TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 21(komentar FB)Tak bisa berucap. Intinya aku terkejut dengan pernyataan pak Ridwan. Bahkan selama ini ia tak memperlihatkan ketertarikkan alias kaku."Oh, jadi Bapak berniat memperistri mantan istri saya?" Kak Angga memperjelas ucapannya. Terdengar sedikit arogan tapi berusaha disembunyikan."Iya, itu pun kalau Dinda menerima lamaran saya, Pak Angga," jawab pak Ridwan. Tapi ia tak menoleh padaku.Terdiam sejenak. Muka kak Angga berpaling sebentar padaku. "Oh, baiklah, lagian saya juga ingin mencari pengganti Dinda, kalau begitu saya permisi dulu, Pak.""Tidak jadi ada perlu dengan Dinda, Pak Angga?""Nanti saja, Pak, lagian sudah malam.""Oke, saya juga mau balik, Pak Angga.""Kalau gitu saya duluan Pak Ridwan, tadi sudah janjian bawa seorang gadis ke rumah Ibu.""Oke Pak Angga, semoga lancar rencananya."Kak Angga berlalu pergi. Terlihat kekecewaan di wajahnya. Tapi ia tetap tak mau kalah tentang ingin mencari penggantiku. Lagi-lagi hal yang ku
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 22 (kenapa hidupku kamu yang atur?)"Sholat dulu, Din, jangan diperbudak dengan kegiatan dunia, akhirat dilupakan," ucap kak Murni saat aku duduk depan laptop menyelesaikan pekerjaan kantor yang kubawa pulang."Ya, Kak," jawabku tetap sibuk dengan laptop.Pekerjaanku menumpuk. Pak Ridwan buka cabang baru di luar daerah, dan dua hari lagi opening. Aku juga harus menyelesaikan laporan proyek besar yang sedang jalan. "Sholat dulu, Din," ucap kak Murni sekali lagi."Iya Kakaaak."Kuhela nafas panjang. Kulihat kak Murni berdiri berkacak pinggang menungguku bangkit agar salat. Aku tersenyum lebar, itu lah kak Murni, ia pengganti ibuku. Jika aku mendekati salah jalan, ia lah mengingatkan tanpa bosan."Jangan tatap aku gitu, Kak. Iya aku mau whuduk nih," ucapku sambil berdiri dan melangkah ke kamar mandi.Jika tak ada kak Murni, entah siapa yang mengingatkanku. Apa lagi jika aku mengalami kekacauan setelah dicerai. Bertingkah aneh dan aku merasa malu jik
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 23(mendadak dilamar)Minggu pagi cerah, secerah hati dan semangatku agar bisa seharian tidur di rumah. Setelah menjalani kerja dengan teramat sibuk, maka hari minggu adalah hari yang kutunggu-tunggu. Mudah-mudahan tidak ada lagi tamu tak diundang. Semoga."Buka FB ah," ucapku sambil menghidupkan laptop.Ini yang aku suka, nonton video lucu yang lewat di branda facebook-ku. Tertawa menghibur diri adalah trik agar awet muda dan jauh dari keriput. Begitulah sebuah artikel yang kubaca. Tidak percaya, tanya mbah geogle.Oh Tuhan, banyak sekali pemberitahuan tentang statusku kemarin. Itu status membalas Anggi. Saking kesalnya, laptop kumatikan.Kubaca komentar yang masuk.Komentar kak Gara. [Segala sesuatu ada sebab dan akibat, pikirkan apa yang diucapkan dan yang dilakukan sebelum bertindak]Komentar Anggi. [Jika suami tergoda janda bekas adik ipar, apa boleh diperbuat, aku iklas karena mungkin dia bukan lelaki yang terbaik untukku]Wow, pasangan manta
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 24 (Shock tak bertepi)"Hanya membenarkan atap bocor mah, gampang," ucapku sendiri sambil duduk melihat dunia dari ketinggian. Sangat memanjakan mata.Sinar matahari pagi membuatku berjemur. Aku duduk santai karena selesai memperbaiki atap bocor."Loh, kok ada mobil Pak Ridwan parkir di depan?"Terlihat di tepi jalan, tepatnya depan rumah, ada mobil Pak Ridwan. Posisiku di arah samping rumah jadi tidak bisa melihat utuh, namu aku sangat hapal mobil itu."Nggak mungkin deh, bisa jadi mobilnya sama," sanggahku sendiri.Sesekali berada di atap rumah enak juga. Mobil itu tak kuhiraukan. Aku duduk menikmati pemandangan yang jarang kulihat."Dinda! Din! Dinda!" teriak kak Murni memanggil.Pasti kak Murni khawatir karena aku belum turun. Kerjain aaaah."Ya Kak!" jawabku bersuara tinggi, agar didengar kak Murni."Ayo turun!"Tuh, 'kan. Kak Murni pasti khawatir. Dikiranya aku wanita lemah yang hanya bisa dandan dan merawat diri. Buktinya, aku bisa perbaiki
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 25 (Tunangan batal)Aku masih berdiri di teras. Setelah mobil pak Ridwan pergi, aku melangkah masuk secepatnya karena tak ingin bertemu mantan suamiku.Pintu kututup."Dinda! Din!" teriak kak Murni hingga mungkin sekampung mendengar suaranya.Aku berlari menghampiri kak Murni di kamarnya."Ada apa, Kak?" tanyaku khawatir."Ini tidak benar! Dosa! Haram!" Wajah kak Murni terlihat sangat tegang."Dosa kenapa? Aku tidak berzina atau mencuri," jawabku jujur."Astagfirullah'alazimm. Saking shock dengan lamaran dadakan, aku lupa tentang aturan agama. Ya Allah ..., tolong ampuni dosaku, ampuni aku ya Allah ...." Kak Murni panik. Ini kepanikan yang paling besar kulihat."Ada apa, Kak? Jangan bikin aku khawatir.""Lamaran ini tidak benar! Tunangan ini tidak sah. Justru haram, Din."Deg!Jantungku berdetak tak enak. Aku baru dilamar tapi tiba-tiba kak Murni bilang ini tidak sah dan bahkan haram?"Ma-maksudnya, Kak?" Tergagap. Aku memegang lengan kak Murni."
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 26 (Berusaha profesional)Aku harus dengar kata kak Murni. Hanya dia yang kupercaya. Aku tak ingin hidupku kacau lantaran kesalahan yang kuperbuat dan kurangnya ilmu. Jika ada yang mengingatkan berarti ada yang peduli."Din, Dinda!" Silvi memanggil dari kursi kerjanya.Kupalingkan mata ke dia."Ya," jawabku."Pak Ridwan ngapain cari kamu? Tak biasanya, loh." Kepo Silvi keluar nih."Urusan kerja," jawabku datar, lalu melihat layar komputer lagi meneruskan pekerjaan."Oooh, kirain mau melamar.""A-apa?" tanyaku tergagap.Silvi bangkit dari duduknya, lalu mendekat."Kenapa sih nggak bilang kalau statusmu sekarang tunangan Pak Ridwan?"Pasti gara-gara mulut mang Jojo. Seperti gosib seleb saja, cepat tercium netizen."Udah batal," jawabku cuek."Apa? Bukannya baru kemaren lamaran? Kapan batalnya? Trus kenapa?" Mata Silvi membulat. Kali ini ia duduk di kursi depan mejaku."Jangan keras-keras ngomongnya, ntar didengar loh." Jantungku terasa mau copot den
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 27 (saingan)Inilah yang membuatku semakin ingin menjauhi mantan suami. Ia bukan lelaki yang pantas menjadi imamku. Bicara merendahkan, bahkan aku tampak seperti wanita tak berharga di matanya. Tak segan ia berucap buruk padahal masih dalam lingkungan kantor."Ada apa ini, Pak Angga?" tanya pak Ridwan ke dua kalinya. Ia melangkah mendekat."M-mm, maaf Pak, saya tak sengaja menjatuhkan asbak rokok," jawab kak Angga tampak ragu."Tapi saya lihat Pak Angga tidak lagi merokok.""Tersenggol, Pak. Maaf, saya minta OB untuk bersihkan." Kak Angga bangkit dari duduknya, lalu melangkah ke meja menelpon.Pak Ridwan duduk lagi di sampingku.Kuhela nafas panjang berusaha tenang. Jika bukan di lingkungan kantor, sudah melayang tamparanku ke pipinya. "Pak Angga, tolong urus surat pindah jabatan Debi, nanti saya tanda tangan." Pak Ridwan bangkit dari duduknya."Iya, Pak, nanti pasti saya urus."Dalam perjalanan balik ke kantor, aku diam dan masih sulit menahan e
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 28 (saingan 2)Aku menatap Debi saat kata-kata itu diucapkannya. Ini seperti sebuah kompetisi. Dulu saja ia mengincar mantan suamiku karena kepala cabang, sekarang levelnya naik. "Hey, Dinda." Istri pak Ilham muncul, lalu kami salam cium pipi kana-kiri."Kiraain tak jadi datang.""Maaf, Bu, tadi ada sedikit masalah di jalan.""Makanya dijemput saja, kata Ridwan kamu ingin datang sendiri.""Iya, Bu, tak enak merepotkan," jawabku."Justru aku suka direpotkan," timpa pak Ridwan tiba-tiba."Tuh, yang direpotkan tak masalah, Din." Kali ini pak Ilham yang bersuara."Iya, Pak, Bu. Aku kalau direpotkan Pak Ridwan malah senang," timpa Debi ikut masuk dalam pembicaraan. Mulai nih, cari muka."Debi juga mau direpotkan?" tanya istri pak Ilham menyambung candaan Debi."Malah senang, Bu.""Oooh, Debi peduli juga, ya." "Betul itu Debi? Kalau sering direpotkan malah pusing," kata pak Ilham.Akan tetapi pak Ridwan tidak ikut menyambung candaan Debi. Ia diam samb