Share

Bab 4 Cemburu?

Luna duduk di meja kerjanya di sudut ruangan kantor, memandang layar laptop dengan fokus. Sebagai salah satu karyawan tim desain di perusahaan Daehan, ia bekerja keras dan menjalankan tugasnya dengan profesional. Tidak ada seorang pun di kantor yang tahu bahwa Luna adalah istri sah Daehan.

"Hei ,Luna tolong belikan aku kopi ya caramel machiatto "ucap seorang senior di tim desain tersebut.

"Baik ka, aku belikan."Luna pergi ke kantin .

Pernikahan mereka memang dirahasiakan, Daehan menginginkan semua tetap tertutup, sementara Luna pun tidak berani membocorkan kesepakatan pernikahan kontrak mereka. Hanya enam bulan yang perlu ia jalani, setelah itu mereka akan berpisah, dan ia bisa melanjutkan hidupnya.

Namun, meskipun mereka sudah menikah, kehidupan Luna di kantor tidak berubah. Dia diperlakukan seperti karyawan biasa, bahkan sering diremehkan oleh beberapa rekan kerjanya.

"Luna ... tolong kau buat laporan ini ya sore ini harus selesai."

"Baik bu "Luna menganggukkan kepalanya.

Beberapa dari mereka beranggapan bahwa Luna hanyalah anak baru yang tidak terlalu berbakat, hanya beruntung mendapatkan pekerjaan ini karena rekomendasi. Luna tidak pernah mempedulikan omongan tersebut, tapi tetap saja itu menyakitkan.

---

Suatu pagi, situasi di kantor tiba-tiba berubah drastis. Suasana tegang terasa di setiap sudut ruangan. Luna mendengar bisik-bisik di antara para karyawan. "Data perusahaan diretas," kata seorang karyawan, "Ini bisa menjadi bencana besar bagi perusahaan."

Luna mengernyit, berusaha mendengarkan lebih lanjut. Ternyata, perusahaan Daehan telah mengalami serangan cyber. Data penting mengenai proyek baru perusahaan telah dicuri. Lebih parah lagi, ada isu bahwa produk terbaru yang sedang mereka kembangkan telah diselundupkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Produk itu belum diluncurkan, dan jika bocor sebelum waktunya, ini bisa menghancurkan reputasi perusahaan.

Di ruangan Daehan, situasinya lebih parah. Dia berjalan mondar-mandir, dengan wajah tegang dan penuh amarah. Sebagai CEO, Daehan tahu bahwa situasi ini bisa berakhir buruk jika tidak segera diatasi. Peretasan ini bukan hanya ancaman terhadap produk mereka, tetapi juga seluruh kepercayaan pasar dan investor terhadap perusahaan.

Setiap malam, Daehan pulang lebih larut dari biasanya, bahkan kadang tidak pulang sama sekali. Kantornya berubah menjadi tempat pertempuran, tempat di mana ia harus melawan krisis yang tak terduga ini. Luna memahami bahwa suaminya sedang menghadapi tekanan besar, tapi mereka tidak pernah membicarakan apa pun di rumah. Hubungan mereka tetap dingin dan canggung, sesuai dengan kontrak yang telah mereka sepakati.

---

Suatu malam, Luna pulang lebih awal dari biasanya. Dia memilih naik bus, meskipun lelah setelah seharian bekerja. Namun, di halte bus, seorang staf dari kantor, Ardha melihatnya dan menawarkan tumpangan. "Luna, kamu pulang? Kebetulan, aku juga searah. Bagaimana kalau aku antar?"

Luna tersenyum canggung. "Tidak usah, terima kasih. Aku sudah biasa naik bus."

Ardha tetap bersikeras, "Tidak masalah, aku akan antar. Ini lebih nyaman daripada harus berdiri di bus, kan?"

Meski merasa tidak nyaman, Luna tetap menolak. Namun, saat Ardha terus memaksa, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan mereka. Jendela mobil itu turun, dan terlihatlah wajah Daehan yang tegang, matanya dingin menatap mereka berdua.

"Luna," panggil Daehan dengan nada tajam, "Masuk ke mobil sekarang."

"Bbbaik, Ardha aku harus pulang permisi."Luna berusaha menolak dengan sopan.

Luna terpaku sejenak, tapi kemudian mengangguk pelan dan mengucapkan terima kasih pada Ardha sebelum masuk ke dalam mobil Daehan. Sepanjang perjalanan, suasana terasa sangat tegang. Daehan tidak berkata apa-apa, hanya memandang lurus ke depan dengan rahangnya yang mengeras.

"Kenapa Luna mau naik mobil, Pak Daehan?"gumam Ardhana. Kemudian Ardhana melajukan mobilnya.

Setibanya di rumah, Daehan langsung membanting pintu dan menatap Luna dengan mata yang menyala penuh amarah. "Kau pikir kau bisa bermain-main dengan pria lain di belakangku, Luna?"

Luna terkejut mendengar tuduhan itu. "Apa maksudmu, pak Daehan? Aku hanya menolak tawaran tumpangan dari Ardha"

0

Daehan mendekatinya dengan langkah cepat, wajahnya penuh kemarahan. "Jangan pura-pura tidak mengerti. Kau sama saja seperti wanita penggoda lainnya! Sama seperti selingkuhan ayahku yang menghancurkan keluargaku!"

Luna tertegun, tidak menyangka bahwa Daehan akan melontarkan tuduhan seberat itu. "Pak ,, aku tidak pernah berniat bermain-main dengan pria lain. Aku hanya bekerja di perusahaanmu seperti karyawan lainnya."

Daehan mencibir, "Oh, sungguh? Lalu kenapa kau menerima tumpangan dari Ardha? Kau pikir aku tidak tahu apa yang terjadi di kantor? Mata semua orang selalu tertuju padamu, menilai setiap gerak-gerikmu."

Luna merasa hatinya hancur mendengar kata-kata kasar Daehan. "Kau tidak adil, Pak.. Aku tidak pernah melakukan hal yang tidak pantas. Kau tahu itu. Aku hanya ingin membantu ayahku melunasi hutangnya, itulah alasan mengapa aku setuju dengan pernikahan kontrak ini."

Daehan terdiam sesaat, namun amarahnya belum mereda. "Kau mungkin pandai bersandiwara, Luna. Tapi ingat, pernikahan ini hanya kontrak. Jangan pernah berpikir kau punya kendali atas hidupku."

Luna menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Aku tidak pernah meminta lebih, Pak. Aku tahu pernikahan ini hanya kontrak. Tapi setidaknya kau bisa bersikap sedikit adil dan tidak menuduhku sembarangan."

Daehan hanya menatapnya dingin, sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan ruangan. Luna terduduk di kursi ruang tamu, merasa sangat terluka dan bingung.

Bagaimana mungkin pernikahan yang seharusnya hanya sementara ini bisa membawa begitu banyak rasa sakit? Dan bagaimana mungkin Daehan bisa melihatnya sebagai ancaman, hanya karena masa lalunya yang penuh luka?

---

Malam itu, Luna tidak bisa tidur. Pikirannya terus dipenuhi oleh kata-kata kasar Daehan. Meskipun pernikahan mereka hanyalah kontrak, ia tidak pernah berpikir Daehan akan menyamakan dirinya dengan wanita yang menghancurkan keluarganya. Luna tahu bahwa Daehan memiliki luka dari masa lalu, terutama karena perselingkuhan ayahnya. Tapi itu bukan alasan untuk memperlakukannya seperti ini.

"Sungguh ini sangat menyakitkan, aku tak tahu harus bagaimana menghadapi sikapnya."lirih Luna dia ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Di sisi lain, Daehan juga duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke arah meja penuh berkas. Ia merasa bersalah karena meluapkan amarahnya pada Luna. Namun, setiap kali melihat wajah Luna, ia tidak bisa menghindari perasaan benci yang terus menghantuinya, perasaan yang selalu mengingatkannya pada wanita yang menghancurkan keluarganya.

Pikiran Daehan kembali ke krisis perusahaan. Data yang diretas dan produk yang diselundupkan terus menghantui pikirannya. Tekanan yang dirasakan semakin menumpuk, dan ia tidak tahu bagaimana harus mengatasinya. Namun, ia sadar bahwa melampiaskan amarahnya pada Luna bukanlah solusi.

"Sh*t siapa yang berani bermain denganku, aku pastikan jika sudah terungkap aku akan memberikan pelajaran untuk orang itu."Rahang Daehan mengeras dan dia terlihat mengepalkan tangannya.

Beberapa hari berlalu dalam keheningan di rumah mereka. Daehan semakin tenggelam dalam pekerjaannya, sementara Luna mencoba menjalani hari-harinya di kantor seolah tidak ada yang terjadi.

"Bismillahirrohmanirrohim semoga hari ini lancar Aamiin." Luna memulai pekerjaannya.

Mereka berdua tahu bahwa hubungan ini tidak akan bertahan lama hanya enam bulan, dan semuanya akan berakhir.

Tapi di balik semua itu, baik Luna maupun Daehan mulai merasakan bahwa meskipun mereka terikat oleh kontrak, ada sesuatu yang lebih dalam yang menghubungkan mereka. Sesuatu yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Meski Daehan merasakan kebencian yang mendalam terhadap Luna dan selalu menindasnya secara verbal. Namun Daehan tak mau melepas Luna begitu saja.

"Luna belikan aku kopi dan sandwich ya ,aku belum sarapan."ujar kepala timnya.

"Baik bu."Luna gegas menuju kantin di lobbi dan berjalan dengan langkah cepat. Saat dia di lift hendak kembali ke ruangannya di lantai atas dia melihat seorang wanita cantik dan seksi dengan dress selutut dan punggung mulus terekspos sempurna.

"Cantik sekali wanita ini,"batin Luna. Dan saat lift terbuka ternyata wanita tersebut keluar bersamaan dengan Luna.

"Hahh dia mau kemana? kenapa berhenti di sini?"batin Luna. Wanita itu melangkah dengan sepatu high heelsnya.

"Hahhh, dia siapa? Kenapa masuk ke ruangan pak Daehan?"

bersambung....

"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status