"Mamaaa!" teriak Ayra penuh keceriaan.Mira yang sedang melihat-lihat foto Clara di Instagram, otomatis mengalihkan pandangan pada putri bungsunya yang baru saja datang. "Kamu ini masih pagi udah teriak-teriak. Kamu menang arisan? Sepertinya ada kabar gembira.""Dugaan kita benar, Ma. Tentang Kak Re dan Clara."Tentu saja Mira jadi bersemangat. "Tuh kan, feeling Mama benar. Gimana, gimana?"Ayra langsung duduk di samping mamanya. "Jadi, Bu Nina alias kepala divisinya Clara nggak sengaja ketemu mereka berdua di restoran. Mama pasti kaget kalau tahu anak sulung Mama bisa romantis juga. Kak Re ngasih bunga, Ma.""Ya Tuhan, Mama happy banget loh dengarnya.""Aku pun sama, Ma. Awalnya Bu Nina juga yakin nggak yakin, sih, karena nggak terlalu hafal banget sama Kak Re. Sampai kemudian dia sadar kalau itu Kak Re dan semuanya jadi masuk akal tentang pemindahan paksa Clara. Se-bucin itukah Kak Re sampai-sampai Clara nggak boleh kerja dan harus selalu di dekatnya?""Mama juga nggak nyangka kakak
Sore-sore begini saat di rumah sendirian, Clara memilih berenang sebagai aktivitas yang menyenangkan sekaligus menenangkan. Terkadang saat ada Lidya, wanita itu ikut melakukan hal yang sama dengannya. Namun, saat ini Lidya sedang tidak ada di rumah. Clara sendiri tidak tahu ke mana wanita itu sejak siang, terlebih tidak membalas pesannya.Setelah hampir setengah jam berenang, ia memutuskan berendam di kolam yang dangkal. Duduk berselonjor, air hanya mencapai dadanya. Clara pun menyandarkan punggungnya dan perlahan memejamkan mata, menikmati keheningan yang ada."Clara...."Tentu saja Clara terkejut saat tiba-tiba ada suara berat yang memanggilnya. Ia hafal betul itu suara Revan. Tentu Clara langsung terperanjat dan berdiri. Ya, untungnya ia selalu memakai swimsuit yang sangat jauh dari kata seksi."Astaga. Kamu ngagetin aja.""Sori, aku di sini udah dari beberapa menit lalu. Tapi kamu sepertinya lebih betah banget di air, sampai-sampai nggak menyadari kehadiranku.""Kamu hantu? Aku ba
Di lift, baik Clara maupun Revan sama-sama saling diam. Penampilan mereka sudah sangat rapi selayaknya orang yang hendak kencan, apalagi ini malam Minggu. Revan yang tampan dengan jas hitamnya, sedangkan Clara amat cantik mengenakan dress merah selutut yang sangat elegan. Tangannya juga menggenggam clutch bag berwarna silver, warna yang senada dengan high heels-nya.Satu hal yang menarik perhatian Revan, yakni anting-anting berbentuk bulat yang Clara kenakan cukup besar sehingga meskipun rambut sebahu wanita itu tergerai rapi, anting-anting itu tetap terlihat sangat cantik.Setelah pintu lift terbuka, mereka pun keluar beriringan."Lidya sama Angga di mana, ya," ucap Clara, lebih kepada dirinya sendiri."Mereka nunggu di mobil."Clara tidak menjawab, tapi ia tetap mengikuti Revan. Sampai kemudian mereka tiba di salah satu mobil.Saat Clara hendak membuka pintu depan, Revan langsung mengisyaratkan agar Clara duduk di belakang. Clara pun tidak mendebat, toh ini bukan masalah.Namun, saa
Clara pikir Revan sudah gila, atau setidaknya sedang kerasukan. Namun, sepertinya ia lebih gila lagi. Bagaimana tidak, sekarang ia sedang berhadapan dengan jarak se-intim ini dengan pria itu di lantai dansa.Revan menautkan satu tangannya yang terangkat dengan tangan Clara, sementara tangan satunya ia tempatkan di pinggang wanita itu.Sedangkan Clara, tangan satunya ia tempatkan di bahu Revan. Wanita itu harus mendongak lantaran Revan jauh lebih tinggi darinya.Berbeda dengan Revan yang santai dan masih bisa tersenyum, jujur saja, Clara sangat gugup. Apalagi ia merasa sedang diperhatikan semua orang. Ya, meskipun semua orang sedang berhadapan dengan pasangannya masing-masing di lantai yang sama, tetap saja Clara merasa kalau orang-orang itu tengah mengawasinya dengan Revan.Lagu romantis masih terus diputar, Clara berusaha mengimbangi gerakan Revan. Sungguh, Clara merasa berada di posisi ingin berlari tapi tidak bisa. Melanjutkan ini pun benar-benar terasa sangat memalukan."Rupanya k
"Ini nih, alasan kita lebih baik pakai satu mobil aja," ucap Angga yang mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah orangtua Revan.Di mobil ini, hanya Angga dan Clara yang seratus persen sadar. Lidya sudah memejamkan matanya di kursi depan, tentunya kursi yang wanita itu duduki sudah dibuat senyaman mungkin, juga tidak lupa memasang sabuk pengamannya.Sedangkan Clara, duduk bersama Revan yang mabuk berat di kursi belakang. Revan bahkan sudah membuka jasnya, kemejanya pun sangat berantakan."Aku ngerti Lidya mabuk, tapi pria yang satu ini nih ... dia bahkan dengan penuh percaya diri bilang nggak akan mabuk. Sekarang lihat?" kata Clara sambil sesekali menyingkirkan kepala Revan dari pundaknya."Mereka memang sering seperti ini, Cla.""Hah? Terus gimana cara kamu ngurusin dua orang mabuk sekaligus?""Bos kadang nggak ikut pulang alias bermalam di rumah orangtuanya.""Terus sekarang kenapa ikut pulang? Ngerepotin banget.""Sebelum berangkat, bos udah berpesan seandainya dia mabuk ...
Merasa Revan memeluknya sangat erat, Clara langsung tersadar."Revan, please lepasin. Kamu mau ngapain?" Meskipun tubuhnya merasa nyaman, tapi kesadaran Clara tidak boleh lengah."Apa aku udah pernah bilang, kalau kamu cantik?" balas Revan pelan, tapi dengan posisi seperti itu, Clara bisa mendengarnya dengan jelas. Sangat jelas."Kamu makin melantur, Revan. Lepasin selagi aku masih ngomong dengan cara baik-baik.""Aku serius. Kamu cantik banget, Cla.""Terus kenapa kalau cantik? Ya Tuhan ... kamu mabuk, Revan. Lepasin!" Kali ini Clara berusaha melepaskan diri, tapi rasanya sulit karena pelukan Revan begitu erat."Aku suka kamu. Ini serius."Clara tidak langsung menjawab, tapi detak jantungnya semakin cepat. Lebih cepat dari saat mereka berdansa tadi. Ia tidak pernah membayangkan Revan akan mengatakan hal seperti itu padanya sekalipun dalam kondisi mabuk."Ka-karena aku cantik?""Bukan hanya itu, tapi karena perlahan kamu menguasai hatiku sampai-sampai duniaku seakan hanya tertuju pada
Setelah hal 'panas' yang dilakukannya dengan Revan sepulang dari acara anniversary orangtua pria itu, jujur saja Clara terus memikirkan apa yang mereka lakukan. Mereka memang tidak sampai bercinta, tapi tetap saja Clara jadi merinding sendiri saat membayangkan betapa intensnya ciuman dan sentuhan Revan terhadapnya.Ini adalah ciuman keduanya dengan Revan setelah dulu pria itu salah mengira bahwa Clara adalah Ariana. Bedanya, malam ini Clara mendengarnya dengan sangat jelas kalau pria itu menyebutkan namanya. Terlepas dari pria itu mabuk atau tidak."Lupakan, Clara. Itu konyol!" batinnya.Ya, itu sangat konyol. Kenapa ia mengizinkan pria itu menciumnya bahkan memeluknya dengan posesif? Clara yakin ada yang salah dengan dirinya. Mungkin itulah yang membuat Clara tidak bisa tidur sampai pagi.Jadi, tadi malam setelah Clara yakin Revan benar-benar sudah nyenyak, ia berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu. Agak susah memang karena Revan membuat dirinya seolah guling. Namun, pada akh
Tak lama kemudian, Clara pun menghampiri Revan dan duduk di kursi yang pria itu tarik tadi. "Aku nggak nyangka kamu bisa masak.""Enggak pernah masak bukan berarti nggak bisa, ya." Revan berkata sambil mengambil posisi duduk di kursi yang ada di hadapan Clara."Nah itu maksudku. Kamu, kan, nggak pernah masak ... kenapa tiba-tiba berlagak jadi koki begini?""Pengen aja, kenapa? Masalah buat kamu?" jawab Revan. "Lagian aku kalau lagi senggang kadang begini, kok. Kamunya aja yang baru lihat.""Sebenarnya aku jarang makan makanan berat kalau pagi. Apalagi ini masih pagi banget.""Takut gemuk?""Bukan itu. Lagian kenapa masak sebanyak ini, sih?""Aku yang masak kenapa kamu yang ribet, sih? Tinggal makan aja, malah seharusnya kamu berterima kasih karena udah dimasakin.""Siapa juga yang minta dimasakin?" gumam Clara sangat pelan. Ia sewot sendiri."Oke, mari berhenti debat dan selamat makan," balas Clara sengaja mengakhiri topik. Lagi pula ia ingin secepatnya pergi dari tempat ini.Meskipun
Delapan bulan kemudian….Suara tangis bayi menggema di salah satu ruangan bersalin di rumah sakit. Clara, yang baru saja berjuang mati-matian demi kehadiran buah cintanya bersama Revan, kini tersenyum lega melihat bayi mungil yang baru saja dilahirkannya secara normal. Lelah dan sakitnya seakan terbayar sudah saat mendengar suara tangis sang bayi.Revan, yang mendampingi Clara dan tidak mau sedikit pun beranjak. Ia terus menggenggam tangan Clara selama proses persalinan tadi. Sungguh, Revan jadi tahu betapa besar perjuangan seorang ibu. Setelah buah hati mereka benar-benar lahir, Revan tanpa ragu mencium kening Clara yang penuh dengan peluh.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih sudah melahirkan anak kita.”Ini adalah anak pertama mereka dan berjenis kelamin laki-laki. Sempurna sudah kebahagiaan Clara dan Revan.Setelah bayi mungil itu selesai dibersihkan, perawat pun meletakkannya di samping Clara. Detik berikutnya, Mira dan Ita masuk. Dua wanita paruh baya itu juga tampak terharu, har
Sebulan setelah Clara dan Revan berbulan madu, hari-hari kembali berjalan seperti biasa. Bedanya, sekarang Clara dan Revan tinggal sekamar. Catat, sekamar dan satu ranjang! Terkadang di kamar Revan, sesekali juga di kamar Clara, yang pasti mereka tidur berdua. Menikmati awal-awal pernikahan dengan selalu bermesraan dan melakukan hal ‘panas’ tanpa sedikit pun merasa bosan.Sisanya sama saja, Revan tetap bekerja seperti biasa dan tentunya Angga selalu setia menjadi asisten Revan.Saat Revan dan Angga sedang bekerja, Clara dan Lidya pun akan sibuk dengan berbagai aktivitas. Terkadang, Lidya mengajari Clara memasak. Ini bukan berarti Clara tidak bisa memasak. Clara bisa, sedikit, dan Lidya yang jauh lebih jago bersedia mengajarinya.Clara jadi berharap Lidya dan Angga tetap tinggal di rumah ini bahkan setelah mereka menikah. Jika tidak, Clara pasti akan merasa kesepian saat Revan sibuk bekerja.Mereka berempat kompak tidak takut jika harus tinggal bersama dalam satu atap. Bagaimana tidak,
Baik Clara maupun Revan sekarang sama-sama merasa lega. Bagaimana tidak, mereka sudah melewati semua proses dari lamaran, pernikahan, resepsi pernikahan dan ngunduh mantu yang dirayakan secara mewah dan besar-besaran di kediaman orangtua Revan.Jujur, Clara tidak pernah berpikir akan menikah sebelum usia 30 tahun. Dulu, ia mengira akan menunggu Benny lebih lama lagi. Namun, siapa sangka jodohnya ternyata adalah Revan yang tidak perlu membuatnya menunggu sampai bertahun-tahun untuk mempersuntingnya.Sungguh, Clara tidak bisa memungkiri rasanya sangat membahagiakan. Apalagi jika mengingat Revan yang begitu mencintainya, lalu mertuanya juga sangat menyambut hangat kehadirannya.Sekarang, tersisa proses yang sangat dinanti-nantikan mereka berdua. Ah, mungkin bukan hanya mereka berdua, pasti setiap pasangan yang baru menikah sangat menantikan momen ini. Bulan madu.Clara dan Revan sepakat akan menghabiskan waktu bulan madu mereka di negeri ini, tepatnya di Pulau Sumba. Mereka akan tinggal
Kembali ke kamar, Revan mendapati Clara masih tertidur lelap. Ia tersenyum lalu memutuskan bergabung di kasur seperti tadi. Dipeluknya Clara yang kini mulai menggeliat.Dengan penuh kasih sayang, Revan mengelus-elus rambut Clara, juga tak lupa mengecup keningnya. Ah, sepertinya ini akan menjadi aktivitas pagi yang menyenangkan dan akan dilakukannya setiap hari tanpa rasa bosan.Perlahan, Clara membuka matanya. Ia agak terkejut menyadari Revan sedang menatapnya intens sambil memeluknya."Astaga. Kamu ngagetin aja.""Selamat pagi, Istriku. Wanita cantik yang selalu ada di hatiku."Clara mengernyit. "Semakin hari kamu semakin menjadi-jadi. Apa jangan-jangan belakangan ini kamu kursus ngegombal.""Asal kamu tahu, perkataanku tulus. Ini karena aku sangat bahagia memilikimu, Sayang."Clara tersenyum. Ia lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Revan. Setelah mencium singkat bibir suaminya itu, Clara berkata, "Aku juga bahagia. Serius.""Sekarang, mau tidur lagi sambil dipeluk, sarapan atau mand
Clara dan Revan memang tidur di kasur yang sama, meskipun mereka belum melakukan ritual malam pertama ala pengantin baru seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya lantaran Clara belum selesai mengusir tamu bulanannya. Namun, mereka tetap mesra. Ya, mesra meskipun tanpa bercinta.Pagi ini saja, Revan terbangun dari tidurnya dalam keadaan memeluk erat Clara. Sangat erat. Terlebih Clara juga tampak nyaman saat dipeluk. Ah, rasanya sangat membahagiakan saat wanita yang dicintainya kini resmi menjadi istrinya.Clara masih tertidur lelap, sedangkan Revan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi. Rasanya ia ingin tidur lagi, tapi getaran ponsel tiba-tiba membuatnya terpaksa mengulurkan tangannya ke arah nakas untuk melihat siapa yang meneleponnya. Jika dirasa tidak penting, ia akan mengabaikannya saja lalu tidur lagi. Bila perlu ia akan menonaktifkan ponselnya.Melihat layar ponselnya yang menyala, Revan mengernyit. Rupanya Anggalah yang menelepon. Ia sebelumnya sudah mewan
Setelah Revan secara resmi melamar Clara, seminggu kemudian dua keluarga bertemu untuk menentukan tanggal pernikahan. Clara pun sudah tidak tinggal di rumah Revan lagi. Tunangan? Ah, baik Revan maupun Clara dan seluruh keluarga memutuskan sekalian menikah saja. Maksudnya, tunangan hanya bertukar cincin dan sekadar dihadiri dua keluarga inti masing-masing, tidak sampai membuat acara besar.Setelah diputuskannya tanggal pernikahan, tentunya segala persiapan pun mulai dilakukan. Baik Clara maupun Revan tentu baru tahu ternyata segala persiapan menjelang pernikahan itu lumayan memusingkan dan menguras energi, terlebih keduanya memang menginginkan yang terbaik untuk acara yang hanya akan berlangsung seumur hidup sekali ini.Mereka benar-benar sibuk selama beberapa bulan terakhir ini. Dan sepertinya bukan Clara dan Revan saja yang merasa lelah, keluarga mereka masing-masing serta Angga dan Lidya pun turut sibuk mempersiapkan hari bahagia Clara dan Revan.Enam bulan berikutnya, Clara dan Rev
Satu bulan berlalu, waktu yang begitu cepat bagi Revan karena ia terlampau sibuk mengurusi banyak hal sehingga tidak terasa waktu seakan berlalu begitu saja. Namun, kabar baiknya sekarang pria itu cukup lega karena segala tentang Benny sudah selesai. Beberapa artisnya yang terlibat sebagai korban dalam kasus ini pun terlindungi dengan baik, sementara Benny resmi dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.Tentang Ariana, wanita itu sudah mantap meninggalkan dunia keartisannya. Ia bukan hanya ingin fokus pada bayi dalam kandungannya, tapi juga ingin hidup tenang bersama sang Nenek. Dengar-dengar, Ariana juga hendak mengajukan gugatan cerai terhadap Benny. Entah benar atau tidak, tapi setidaknya itulah berita yang beredar.Mengusik Ariana? Tentu tidak. Clara dan Revan memang sudah memutuskan untuk mengakhiri segala tentang Ariana dan Benny. Mereka sepakat, tinggal fokus pada hubungan mereka berdua saja.Kalau bagi Revan sebulan terasa cepat saking sibuknya, sedangkan bagi Clara kebalikannya. Bagi
Revan langsung terduduk, sedangkan Clara bergegas berdiri untuk melihat siapa tamu yang mendatangi rumahnya itu. Belum sempat mencapai pintu, seorang wanita yang sangat mereka kenal sudah lebih dulu muncul."Lidya?" ucap Clara yang agak terkejut, pasalnya wanita itu sama sekali tidak mengabarinya kalau hendak datang."Bos, Clara ... ya Tuhan, kenapa kalian nggak ada yang mau angkat telepon? Aku pikir kalian lagi ngapain," ucap Lidya yang ekspresinya sulit diartikan. Entah itu kesal, khawatir atau curiga?"Bos juga, udah bikin Angga super sibuk, kenapa bikin aku ikutan sibuk juga?" lanjut Lidya."Ponselku di-silent ternyata, pasti punya Clara juga," jawab Revan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku jas. Revan memang melepas jasnya tanpa mengeluarkan ponselnya. Ia terlalu fokus pada kebersamaannya dengan Clara sehingga tidak memedulikan hal lain. Ternyata ada banyak panggilan tidak terjawab dari Angga."Ada apa, Li?" Kali ini Clara yang berbicara."Angga nyuruh aku ke sini buat minta
Ariana menangis, apalagi saat Benny benar-benar dibawa oleh polisi. Ia tidak bisa mencegah dan hanya bisa pasrah melihat pria yang kini resmi menjadi suaminya digiring ke mobil polisi. Tangisan Ariana bahkan semakin menjadi-jadi, membuat siapa saja yang ada di sana merasa kasihan dan tidak tega melihatnya.Setelah mobil polisi berhasil meninggalkan area gedung resepsi pernikahan yang dipenuhi para wartawan dan orang-orang sekitar yang tampaknya ingin melihat langsung 'pertunjukan langka' seorang aktor papan atas yang belakangan ini terkena skandal video syur, sekarang harus diringkus polisi di hari resepsi pernikahannya.Sebenarnya waktu resepsinya masih belum selesai, tapi harus dipaksa selesai. Meskipun begitu, Ariana belum mau keluar gedung, terlebih di depan sana para wartawan masih bertahan untuk meliputnya.Akhirnya, Ariana memutuskan duduk di ruang ganti. Ia menangis sejadi-jadinya ditemani tim wedding organizer yang terus berusaha menenangkannya.Setelah lebih tenang, beberapa