TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
PART 85 Masih di Panti Asuhan
Rasanya jantung ini berdetak tak karuan. Ia ada di dekat,tapi bukan miliku lagi. Benih yang ia tanam sudah bersemayam dan akan segeramelihat dunia. Apa yang akan kukatakan pada anakku nanti kalau bertanya siapaayahnya?
Apakah Mas Ismail mengenaliku? Ia berusaha mengajak komunikasidan bahkan melangkah mendekat seolah ingin melihat wajahku lebih dekat. Untungaku cepat beranjak ke dekat kompor seolah sedang sibuk masak. Padahal jantungini berdetak kencang takut ketahuan. Ya, belum siap rasanya bertemu dia danmengatakan, ‘Ini anakmu ada di rahimku, Mas.’
Terduduk lemas, keringat dingin bercucuran. Mendadak badanini terasa lemah. Baru sedikit beraktifitas, sudah kelelahan seolah melakukanpekerjaan berat. Mungkin efek hamil muda dan pikir
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 86 (Demi Tia?)“Maaf, saya mau bicara sesuatu,” ucap mas Ismail melihatpadaku.Ya Tuhan, ia ingin mengajakku berkomunikasi. Pasti MasIsmail masih curiga kalau aku adalah Sarah yang ia kenal. Lagian kenapa iatidak ke ruang tamu ikut bergabung dengan Ririn dan maminya.Aku tetap diam.“Maaf, Mbak. Saya masuk lewat pintu samping karena terbuka.”Mas Ismail menujuk pintu di dekatnya berdiri.Aku harus cari cara agar jauh darinya tanpa diketahui akuadalah Sarah.Tetap diam menundukkan wajah. Bahkan menatapnya saja tidakberani.“Saya sudah dengar dari Bu Maryam kalau Mbak menolakbeasiswa dari kami. Bo
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 87 (Uang?)"Mbak, kami tidak akan mengabaikan Tia meskipun kamu udah cerai dengan Mas Arga," sambung Andi terlihat meyakinkan.Air mata ini tumpah. Aku merasa ibu yang tidak bisa memberikan yang terbaik bagi Tia. Dari kecil ia dimanja di rumah neneknya, tapi nasib membuat harus menerima keadaan untuk menjajakan gorengan seperti anak tak punya ibu bapak."Apa yang terjadi antara kita selama ini, jangan pernah mengorbankan cucuku, Sarah. Jauh-jauh kami datang dari kota, bahkan istirahat saja belum saking tak tenangnya mendengar Tia tinggal di panti asuhan. Aku tau putraku banyak salah padamu, aku sadar memaksakan hubungan demi berharap kamu tetap jadi menantu dan aku tidak terpisah dengan cucuku. Tapi, tidak pernah terbayangkan Tia seperti ini. Aku masih hidup dan mampu membiayai Tia. Tolong, biarkan anakmu me
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 88 (Rezeki)“Yakin mau kembalikan uang itu?” tanya bu Yuni, setelah aku berceritatentang uang yang ada di rekening.“Iya, Bu. Itu bukan uangku. Lagian aku tidak mau gara-garauang itu mereka semakin menginjak harga diriku. Dampaknya suatu saat akanmenjadi bahan hinaan untuk Tia.”“Kamu nih aneh deh, kan lagi butuh uang. Lagian kamu nggakminta, ngapain juga dibalikin, Sar?”“Tapi bagaimana kalau seandaiknya suatu saat Tia bertemumereka dan menjadikan ini sebagai bahan merendahkan atau ....”Aku tahu betul sikap Mami dan Ririn. Merendahkan adalah cirikhas kesombongan yang dilontarkan kalau tidak menyukai sesuatu. Di depan orangbanyak mereka akan sepert
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 89 Tak Kunjung HamilPov RirinSudah beberapa bulan menikah, tapi belum juga ada benih dirahim ini. Aku yakin wanita sehat. Seorang dokter pasti tahu vitamin dan apayang bagus buat tubuh. Pola hidup sehat dan makanan bergizi adalah gaya hidupkuselama ini.[Rin, jam berapa kita ke rumah Kakakmu?]Pesan dari Mami masuk kala aku sedang makan siang di sebuahrestoran bersama Mas Ismail.[Mami pergi aja dulu karena aku dan Mas Ismail langsung kesana setelah makan siang][Baiklah, jangan lupa makan yang bergizi agar cepat hamil]Deg!Pesan WA dari Mami menyentil bathun. Baru saja memikirkantent
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 90 (Mulai Kerja)“Mbak Sarah, bos aku bersedia menerima wanita hamil kerja.Gimana? Kapan Mbak mau kerja.”“Benarkah, Pak Bobi? Alhamdulillah ....” Aku sampai terharu.Jarang perusahaan menerima wanita hamil meskipun kontrak beberapa bulan.Komunikasi kami makin lancar masalah pekerjaan, yang awalnyaia bicara agak formal dengan menyebut diri ‘saya’, kini sudah berganti dengan‘aku’. Tapi aku tetap memanggilnya ‘Pak Bobi’ karena lidah ini sudah terbiasa, begitupun dia memanggilku dengan panggilan ‘Mbak Sarah’.“Aku salut sama, Mbak. Jarang wanita yang bisa melakukanposisi pekerjaan ini karena biasanya diidentik dengan kaum lelaki.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 91 (Sarah, Aku Ingin Bertemu Sekali Saja)Pov Ismail“Mas! Aku hanya ingin kamu tau kalau aku punya sesuatu yangtidak dimiliki istri-istrimu yang dahulu.”Aku diam karena tidak ada gunanya berdebat dengan Ririn.“Mas!” Ririn berdiri di sampingku kala aku mulai melepaskankancing kemeja sambil membuka lemari.“Aku mau istirahat dulu karna besok mau ke lokasi proyekhotel,” ujarku agar Ririn tidak mendesak berdebat.“Kamu selalu begitu! Aku sudah cukup maklum selama ini.” LaluRirin membuka pintu lemari paling ujung. “Dan ini!” Ia melempar baju Amel kelantai, tadinya masih tersimpan di lemari.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 92 (Mas Ismail Datang Mencariku)Sengaja minta pulang cepat sebelum Mas Ismail dan Ririn keluarruangannya, takut ia bertanya hingga aku tak bisa mengelak karena bersuaramenjawab. Alasan ke Pak Bobi, aku harus ke apotek beli vitamin. Lagian sudahwaktunya jam kerja habis, rasanya wajar saja minta izin pulang.“Nggak apa-apa, Mbak, lagian ini juga waktunya pulang kok.Pak Ismail pasti nggak tegaan menyuruh karyawan hamil harus lembur segala.Lagian belum ada aturan lembur karna kita masih baru buka cabang.”“Makasi, Pak Bobi.” Aku mulai bangkit berdiri. Laporan yangaku buat sudah berada di tangannya.“Aku juga mau pulang, Pak Bobi. Lagian mau pindah kosan,”timpal Weni.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 93 (Rasa Terhalang Keadaan)Pov Ismail“Aku hanya ingin melihatdan mendengar suaranya, Bu,” ucapku berusaha meyakinkan ibu ini.“Kenapa cari Sarah di sini? Ia masih punya orang tua. Kalauingin bertemu dengannya, datangi rumah orang tuanya baik-baik. Bukan dibelakang istri Bapak, Pak!”Aku terdiam sejenak mendengar ucapan Ibu ini. ia berhasilmenyentil bathin dengan ucapan yang tentu benar. Aku terlihat seperti lelaki pengecuthingga berani menemui Sarah di sini dan itu pun tidak sengaja melihatnya.“Kenapa Bapak diam?”“Baiklah, aku akan menemui orang tua Sarah setelah akubertemunya hari ini,” jawabku karena