mereka menggerompok di satu titik tumpu, s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 06

    Mereka pun kembali mencatat hasil wawancara pagi ini, tak berapa lama akhirnya sesi tanya jawab telah berakhir. Tiba-tiba, wanita paruh baya selaku istri dari Pak Sukri datang membawa nampan berisikan minuman hangat, yaitu kopi."Hayo ... kita minum dulu, jangan serius banget belajarnya," sambarnya, lalu dia meletakkan nampan berisikan gelas kosong itu ditambah kudapan di atas meja."Silakan diminum, Nak, kopinya," kata Pak Sukri.Anissa pun mengisi beberapa gelas dengan minuman hangat itu, perlakuan dari empu pembimbing sangatlah baik, mereka mendapatkan sebuah nilai moral tersendiri dari masyarakat kampung. Lain halnya jika melaksanakan KKN di kota besar, mata hati mereka telah ditutupi benang merah, meskipun ramai tapi tak satu pun peduli.Arloji berjalan hampir satu jam, tetapi Nando dan Andre tak kunjung datang. Karena pagi ini hanya membahas perihal tanya jawab, para mahasiswa ingin kembali ke vila untuk menjemput dua sahabat yang tak kunjung datang."Pak, kami permisi balik dulu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 07

    Pikram dan Bisma mendobrak pintu kamar mandi, ketika pintu tersebut terbuka, Andre juga telah terkapar bersama darah yang keluar dari mulutnya. Kejadian sama persis ketika terjadi pada Nando barusan, akan tetapi Andre sepertinya masih bernapas."Andre, kau kenapa?" tanya Bisma, ketua dari tim itu merangkul sahabatnya."Perut aku sakit banget, en-enggak tahan lagi ...," respons Andre sangat lirih."Emang kau makan apa sampai bisa sakit perut? Kalian mabuk?" tanya Bisma bertubi-tubi.Lawan bicara terdiam seribu bahasa, dia muntah kembali dengan meneluarkan darah segar dari mulutnya. Nyawa pun kembali hilang bersamaan dengan ucapan terakhir itu, degup jangung berhenti berdecak. "Innalillahi ...," ucap Bisma lirih.***Malam telah tiba, seluruh tim dari anggota KKN itu memandikan jenazah sahabatnya. Mereka tak tahu harus berbuat apa sekarang, ponsel yang kehilangan sinyal dari awal datang ke lokasi praktik, membuat mereka tak mampu menghubungi siapa pun.Selesai memandikan jenazah, mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 08

    Setibanya di dalam vila dengan ruangan sangat lebar, terlihat pemandangan khas yang hadir memanjakan kedua netra, dinding dengan lapisan cat bernuansa serba putih mewarnai dari awal masuk hingga menuju sejurus anak tangga.Lantai yang terbuat dari ubin seakan memberikan warna kemerlap terang, di antara plafon juga dihiasi lentera berukuran lumayan besar, sementara pojok ruangan tersebut terdapat lemari kristal dan arloji sakana klasik."Silakan masuk dulu, Nak." Penjaga—vila bernama—Pak Sukri memperkenankan para mahasiswa untuk masuk.Sembilan orang yang tergabung dalam satu kelompok itu tak pernah terpikir akan mendapatkan tempat KKN paling spesial, sementara mahasiswa kelompok yang lainnya hanya melaksanakan kegiatan tersebut di satu kabupaten. Karena sangat senang, mereka pun menghambur masuk dan menaiki anak tangga lantai dua.Tetapi tidak dengan Bisma, ketua dalam regu KKN itu tampak sangat gelisah dan memekik ketika awal menapakkan kakinya di Kecamatan Berastagi. Ketika di tengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 09

    Karena sangat lelah seharian membawa koper, Bisma pun akhirnya menaiki anak tangga lantai dua, kamar yang tersedia ada sembilan di sana, meski ruang tersebut sangatlah minimalis, tetapi cukup untuk tidur satu ataupun dua orang. Nomor di depan pintunya juga sangat unik, berurutan dari angka satu sampai sembilan.Tepat di depan pintu nomor satu, Bisma berhenti. Dia menoleh ketujuh sahabatnya yang juga menatap serius menuju portal tertulis aneh itu, bercak merah yang terpampang sangat mengundang berjuta pertanyaan."Guys, kalian belum masuk?" tanya Bisma."Belum, Bis, kami enggak tahu harus pilih kamar nomor berapa. Soalnya, kamar ini sangat kecil—mana bisa kalau kita tidurnya bertiga." Dari posisi tengah, Anissa berujar.'Iya juga, ya,' batin Bisma."Bagaimana kalau kita tidur di ruang kamar masing-masing? Kan, jaraknya juga dekat jadi gak perlu takutlah sama hantu," titah Bisma seraya membuang cengir."Bagus juga katamu. Ya, udah, kita masuk aja," sambar Tias dan Anita.Bisma pun masuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 10

    Tepat tengah malam yang menghadirkan suasana temaram, bersama dengan sebuah jenazah yang masih tertidur pulas di atas pembaringan. Jiwa masing-masing peserta KKN gelenyar perihal perseteruan tak kunjung mereda. Tepat di dalam ruang tamu, desas-desus terdengar sejurus dari luar vila. Burung hantu tampaknya tengah bersenandung riang. Ayam jantan juga ambil andil dalam bagiannya, berkokok sejak magrib tadi."Itu suara ayam siapa, ya?" tanya Pikram."Hus! Jangan terpancing dengan bunyi itu," sambar Indah spontan.Masing-masing dari mereka memekik gelisah, karena hewan yang ada di sekitar vila tampak berdatangan hari demi hari, kecipak juga terdengar dari arah kamar mandi. Tempat Andre dan Nando mati secara mengenaskan kini menjadi momok paling menyeramkan."Menurut kalian, kita akan membiarkan mayat mereka membusuk atau bagaimana?" tanya Bisma dengan sangat lantang.Anita dan Indah saling tukar tatap, sementara Anissa dan Siska saling mengedarkan ekspresi bingung. Tak satu pun dari merek

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15

Bab terbaru

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 23

    'Mereka kenapa, ya? Aneh banget, perasaan tadi masih baik-baik aja.' Selesai bersenandika, Indah menyentuh kening Anita sembari mengecek suhu badannya. Sebelum telapak tangan mendarat di kening wanita berdasi merah itu, lawan bicara pun menarik tangan kanan Indah dan memutarnya sangat erat.Karena kesakitan, wanita berusia 21 tahun itu melayangkan pukulan lewat kaki kanannya, kemudian dia terlempar sekitar satu meter dari depan ketiga sahabat. Tubuh mungil dan semampai itu seketika terbanting di atas lantai, ekspresi Indah juga berubah menjadi meringis kesakitan."Ach, mereka kenapa jadi seperti ini, sih? Padahal tadi baik-baik aja, atau mereka kerasukan hantu?" Ketiga dari sahabatnya itu berdiri dan masing-masing mengambil pisau di atas nakas. Mereka tertegun seraya berjalan gontai mememui Indah, tatapan kosong Anita dan yang lainnya juga sangat membuat gemetar. Karena sangat takut, Indah mundur dengan menggeser tubuhnya yang telah terjatuh."Anita, jangan lakuin ini. Tias, Anissa,

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 22

    Tepat di hari kelima belas para peserta KKN melaksanakan tugas mereka, setelah hilangnya nyawa ketiga sahabat secara dramatis, muncul kehadiran seseorang yang tak pernah terlihat sebelumnya.Seorang pemuda yang mengaku sebagai alumni itu datang secara tiba-tiba baik dalam mimpi maupun dunia nyata, akan tetapi hanya Indah yang menjadi orang satu-satunya sebagai target pemuda asing itu, sosok berwajah tampan yang hampir setiap hari datang dalam bunga tidur seakan telah menguasai dunia alam bawah sadar gadis berusia 21 tahun itu.Karena pagi ini ada proyek kegiatan meneliti seputar tanaman yang hidup di Desa Berastagi, keenam mahasiswa dan mahasiswi yang tersisa menggerompok ke pusat lokasi vila tersebut. Ruang tamu dengan ukuran lebih lebar dari lokasi lain adalah titik tumpu berkumpulnya para mahasiswa KKN. Dengan langkah kaki sedikit kencang, Indah melompat dari atas dipan setelah mendengar jam beker di atas nakas berdering sangat keras. Mimpi yang terjadi beberapa hari belakangan me

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 21

    'Dimas? Perasaan enggak ada siapa-siapa di sini. Kan, cuma ada aku dan dia aja?' tanya Bisma bersenandika."Kenalin, ini Dim ...."'Loh, Dimas pergi ke mana, ya? Cepat banget ngilangnya!' pekik Indah bermonolog.Tatapan pun menoleh ke kanan dan ke kiri. Pasalnya, pemuda yang sedari tadi dia ajak berbicara hilang secara spontan. Sementara Bisma mematung di posisi awal, sebelum akhirnya dia duduk di sebelah kanan lawan bicara.Tampak dari kedua bola matanya, Indah kebingungan dan mencari-cari pemuda tersebut. Namun, setelah kehadiran Bisma di depan, pemuda asing itu hilang seperti embusan angin. Semburat jingga arunika menyingsing dan menggandeng nuansa hitam putih, suara burung kedasik kembali terdengar."Indah, sudah sore. Yuk, kita kembali ke vila," ajak Bisma seraya menoleh sekilas wanita aneh di sampingnya.Tanpa membalas ucapan ketua tim, Indah pun mengikuti langkah Bisma dari belakang. Sementara dari balik pohon randu, Dimas memantau wanita yang dia sukai itu tengah berjalan bers

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 20

    Siang itu tepat di desa yang penuh dengan berjuta pertanyaan, seraya merumuskan kejadian datang secara bertubi-tubi setiap harinya. Indah Saraspati adalah seorang gadis yang tertutup, untuk segala masalah dia tak mau menceritakan pada siapa pun.Sejak kehadirannya kembali di tengah-tengah para sahabat, kehidupan terasa sangat berbeda. Semenjak dinyatakan mati dan kembali hidup membuat Indah teropsesi pada kesendirian, dengan begitu dia bisa merasakan ketenangan. Semburat arunika menerpa jiwa lara, terpatri indah di dalam hati gadis berusia 21 tahun itu. Nestapa seakan ambil andil dalam bagiannya, kematian demi kematian yang terjadi terlontar akibat keberadaannya dalam satu tim KKN. Karena sangat kecewa, dia keluar dari Vila dan berjalan menuju pohon randu. Tepat di pinggir desa dengan pepohonan berukuran lumayan besar. Sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, Indah bersenandung bersama tembang lagu-lagu nostalgia. Kecintaannya kepada musik gondang suku Batak sangat melekat,

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 19

    "Kau bisa menjamin kalau bukan dia yang membunuh?" sambar Anissa spontan bernada sedikit mendayu."Kalian lagi ngomongi siapa? Sepertinya serius sekali. Perihal membunuh, siapa yang dibunuh?" Indah hadir di tengah-tengah perseteruan yang terjadi, kedatangannya yang secara tiba-tiba membuat bungkam perbincangan."Eh, Indah, kita enggak ngomongi soal pembunuhan, kok. Kau salah dengar kali," titah Anissa meringis takut, dia menggigit bibir bawahnya seraya menoleh ke wajah para sahabat yang telah melotot."Oh, kirain lagi ngomongi apa. Soalnya, aku bukan pembunuh. Kalau kalian berpikir aneh tentang kejadian ini, suatu saat permainan ini akan terungkap." Indah kembali memutar badan dan berjalan menuju lantai dua.Setelah orang yang tengah mereka bahas pergi, napas pun kembali netral setelah sebelumnya terhenti sejenak. Pembahasan tak lagi terdengar, mereka lebih memilih meninggalkan ruang tamu.Anita dan Tias berjalan menemui sahabatnya yang sedang berada di dalam kamar tidur. Pintu kamar

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 18

    Hari berganti hari, minggu kedua telah mereka lewati bersama dengan kejadian yang tak pernah terpikirkan. Keenam mahasiswi Universitas Nusantara sedang diruntuk rasa bingung, pertanyaan datang tanpa jeda seolah otak tak mampu untuk merumuskan segalanya.Permadani terpampang jelas di luar vila, makam tanpa batu nisan menghabiskan ketiga mahasiwa yang tak mampu untuk mencekal takdir. Ironi itu memang hakiki, akan tetapi maut tak mau berdamai dengan mereka. Karena kematian itu terjadi sangat tidak wajar, kehadiran mereka dalam vila hanyalah bagai tawanan dalam penjara pesugihan."Aku mengajak kalian berkumpul di ruangan ini karena ingin membahas sesuatu," ucap Bisma yang sedari tadi memekik di atas kursi sofa.Kerlingan netra masing-masing mahasiswa menoleh kiri dan kanan, sepertinya Bisma memiliki pemikiran yang sama, lamat-lamat para mahasiswi tak percaya perihal makhluk gaib itu ada di sekitar vila."Berhubung kita sudah berkumpul di ruangan ini, apa yang ingin kalian bahas." Anissa m

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 17

    Sosok berambut ikal dan panjang itu mengedarkan senyum kecil, tatapannya sejurus menuju netra wanita yang sedang mengenakan kain panjang khas suku Batak itu. Kuku-kuku yang ada pada jemari sosok itu juga sangat tajam dan panjang, badan kurus dan semampai mematung tanpa pergerakan.'Ini boneka atau manusia, ya?' tanya Indah dalam hati.Karena sangat penasaran, dia memutuskan untuk menyentuh permukaan kulit bagian wajah sosok itu. Seraya menelan ludah, Indah menarik napas berat beberapa kali. Dimulai dari telapak kaki, Indah menatap secara saksama, kemudian menuju betis dan sejurus pada perut. Namun, tubuh makhluk itu semakin dilihat semakin terasa sangat panjang dan tinggi. Semakin dia mendongak semakin panjang dan tak tahu sampai mana batas penglihatan itu berhenti.Sekitar hampir tiga meter dari pusat tatapan, akhirnya tinggi badan makhluk itu berhenti. Sudah menyamai tinggi pohon randu yang ada di sampingnya. Karena sangat gemetar, Indah mencoba untuk mundur beberapa langkah ke bela

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 16

    Dalam suasana temaram vila yang menyimpan berjuta pertanyaan, seraya merumuskan misteri itu dalam kepala wanita yang sedari tadi merebahkan kedua sayap di atas kursi sofa sekelebat tercengang ke ambang pintu. Napas yang terengah-engah sekilas terasa berhenti pada tumpuan penglihatan, di luar sana seperti tengah digelar sebuah acara dengan alat musik yang terdengar sangat menggugah, hitam putih temaram permadani dengan bannyaknya penonton—hadir menggerompok.Rasa penasaran menghujani Indah yang sedari tadi mencoba untuk menyibak logika dalam isi kepala, menoleh kanan dan kiri seraya menyingkap sebuah penglihatan nyata. Penonton pun tak hanya berdiam diri mendengar alunan irama itu, mereka menari serempak dengan hentak kaki yang hampir sama.Lamat-lamat, Indah beringut dari kursi sofa dan berjalan sangat gontai, ditimpali rasa pusing menyergap kepalanya, pagelaran acara itu berlangsung di depan halaman vila. Secara saksama, wanita berusia 21 tahun itu membulatkan kedua netranya tanpa m

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 15

    "Kita masih di dalam vila, kok, Bis." Anita menjawab seraya menoleh ke kanan dan ke kiri sahabatnya yang sedang menggerompok membentuk posisi bulat."Apa yang terjadi padaku, Nit?" Anissa pun mencoba bangkit dari posisi tidurnya. Dengan sigap, Indah dan Tias membantu Anissa untuk mendudukkan badan.Akhirnya, kedua sahabat mereka pun kembali sadar. Suara burung kedasik tak lagi terdengar, tetapi hilangnya suara itu membuat listrik di vila—padam secara spontan. "Astaghfirullah!" sorak kelima mahasiswa secara serempak.Nestapa menyergap jiwa masing-masing mahasiswi yang notabenenya memiliki hati paling sensitif dibandingkan pria, kelima wanita itu merasa sedang diruntuk sebuah ayat-ayat kematian sepanjang hari, hanya tinggal menghitung giliran saja—siapa yang akan pergi selanjutnya.Bahkan hilangnya mobil milik mereka juga menjadi tanda tanya besar, alih-alih ingin pergi dari kubangan daerah mistis tersebut, tetapi tak ada kendaraan yang mampu membawa mereka meninggalkan lokasi. Gairah

DMCA.com Protection Status