Share

Bab 03

Penulis: Dilan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-31 09:18:26

Sesampainya di depan pintu ruang kampus, Bisma pun menatap penuh ke arah wanita berambut sepinggang itu, lalu ia berkata, "kamu kenapa? Kok, seperti bingung gitu?"

"Ah, enggak, tadi ... sudahlah lupakan aja," titah Indah terbata-bata.

"Oke," respons Bisma singkat.

Pemuda tampan itu kembali berjalan memasuki ruang kelasnya, sementara Indah masih berada di posisi awal sembari membuka kilas balik potret kejadian barusan. Hanya dalam hitungan detik, keadaan logika setiap manusia dapat diacak-acak oleh halusinasi.

Dengan menggunakan satu mobil, kesembilan peserta KKN yang diketuai oleh Bisma Megantara memasuki tempat duduk masing-masing, mobil berwarna putih dengan sedikit perpaduan hitam melesat dengan tingkat kecepatan yang netral.

Mereka harus ekstra hati-hati ketika memasuki kawasan Berastagi, Sumatra Utara. Selain jalan menuju ke sana rawan kecelakaan, Berastagi juga memiliki kelok di beberapa bagian.

Tempat dengan julukan Daerah Subur itu menjadi destinasi terbaik selain Danau Toba. Berastagi memiliki suhu yang sejuk, pemandangannya dipenuhi permadani semburat jingga ketika Subuh mulai menyingsing.

Wilayah yang telah ditetapkan oleh dosen pembimbing itu mengharuskan kesembilan yang tergabung dalam Universitas Nusantara harus menjadi peserta terbaik, karena mereka adalah satu-satunya yang mendapat wilayah di luar dari kabupaten.

Di sepanjang perjalanan, mereka tak henti-hentinya bersenandung, menyalakan speaker mobil dan membuang gundah gulana dengan tugas-tugas akhir semester yang menumpuk. Meraka pun bersyukur perihal wilayah yang diberikan, sekalinya bisa liburan sembari belajar di desa berjuta jenis buah-buahan itu.

Di dalam mobil, Indah hanya sibuk menulis di buku diarynya, sementara Anita dan Tias sudah tertidur pulas beberapa menit yang lalu. Lain halnya dengan Bisma yang hanga fokus menyopir. Cowok paling kepo seantero kampus bernama—Andre dan Nando juga sedari tadi memotret hamparan permadani keindahan Berastagi.

Tepat di bagian tengah badan mobil, Siska dan Anissa hanya sibuk dengan ponselnya. Mereka seakan tak mau menoleh kanan dan kiri. Lamar-lamat, rasa kantuk menyergap dua cowok di posisi depan, mereka adalah Bisma dan Andre.

Tatapan netra pemuda berkumis tipis bernama—Bisma tak lagi fokus ketika memasuki wilayah Berastagi, tepat di samping pohon berukuran sangat besar terlihat dengan mata telanjang ada yang tengah melintas.

Karena merasa sangat terkejut, Bisma pun menginjak rem mobilnya secara mendadak, spontan membuat seisi mobil terbangun dari tidur. Sementara Nando dan Andre yang berada di posisi depan juga hampir saja terbentur dengan jendela pintu.

"Tidak ...!" teriak Bisma ketakutan, bulir bening keluar membasahi lehernya ditimpali napas tak lagi netral.

"Bisma! Kamu apa-apaan, sih. Hati-hati bawa mobilnya," ketus Anissa, wanita berambut sepinggang itu mendadak emosi.

"A-ada, kepala ... iya, lewat di depan aku. Lebar banget, sumpah." Menggunakan kedua tangan, Bisma memperagakan semua yang tampak jelas di depan netranya.

"Biar aku dan Andre yang cek di luar." Dari samping kiri, pemuda yang sedari tadi tidur bermama Fernando pun membuka pintu mobil perlahan dan berjalan sedikit gontai di atas aspal hitam.

Mobil yang mereka kendarai seketika tak berfungsi sama sekali, padahal Bisma sudah mencoba beberapa kali untuk menyalakan mesin, hasilnya nihil. Bisma telah menyadari kalau mereka sudah telat untuk sampai di Vila penginapan, mahasiswa yang tersisa di dalam mobil keluar secara bergantian.

Nuansa yang tadinya dipenuhi dengan semburat arunika, secara spontan temaram dalam hitungan detik. Kabut putih pun datang secara tiba-tiba mengelilingi mereka. Anissa dan Siska sedari tadi memainkan ponselnya dan sibuk mencari jaringan yang hilang begitu saja.

"Nissa, kamu, kan pernah berlibur di daerah sini, apa enggak ada saudara yang bisa dihubingi gitu?!" tanya Bisma, pemuda tampan itu sedari tadi memekik gelisah.

"Saudara aku rata-rata di luar negeri, mana punya saudara di Indonesia." Anissa pun berkacak pinggang sembari menatap pongah.

"Coba hubungi siapa gitu, untuk memperbaiki mobil kita!" seru Andre, lalu dia beringsut dari posisi depan mobil dan menatap serius menuju aspal hitam.

Dengan diikuti Nando, keduanya tampak biasa saja meski telah terjebak dalam situasi sulit, mereka malah berfoto di pinggir jalan. Karena sangat penasaran, Anissa dan Siska juga mengikuti kedua pemuda itu dan berfoto bersama-sama.

Dengan sangat emosi, Bisma berjalan sangat laju sejurus menuju keempat sahabatnya yang tidak mau berupaya mencari pertolongan. Sebagai seorang ketua dalam tim, Bisma tampak tidak dihargai sama sekali, para sahabat yang merupakan anak orang terpandang seantero kampus itu menganggap ketua mereka hanyalah manusia tidak penting.

"Kalian apa-apaan, sih! Bukannya cari pertolongan malah foto-foto gak jelas!" hardik Bisma, dia menaikkan nada suaranya seketika.

"Udahlah ... enggak udah ngegas juga, lagian kita mau minta tolong sama siapa? Kan, ponsel aku enggak ada jaringan," sambar Anissa, wanita berusia 20 tahun itu berkacak pinggang dan menatap sangat pongah.

"Nyesel banget aku sekelompok sama manusia seperti kalian, enggak ada solidaritasnya sama sekali." Bisma pun memutar badan seraya menoleh ke arah Indah yang sedari tadi terdiam di samping pintu mobil.

"Semua ini terjadi pasti karena kita satu kelompok sama psikopat itu, coba aja kalau enggak. Mana mungkin kita akan kena batunya seperti ini," gerutu Anissa.

"Benar, ini pasti karena Indah. Lagian ngapain, sih, Bu Intan menggabungkan kita sama psikopat seperti dia," cibir Siska, kemudian mereka kembali berfoto.

Dari samping kanan mobil, Anita dan Tias mencoba untuk menenangkan sahabatnya yang sedari tadi terus-terusan salah. Cibiran itu datang bukan hanya di lingkungan kampus saja. Ketika dalam keadaan sangat genting pun, mereka masih sempat untuk menjatuhkan martabat wanita yang pernah selamat dari kecelakaan maut beberapa bulan lalu.

"Indah, jangan pikirin lagi apa kata mereka. Kan, kau tahu sendiri bagaimana mulut Anissa dan Siska, seperti ban mobil pecah." Anita mengelus pundak sahabatnya perlahan. Sementara dari posisi belakang, Tias juga mencoba menyemangati sahabatnya yang gampang menangis itu.

Tanpa memerdulikan ucapan para sahabat, Bisma pun mencoba untuk menyalakan mesin mobilnya. Tanpa menyentuh sama sekali, mesin mobil itu merespons dengan sendirinya. Hal tersebut membuat Bisma mendelik penuh menuju setir, dia juga seakan merasa tengah dipermainkan oleh seseorang.

'Loh, kok, tiba-tiba menyala? Bukannya ... tadi mati, ya?' tanyanya dalam hati.

Selesai bersenandika, Bisma menyalakan clarkson mobil dan membuat para sahabat yang sedari tadi sibuk berfoto menatap sangat girang. Sedikit demi sedikit, semburat arunika datang kembali dan para mahasiswa Univeristas Nusantara itu beringsut dari posisi mereka.

Kejadian aneh pagi ini terjadi entah pertanda baik, atau malah sebaliknya. Yang pasti, Bisma merasa sangat senang karena bisa melanjutkan perjalanan menuju Vila peristirahaan. Di sepanjang perjalanan, pemuda berkumis tipis yang sedang menyopir itu selalu bermonolog dengan batin, dia merasa tak habis pikir perihal apa yang baru saja terjadi.

Tepat di depan pohon berukuran sangat besar, Bisma merasa sangat ketakutan dan selalu menyalakan clarkson mobil, karena bayangan kepala manusia berukuran sangat lebar itu muncul dari sana. Sementara tujuan mereka datang ke desa tersebut untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah, bukan hendak berbuat jahat apalagi merusak lingkungan sekitar.

Ketika sampai di sebuah perladangan dengan permadani buah-buahan melimpah, mereka pun berhenti. Mobil berwarna putih itu sengaja mereka parkirkan di sebelah pondok berukuran minimalis. Di lokasi tersebut hanya ada satu pondok, tidak ada Vila sama sekali.

"Loh, bukannya ... Bu Intan bilang kita akan menginap di Vila? Kok, aku enggak melihat ada bangunan besar di sekitar sini?" tanya Anissa, lalu dia mencoba mengerlingkan netra ke kanan dan ke kiri.

"Iya, aku juga bingung. Katanya, kita akan menginap di Vila." Dari posisi kanan, Sinta menyambar.

"Udahlah, menginap di mana aja enggak penting kali. Tujuan kita, kan, mau KKN bukan mau shoping," gerutu Andre dari posisi depan.

Sementara dari bangku piling belakang, Indah mencoba memutar kilas balik perihal mimpi yang beberapa hari lalu dia alami. Dalam posisi saat itu, Indah seperti tengah dikejar makhluk bertubuh panjang dan tinggi, lokasinya juga sama persis dengan daerah saat ini.

"Indah, kamu kenapa?" tanya Anita, nada suaranya sedikit berbisik.

"Kok, aku seperti pernah ke sini, ya?" respons Indah mencoba untuk meyakinkan.

"Ah, mana pernah kamu ke sini. Lagian, kita baru aja sampai." Tias pun angkat bicara.

'Benar juga apa kata Tias. Aku, kan, baru sekali ke sini. Sudahlah, mungkin aku terlalu lelah aja.'

"Ayo, kita keluar. Tunggu apa lagi?" Bisma menghambur keluar mobil lebih dulu, diikuti dengan Nando dan Andre.

Ketika mereka keluar dari dalam mobil, ternyata Vila yang telah ditetapkan sebagai tempat untuk menginap selama KKN lebih dari 99 hari telah berdiri tegap di posisi samping mereka. Padahal sedari tadi tak satu pun dari mereka melihat bangunan tersebut.

Kesembilan dari mereka tercengang setelah mendapati bangunan kokoh itu tiba-tiba muncul, cat yang melapisi dinding Vila juga berlumut, seperti bangunan tua yang tak di huni sekian tahun.

"Perasaan, aku tadi enggak lihat kalau ada Vila di sini," ucap Anissa.

"Sama, aku juga enggak lihat kalau ada Vila," sambar Siska.

Tepat di posisi samping kanan mereka, terdapat pohon strawberry yang telah matang dan siap untuk disantap, buah tersebut telah berwarna merah merona dan membuat adreanalin sebagian mahasiswa klimaks. Tanpa basa-basi, Nando dan Andre mengambil begitu saja buah tersebut. Kemudian, mereka memakannya sangat lahap.

"Jangan!" teriak Indah secara spontan.

Nando dan Andre berhenti memetik, sementara yang lainnya juga menatap ke arah Indah sangat tajam. Wanita berbandana merah itu seakan tak membiarkan sahabatnya mengambil milik orang lain tanpa permisi, dalam mimpi yang dia alami sama persis ketika saat ini terjadi.

Sepertinya Nando dan Andre tak memerdulikan ucapan Indah, mereka tetap menyantap buah strawberry itu. Siska pun yang tadinya tidak tertarik, seketika dia mengikuti dua sahabatnya untuk memakan buah berwarna merah merona sodoran Nando.

"Hentikan! Kalian apa-apaan, sih, seperti orang kekurangan makan aja tau enggak!" bentak Bisma, ketua dari kelompok KKN itu tampak sangat emosi.

"Udahlah, kalau nanti ada yang minta ganti rugi, pasti akan kami ganti. Kau tenang aja di situ, kami enggak kekurangan uang," balas Nando.

Tak berapa lama, pemilik kebun strawberry pun datang seraya membawa cangkul. Lelaki paruh baya itu menatap satu persatu mahasiswa yang datang, tatapannya sangat tajam dan menakutkan.

Karena saat ini Bisma menjabat sebagai ketua, dia pun mencoba untuk meminta maaf pada pemilik tanaman strawberry itu.

"Pak, maafkan teman-teman saya." Bisma pun menyodorkan tangan kanannya tepat di hadapan lelaki yang membawa cangkul.

"Mau apa kalian ke sini?" tanyanya spontan.

"Jadi begini, Pak, kami akan melaksanakan kegiatan KKN di Desa Berastagi untuk tugas akhir perkuliahan. Apakah Bapak bisa membimbing kami?" papar Bisma seraya mengedarkan senyum kecil.

"Saya tidak menjamin kalau kalian bertahan sampai tiga bulan di sini."

"Ma-maksudnya, Pak?" sambar Tias.

"Maksud saya, pasti kalian akan selesai sebelum tiga bulan," lanjut lelaki paruh baya itu.

"Oh, mau kami juga seperti itu, Pak. Semoga kegiatan KKN ini dapat berjalan lancar dan kami dapat menyelesaikan tugas terakhir dari kampus," titah Bisma, sikapnya mendadak lembut setelah belumnya emosi karena ulah Nando dan Andre.

Bersambung ...

Bab terkait

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 04

    Setibanya di dalam vila dengan ruangan sangat lebar, terlihat pemandangan khas yang hadir memanjakan kedua netra, dinding dengan lapisan cat bernuansa serba putih mewarnai dari awal masuk hingga menuju sejurus anak tangga. Lantai yang terbuat dari ubin seakan memberikan warna kemerlap terang, di antara plafon juga dihiasi lentera berukuran lumayan besar, sementara pojok ruangan tersebut terdapat lemari kristal dan arloji sakana klasik. "Silakan masuk dulu, Nak." Penjaga—vila bernama—Pak Sukri memperkenankan para mahasiswa untuk masuk. Sembilan orang yang tergabung dalam satu kelompok itu tak pernah terpikir akan mendapatkan tempat KKN paling spesial, sementara mahasiswa kelompok yang lainnya hanya melaksanakan kegiatan tersebut di satu kabupaten. Karena sangat senang, mereka pun menghambur masuk dan menaiki anak tangga lantai dua. Tetapi tidak dengan Bisma, ketua dalam regu KKN itu tampak sangat gelisah dan memekik ketika awal menapakkan kakinya di Kecamatan Berastagi. Ketika di te

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 05

    "Tuh! Aku bilang juga apa, kalau yang tadi lewat itu sosok bertubuh tinggi," jelas Indah seraya celingukan."Jangan dipikirin, mungkin kita kelelahan aja kali." Anita pun berjalan menuju anak cowok yang menggerompok memangkas rumput.Mereka pun bersama-sama membersihan vila yang sepertinya tak di huni bertahun-tahun itu, meskipun ada Pak Sukri—penjaga vila itu, karena kesibukannya berkebun yang mungkin menghambat dia tidak sempat membersihkan halaman.Semburat arunika menerpa desa yang dikenal dengan berjuta tanaman, lahan yang subur membuat sayuran hingga buah-buahan tumbuh subur, tepat di Kecamatan Berastagi, Sumatra Utara. Hari ini adalah kali pertama kampus Universitas Nusantara memberikan tempat untuk KKN lumayan jauh, para mahasiswa menganggapnya sebagai tempat untuk belajar sambil rekreasi.Kesembilan dari satu tim yang tergabung sebagai peserta memadati ruang tamu, mengenakan jas kuning khas identitas kampus mereka. Masing-masing dari mereka menggerompok di satu titik tumpu, s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 06

    Mereka pun kembali mencatat hasil wawancara pagi ini, tak berapa lama akhirnya sesi tanya jawab telah berakhir. Tiba-tiba, wanita paruh baya selaku istri dari Pak Sukri datang membawa nampan berisikan minuman hangat, yaitu kopi."Hayo ... kita minum dulu, jangan serius banget belajarnya," sambarnya, lalu dia meletakkan nampan berisikan gelas kosong itu ditambah kudapan di atas meja."Silakan diminum, Nak, kopinya," kata Pak Sukri.Anissa pun mengisi beberapa gelas dengan minuman hangat itu, perlakuan dari empu pembimbing sangatlah baik, mereka mendapatkan sebuah nilai moral tersendiri dari masyarakat kampung. Lain halnya jika melaksanakan KKN di kota besar, mata hati mereka telah ditutupi benang merah, meskipun ramai tapi tak satu pun peduli.Arloji berjalan hampir satu jam, tetapi Nando dan Andre tak kunjung datang. Karena pagi ini hanya membahas perihal tanya jawab, para mahasiswa ingin kembali ke vila untuk menjemput dua sahabat yang tak kunjung datang."Pak, kami permisi balik dulu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 07

    Pikram dan Bisma mendobrak pintu kamar mandi, ketika pintu tersebut terbuka, Andre juga telah terkapar bersama darah yang keluar dari mulutnya. Kejadian sama persis ketika terjadi pada Nando barusan, akan tetapi Andre sepertinya masih bernapas."Andre, kau kenapa?" tanya Bisma, ketua dari tim itu merangkul sahabatnya."Perut aku sakit banget, en-enggak tahan lagi ...," respons Andre sangat lirih."Emang kau makan apa sampai bisa sakit perut? Kalian mabuk?" tanya Bisma bertubi-tubi.Lawan bicara terdiam seribu bahasa, dia muntah kembali dengan meneluarkan darah segar dari mulutnya. Nyawa pun kembali hilang bersamaan dengan ucapan terakhir itu, degup jangung berhenti berdecak. "Innalillahi ...," ucap Bisma lirih.***Malam telah tiba, seluruh tim dari anggota KKN itu memandikan jenazah sahabatnya. Mereka tak tahu harus berbuat apa sekarang, ponsel yang kehilangan sinyal dari awal datang ke lokasi praktik, membuat mereka tak mampu menghubungi siapa pun.Selesai memandikan jenazah, mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 08

    Setibanya di dalam vila dengan ruangan sangat lebar, terlihat pemandangan khas yang hadir memanjakan kedua netra, dinding dengan lapisan cat bernuansa serba putih mewarnai dari awal masuk hingga menuju sejurus anak tangga.Lantai yang terbuat dari ubin seakan memberikan warna kemerlap terang, di antara plafon juga dihiasi lentera berukuran lumayan besar, sementara pojok ruangan tersebut terdapat lemari kristal dan arloji sakana klasik."Silakan masuk dulu, Nak." Penjaga—vila bernama—Pak Sukri memperkenankan para mahasiswa untuk masuk.Sembilan orang yang tergabung dalam satu kelompok itu tak pernah terpikir akan mendapatkan tempat KKN paling spesial, sementara mahasiswa kelompok yang lainnya hanya melaksanakan kegiatan tersebut di satu kabupaten. Karena sangat senang, mereka pun menghambur masuk dan menaiki anak tangga lantai dua.Tetapi tidak dengan Bisma, ketua dalam regu KKN itu tampak sangat gelisah dan memekik ketika awal menapakkan kakinya di Kecamatan Berastagi. Ketika di tengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 09

    Karena sangat lelah seharian membawa koper, Bisma pun akhirnya menaiki anak tangga lantai dua, kamar yang tersedia ada sembilan di sana, meski ruang tersebut sangatlah minimalis, tetapi cukup untuk tidur satu ataupun dua orang. Nomor di depan pintunya juga sangat unik, berurutan dari angka satu sampai sembilan.Tepat di depan pintu nomor satu, Bisma berhenti. Dia menoleh ketujuh sahabatnya yang juga menatap serius menuju portal tertulis aneh itu, bercak merah yang terpampang sangat mengundang berjuta pertanyaan."Guys, kalian belum masuk?" tanya Bisma."Belum, Bis, kami enggak tahu harus pilih kamar nomor berapa. Soalnya, kamar ini sangat kecil—mana bisa kalau kita tidurnya bertiga." Dari posisi tengah, Anissa berujar.'Iya juga, ya,' batin Bisma."Bagaimana kalau kita tidur di ruang kamar masing-masing? Kan, jaraknya juga dekat jadi gak perlu takutlah sama hantu," titah Bisma seraya membuang cengir."Bagus juga katamu. Ya, udah, kita masuk aja," sambar Tias dan Anita.Bisma pun masuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 10

    Tepat tengah malam yang menghadirkan suasana temaram, bersama dengan sebuah jenazah yang masih tertidur pulas di atas pembaringan. Jiwa masing-masing peserta KKN gelenyar perihal perseteruan tak kunjung mereda. Tepat di dalam ruang tamu, desas-desus terdengar sejurus dari luar vila. Burung hantu tampaknya tengah bersenandung riang. Ayam jantan juga ambil andil dalam bagiannya, berkokok sejak magrib tadi."Itu suara ayam siapa, ya?" tanya Pikram."Hus! Jangan terpancing dengan bunyi itu," sambar Indah spontan.Masing-masing dari mereka memekik gelisah, karena hewan yang ada di sekitar vila tampak berdatangan hari demi hari, kecipak juga terdengar dari arah kamar mandi. Tempat Andre dan Nando mati secara mengenaskan kini menjadi momok paling menyeramkan."Menurut kalian, kita akan membiarkan mayat mereka membusuk atau bagaimana?" tanya Bisma dengan sangat lantang.Anita dan Indah saling tukar tatap, sementara Anissa dan Siska saling mengedarkan ekspresi bingung. Tak satu pun dari merek

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 11

    Malam semakin larut, perseteruan berakhir karena satu persatu mahasiswi meninggalkan ruang tamu. Bisma dan Pikram pun bergerak dari posisinya awal dan memasuki ruang kamar masing-masing, termasuk Indah yang sedari tadi merasakan aura aneh di ruang kamar.Indah mendudukkan tubuh di atas kursi dan mengambil buku diarynya dari dalam tas ransel berwarna cokelat, hanya ditemani dimar ublik sebagai penerangnya, lentera yang hanya mampu bertahan dengan minyak tanah itu terbang terkena semilir tiupan angin.Hujan deras terjadi di luar vila, benda bertinta hitam pun menari di atas kertas putih. Menuliskan kejadian demi kejadian akhir-akhir ini terjadi padanya, semenjak dia berhasil selamat dari maut beberapa bulan lalu, seakan membuka mata batin gadis berusia 21 tahun itu.Ketika dua paragraf diksi telah dia tulis, tiba-tiba jendela seperti ada yang ingin membuka, beberapa kali suara itu datang—membuat Indah menatap sejurus ke samping. Gorden bernuansa serba hijau terbang sebelum akhirnya berh

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15

Bab terbaru

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 23

    'Mereka kenapa, ya? Aneh banget, perasaan tadi masih baik-baik aja.' Selesai bersenandika, Indah menyentuh kening Anita sembari mengecek suhu badannya. Sebelum telapak tangan mendarat di kening wanita berdasi merah itu, lawan bicara pun menarik tangan kanan Indah dan memutarnya sangat erat.Karena kesakitan, wanita berusia 21 tahun itu melayangkan pukulan lewat kaki kanannya, kemudian dia terlempar sekitar satu meter dari depan ketiga sahabat. Tubuh mungil dan semampai itu seketika terbanting di atas lantai, ekspresi Indah juga berubah menjadi meringis kesakitan."Ach, mereka kenapa jadi seperti ini, sih? Padahal tadi baik-baik aja, atau mereka kerasukan hantu?" Ketiga dari sahabatnya itu berdiri dan masing-masing mengambil pisau di atas nakas. Mereka tertegun seraya berjalan gontai mememui Indah, tatapan kosong Anita dan yang lainnya juga sangat membuat gemetar. Karena sangat takut, Indah mundur dengan menggeser tubuhnya yang telah terjatuh."Anita, jangan lakuin ini. Tias, Anissa,

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 22

    Tepat di hari kelima belas para peserta KKN melaksanakan tugas mereka, setelah hilangnya nyawa ketiga sahabat secara dramatis, muncul kehadiran seseorang yang tak pernah terlihat sebelumnya.Seorang pemuda yang mengaku sebagai alumni itu datang secara tiba-tiba baik dalam mimpi maupun dunia nyata, akan tetapi hanya Indah yang menjadi orang satu-satunya sebagai target pemuda asing itu, sosok berwajah tampan yang hampir setiap hari datang dalam bunga tidur seakan telah menguasai dunia alam bawah sadar gadis berusia 21 tahun itu.Karena pagi ini ada proyek kegiatan meneliti seputar tanaman yang hidup di Desa Berastagi, keenam mahasiswa dan mahasiswi yang tersisa menggerompok ke pusat lokasi vila tersebut. Ruang tamu dengan ukuran lebih lebar dari lokasi lain adalah titik tumpu berkumpulnya para mahasiswa KKN. Dengan langkah kaki sedikit kencang, Indah melompat dari atas dipan setelah mendengar jam beker di atas nakas berdering sangat keras. Mimpi yang terjadi beberapa hari belakangan me

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 21

    'Dimas? Perasaan enggak ada siapa-siapa di sini. Kan, cuma ada aku dan dia aja?' tanya Bisma bersenandika."Kenalin, ini Dim ...."'Loh, Dimas pergi ke mana, ya? Cepat banget ngilangnya!' pekik Indah bermonolog.Tatapan pun menoleh ke kanan dan ke kiri. Pasalnya, pemuda yang sedari tadi dia ajak berbicara hilang secara spontan. Sementara Bisma mematung di posisi awal, sebelum akhirnya dia duduk di sebelah kanan lawan bicara.Tampak dari kedua bola matanya, Indah kebingungan dan mencari-cari pemuda tersebut. Namun, setelah kehadiran Bisma di depan, pemuda asing itu hilang seperti embusan angin. Semburat jingga arunika menyingsing dan menggandeng nuansa hitam putih, suara burung kedasik kembali terdengar."Indah, sudah sore. Yuk, kita kembali ke vila," ajak Bisma seraya menoleh sekilas wanita aneh di sampingnya.Tanpa membalas ucapan ketua tim, Indah pun mengikuti langkah Bisma dari belakang. Sementara dari balik pohon randu, Dimas memantau wanita yang dia sukai itu tengah berjalan bers

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 20

    Siang itu tepat di desa yang penuh dengan berjuta pertanyaan, seraya merumuskan kejadian datang secara bertubi-tubi setiap harinya. Indah Saraspati adalah seorang gadis yang tertutup, untuk segala masalah dia tak mau menceritakan pada siapa pun.Sejak kehadirannya kembali di tengah-tengah para sahabat, kehidupan terasa sangat berbeda. Semenjak dinyatakan mati dan kembali hidup membuat Indah teropsesi pada kesendirian, dengan begitu dia bisa merasakan ketenangan. Semburat arunika menerpa jiwa lara, terpatri indah di dalam hati gadis berusia 21 tahun itu. Nestapa seakan ambil andil dalam bagiannya, kematian demi kematian yang terjadi terlontar akibat keberadaannya dalam satu tim KKN. Karena sangat kecewa, dia keluar dari Vila dan berjalan menuju pohon randu. Tepat di pinggir desa dengan pepohonan berukuran lumayan besar. Sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, Indah bersenandung bersama tembang lagu-lagu nostalgia. Kecintaannya kepada musik gondang suku Batak sangat melekat,

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 19

    "Kau bisa menjamin kalau bukan dia yang membunuh?" sambar Anissa spontan bernada sedikit mendayu."Kalian lagi ngomongi siapa? Sepertinya serius sekali. Perihal membunuh, siapa yang dibunuh?" Indah hadir di tengah-tengah perseteruan yang terjadi, kedatangannya yang secara tiba-tiba membuat bungkam perbincangan."Eh, Indah, kita enggak ngomongi soal pembunuhan, kok. Kau salah dengar kali," titah Anissa meringis takut, dia menggigit bibir bawahnya seraya menoleh ke wajah para sahabat yang telah melotot."Oh, kirain lagi ngomongi apa. Soalnya, aku bukan pembunuh. Kalau kalian berpikir aneh tentang kejadian ini, suatu saat permainan ini akan terungkap." Indah kembali memutar badan dan berjalan menuju lantai dua.Setelah orang yang tengah mereka bahas pergi, napas pun kembali netral setelah sebelumnya terhenti sejenak. Pembahasan tak lagi terdengar, mereka lebih memilih meninggalkan ruang tamu.Anita dan Tias berjalan menemui sahabatnya yang sedang berada di dalam kamar tidur. Pintu kamar

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 18

    Hari berganti hari, minggu kedua telah mereka lewati bersama dengan kejadian yang tak pernah terpikirkan. Keenam mahasiswi Universitas Nusantara sedang diruntuk rasa bingung, pertanyaan datang tanpa jeda seolah otak tak mampu untuk merumuskan segalanya.Permadani terpampang jelas di luar vila, makam tanpa batu nisan menghabiskan ketiga mahasiwa yang tak mampu untuk mencekal takdir. Ironi itu memang hakiki, akan tetapi maut tak mau berdamai dengan mereka. Karena kematian itu terjadi sangat tidak wajar, kehadiran mereka dalam vila hanyalah bagai tawanan dalam penjara pesugihan."Aku mengajak kalian berkumpul di ruangan ini karena ingin membahas sesuatu," ucap Bisma yang sedari tadi memekik di atas kursi sofa.Kerlingan netra masing-masing mahasiswa menoleh kiri dan kanan, sepertinya Bisma memiliki pemikiran yang sama, lamat-lamat para mahasiswi tak percaya perihal makhluk gaib itu ada di sekitar vila."Berhubung kita sudah berkumpul di ruangan ini, apa yang ingin kalian bahas." Anissa m

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 17

    Sosok berambut ikal dan panjang itu mengedarkan senyum kecil, tatapannya sejurus menuju netra wanita yang sedang mengenakan kain panjang khas suku Batak itu. Kuku-kuku yang ada pada jemari sosok itu juga sangat tajam dan panjang, badan kurus dan semampai mematung tanpa pergerakan.'Ini boneka atau manusia, ya?' tanya Indah dalam hati.Karena sangat penasaran, dia memutuskan untuk menyentuh permukaan kulit bagian wajah sosok itu. Seraya menelan ludah, Indah menarik napas berat beberapa kali. Dimulai dari telapak kaki, Indah menatap secara saksama, kemudian menuju betis dan sejurus pada perut. Namun, tubuh makhluk itu semakin dilihat semakin terasa sangat panjang dan tinggi. Semakin dia mendongak semakin panjang dan tak tahu sampai mana batas penglihatan itu berhenti.Sekitar hampir tiga meter dari pusat tatapan, akhirnya tinggi badan makhluk itu berhenti. Sudah menyamai tinggi pohon randu yang ada di sampingnya. Karena sangat gemetar, Indah mencoba untuk mundur beberapa langkah ke bela

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 16

    Dalam suasana temaram vila yang menyimpan berjuta pertanyaan, seraya merumuskan misteri itu dalam kepala wanita yang sedari tadi merebahkan kedua sayap di atas kursi sofa sekelebat tercengang ke ambang pintu. Napas yang terengah-engah sekilas terasa berhenti pada tumpuan penglihatan, di luar sana seperti tengah digelar sebuah acara dengan alat musik yang terdengar sangat menggugah, hitam putih temaram permadani dengan bannyaknya penonton—hadir menggerompok.Rasa penasaran menghujani Indah yang sedari tadi mencoba untuk menyibak logika dalam isi kepala, menoleh kanan dan kiri seraya menyingkap sebuah penglihatan nyata. Penonton pun tak hanya berdiam diri mendengar alunan irama itu, mereka menari serempak dengan hentak kaki yang hampir sama.Lamat-lamat, Indah beringut dari kursi sofa dan berjalan sangat gontai, ditimpali rasa pusing menyergap kepalanya, pagelaran acara itu berlangsung di depan halaman vila. Secara saksama, wanita berusia 21 tahun itu membulatkan kedua netranya tanpa m

  • TEROR BEGU GANJANG (Selanjutnya Kau Yang Akan Mati)   Bab 15

    "Kita masih di dalam vila, kok, Bis." Anita menjawab seraya menoleh ke kanan dan ke kiri sahabatnya yang sedang menggerompok membentuk posisi bulat."Apa yang terjadi padaku, Nit?" Anissa pun mencoba bangkit dari posisi tidurnya. Dengan sigap, Indah dan Tias membantu Anissa untuk mendudukkan badan.Akhirnya, kedua sahabat mereka pun kembali sadar. Suara burung kedasik tak lagi terdengar, tetapi hilangnya suara itu membuat listrik di vila—padam secara spontan. "Astaghfirullah!" sorak kelima mahasiswa secara serempak.Nestapa menyergap jiwa masing-masing mahasiswi yang notabenenya memiliki hati paling sensitif dibandingkan pria, kelima wanita itu merasa sedang diruntuk sebuah ayat-ayat kematian sepanjang hari, hanya tinggal menghitung giliran saja—siapa yang akan pergi selanjutnya.Bahkan hilangnya mobil milik mereka juga menjadi tanda tanya besar, alih-alih ingin pergi dari kubangan daerah mistis tersebut, tetapi tak ada kendaraan yang mampu membawa mereka meninggalkan lokasi. Gairah

DMCA.com Protection Status