TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 88 (Rezeki)“Yakin mau kembalikan uang itu?” tanya bu Yuni, setelah aku berceritatentang uang yang ada di rekening.“Iya, Bu. Itu bukan uangku. Lagian aku tidak mau gara-garauang itu mereka semakin menginjak harga diriku. Dampaknya suatu saat akanmenjadi bahan hinaan untuk Tia.”“Kamu nih aneh deh, kan lagi butuh uang. Lagian kamu nggakminta, ngapain juga dibalikin, Sar?”“Tapi bagaimana kalau seandaiknya suatu saat Tia bertemumereka dan menjadikan ini sebagai bahan merendahkan atau ....”Aku tahu betul sikap Mami dan Ririn. Merendahkan adalah cirikhas kesombongan yang dilontarkan kalau tidak menyukai sesuatu. Di depan orangbanyak mereka akan sepert
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 89 Tak Kunjung HamilPov RirinSudah beberapa bulan menikah, tapi belum juga ada benih dirahim ini. Aku yakin wanita sehat. Seorang dokter pasti tahu vitamin dan apayang bagus buat tubuh. Pola hidup sehat dan makanan bergizi adalah gaya hidupkuselama ini.[Rin, jam berapa kita ke rumah Kakakmu?]Pesan dari Mami masuk kala aku sedang makan siang di sebuahrestoran bersama Mas Ismail.[Mami pergi aja dulu karena aku dan Mas Ismail langsung kesana setelah makan siang][Baiklah, jangan lupa makan yang bergizi agar cepat hamil]Deg!Pesan WA dari Mami menyentil bathun. Baru saja memikirkantent
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 90 (Mulai Kerja)“Mbak Sarah, bos aku bersedia menerima wanita hamil kerja.Gimana? Kapan Mbak mau kerja.”“Benarkah, Pak Bobi? Alhamdulillah ....” Aku sampai terharu.Jarang perusahaan menerima wanita hamil meskipun kontrak beberapa bulan.Komunikasi kami makin lancar masalah pekerjaan, yang awalnyaia bicara agak formal dengan menyebut diri ‘saya’, kini sudah berganti dengan‘aku’. Tapi aku tetap memanggilnya ‘Pak Bobi’ karena lidah ini sudah terbiasa, begitupun dia memanggilku dengan panggilan ‘Mbak Sarah’.“Aku salut sama, Mbak. Jarang wanita yang bisa melakukanposisi pekerjaan ini karena biasanya diidentik dengan kaum lelaki.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 91 (Sarah, Aku Ingin Bertemu Sekali Saja)Pov Ismail“Mas! Aku hanya ingin kamu tau kalau aku punya sesuatu yangtidak dimiliki istri-istrimu yang dahulu.”Aku diam karena tidak ada gunanya berdebat dengan Ririn.“Mas!” Ririn berdiri di sampingku kala aku mulai melepaskankancing kemeja sambil membuka lemari.“Aku mau istirahat dulu karna besok mau ke lokasi proyekhotel,” ujarku agar Ririn tidak mendesak berdebat.“Kamu selalu begitu! Aku sudah cukup maklum selama ini.” LaluRirin membuka pintu lemari paling ujung. “Dan ini!” Ia melempar baju Amel kelantai, tadinya masih tersimpan di lemari.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 92 (Mas Ismail Datang Mencariku)Sengaja minta pulang cepat sebelum Mas Ismail dan Ririn keluarruangannya, takut ia bertanya hingga aku tak bisa mengelak karena bersuaramenjawab. Alasan ke Pak Bobi, aku harus ke apotek beli vitamin. Lagian sudahwaktunya jam kerja habis, rasanya wajar saja minta izin pulang.“Nggak apa-apa, Mbak, lagian ini juga waktunya pulang kok.Pak Ismail pasti nggak tegaan menyuruh karyawan hamil harus lembur segala.Lagian belum ada aturan lembur karna kita masih baru buka cabang.”“Makasi, Pak Bobi.” Aku mulai bangkit berdiri. Laporan yangaku buat sudah berada di tangannya.“Aku juga mau pulang, Pak Bobi. Lagian mau pindah kosan,”timpal Weni.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 93 (Rasa Terhalang Keadaan)Pov Ismail“Aku hanya ingin melihatdan mendengar suaranya, Bu,” ucapku berusaha meyakinkan ibu ini.“Kenapa cari Sarah di sini? Ia masih punya orang tua. Kalauingin bertemu dengannya, datangi rumah orang tuanya baik-baik. Bukan dibelakang istri Bapak, Pak!”Aku terdiam sejenak mendengar ucapan Ibu ini. ia berhasilmenyentil bathin dengan ucapan yang tentu benar. Aku terlihat seperti lelaki pengecuthingga berani menemui Sarah di sini dan itu pun tidak sengaja melihatnya.“Kenapa Bapak diam?”“Baiklah, aku akan menemui orang tua Sarah setelah akubertemunya hari ini,” jawabku karena
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 94 (Hamil Besar, ke Kota Temui Pak Yoyok)Syukurlah bisa menghindari Mas Ismail. Bu Yuni berhasil mewakili isi hatiku. Ya, jika ia punya nyali, lawan dunia dan temui orang tuaku. Bukan di sini seolah pengecut karena terkesan diam-diam.Akan tetapi, aku yakin ia tidak punya nyali. Ia hanya lelaki yang patuh pada ibu meskipun tidak sependapat. Ia anak yang berbakti tapi bukan suami yang baik bagiku dan Ririn. Kalau ia suami yang baik bagi Ririn, tak mungkin mencariku ke panti asuhan."Sepertinya ia mencintaimu, Sar," ucap bu Yuni membantuku membawakan koper ke jalan persimpangan."Nggak penting juga masalah cinta itu, Bu. Toh ia tidak menemuiku sebelumnya, malah udah nikah baru mencari."Semua tak ada gunanya lagi. Aku harus kuat dan fok
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 95 (Usaha Kembalikan Uang)Masakan Pak Yoyok sangat enak. Selama hamil, inilah makanan yang paling cocok di lidah. Kehamilan kali ini banyak perbedaan dibanding hamil sebelumnya. Aku gampang menangis dan mual agak berlebihan. Tapi, Alhamdulillah ..., masih kuat kerja jalan kaki ke kantor, dan naik bus berjam-jam menuju kota."Bapak nggak makan?" tanyaku lalu menyuap nasi."Bapak udah makan, Sarah. Bentar Bapak ambilkan tambahan nasi." Pak Yoyok bangkit dari duduk."Nggak usah, Pak. Aku hanya sebentar," sanggahku. Padahal makan sepiring belum kenyang. Hamil besar makan dua kali lipat dari biasanya. Astaga, enak sekali masakan Pak Yoyok."Nggak usah terburu-buru. Lagian cucuku di perutmu itu harus sehat, Sarah." Lalu pak Yoyok berlalu masuk warung.Aku hanya tersenyum sambil menyantap makanan ini. Niat hanya sebentar terhalang makan pakai tambah. Ya ampun, lidah ini tidak bisa menahan selera."Ini, makan yang banyak biar cucuku lahir sehat." Pak