TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 46 ( Ide Gila Ibu Mas Arga )
“Ma, seandainya aku ikut Papa ke Jerman gimana?” Tiba-tibaTia bertanya.
Deg!
Jantungku terasa mau copot. Hal yang paling aku takutkanakan terjadi. Dan baru saja sedikit tenang dari masalah ucapan di telepondengan Ibu mantan mertua, kini Tia bertanya sesuatu yang paling tidak akuinginkan. Cepat sekali Ibu mempengaruhi anakku. Sepertinya belum satu jamberlalu.
“Tidak! Mama tidak izinkan,” jawabku tegas. Aku belumsanggup berpisah dengan putriku.
“Tapi, Ma, Papa sedang sakit,” lirih Tia, ia mulaimeneteskan air mata lagi.
Benar dugaanku, pasti Ibu Mas Arga yang memberitahu.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 47 ( Mencari Bukti )"Ooh,jadi mentang-mentang punya suami baru orang kaya, suaramu sudah lantangsekarang?" Ibu mantan mertua langsung berdiri kacak pinggang. Astaga,matanya membelalak seperti dulu menuduhku berfoya-foya."Mulaisekarang, aku akan melarang putriku ke sini! Lebih baik aku menjauhkannya darisini agar bisa berpikir lurus." Kali ini mulutku juga tak bisa mengalah."Apa kamubilang? Aku nggak mikir lurus?" Urat leher Ibu timbul berucap sakinglantangnya."Ibumemintaku menikahi Andi demi bisa menambah keturunan putra Ibu, Ibu mikir nggakaku udah
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 48 ( Bikes! )Pov ArgaHari ini aku sangat bahagia. Ternyata hidup ini tidakseburuk doa netizen yang julid dengan kebahagiaanku. Lagian nggak ganggu merekakok malah iri dengan video yang sering kali diposting. Mereka bilang merusakgenerasi lah! Dosa lah! Namanya juga iri ya tetap aja iri. Tapi keberuntunganselalu menyertai, buktinya Tia dengan mudah diserahkan Sarah tanpa harusberdebat lagi. Ya, namanya juga anak kandung. Ini buktinya aku lebih punya hatidaripada Sarah, ia mau jauh dari Tia, dan aku ingin tetap bersama.“Bu, ini aku bawain martabak.” Aku meletakkan martabak dimeja dekat Ibu.Ini keahlianku. Membuat Ibu senang. Meskipun hanya sekotak martabak,aku yakin Ibu merasa beruntung telah melahirkan aku. Arga gitu
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 49 ( Semakin Dipermalukan )Emosi menyelimuti pikiran, hingga aku mengirim pesan WA kemantan suami. Tak akan dibiarkan Mas Arga merusak Tia meskipun ia bapakkandungnya. Merusak di sini dalam arti membawa pengaruh buruk. Menikah sesamaj*n*s tak layak diterima karena itu dosa. Dalam usia Tia sekarang sangat rentanakan pengaruh lingkungan. Jika aku tak hati-hati dalam mendidik, putriku akansalah jalan. Kadang pengaruh itu bukan saja dari orang luar, tapi dari keluargasendiri atau orang tua.[Jangan pernah membawa Tia! Atau kupatahkan lehe*mu!][Kamu kira dengan pura-pura sakit berhasil membawa Tia? Apakamu nggak mikir dengan perkembangan masa depannya! Jika kamu sudah sesat, janganpernah membawa anakku dalam kesesatan. Atau kamu berhadapan denganku!]
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 50 ( Sakit di sekitar anu* )Pov ArgaRasakan kamu Sarah! Arga dilawan. Kamu boleh tertawa merasamenang berhasil merebut Tia. Tapi aku tak akan membuat hidupmu tenang. Rasamalu dan aku yakin, kamu pasti tak sanggup menjawab pertanyaan keluarga suamimu.Dan ternyata kamu menikah dengan Pak Ismail. Ternyata tuduhanku dulu terbuktibenar. Padahal aku hanya iseng bicara dengan Ayang Rudi karena hanya ia yangterpenting kala itu.Video yang diposting berhasil mendapat tanggapan emoticonlove dan jempol lebih dari enam ribu orang. Bayangkan berapa banyak orangmelihat dan tentu viral dong ..., justru aku bersyukur dengan status sekarang.Terkenal dan uang mengalir dari endorse produk.***Kenalan melalui fac
TERIMAKASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 51 (Sensasi Oh Sensasi)Pov ArgaEntah alat apa yang ditekan seperti sedikit dimasukan kedalam, hingga rasa perih kembali terasa.“Aw! Kok sakit sih, Dok?”“Tahan sedikit ya, Kak. Ini buat pemeriksaan lebih lanjut,”jawabnya sambil bekerja.Hanya saja, aku tak bisa bertemu suami. Jika bertemu pastiminta jatah. Bagaimana mau kasih jatah sementara rasa sakit ini makin bertambahkalau masuk semakin dalam. Tidak menyangka kalau sakitnya seperti ini. Aku kirawanita saja yang sakit pas pembukaan. Lah aku yang tak ada pembukaan tetap sajasakit. Tepatnya perih sekali.‘Ibuuu, anakmu merasakan sakit,’ bathinku menjerit. Kalausudah begin
TERIMAKASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 52 (Ulah Mantan Suami)“Lihat nih, Ma.” Tia menyodorkan ponselnya padaku. “Papasemakin bertambah gawat. Masak lelaki bisa hami*? Gimana kalau teman-temankutau kalau aku anak lelaki banc*. Nggak mungkin aku pindah sekolah lagi.”Aku menerima ponsel Tia, lalu melihat video yang sedangdiputarnya. Ya, itu aplikasi video dan tentu yang dilihat adalah Mas Arga. Denganbangganya ia mengatakan kalau sedang hamil, ya Tuhan ..., bahkan banyak yangkomentar menghujat, dan tak sedikit juga mendukung. Tentu yang mendukung adalahkaum seperti dia. Semoga Mas Arga tobat hingga tidak menjadi masalah dalamhidup putriku.Menghela napas kasar, aku pun tak tahu harus berbuat apa.Mau marah sudah capek. Mau menghajarnya juga sudah beberapa kali. Tapi tetapsaja, yang nama
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 53 Kedatangan Keluarga Calon MenantuPov Bu Rina (Mantan mertua Sarah)Alhamdulillah ..., akhirnya putra bungsuku normal. Takhenti-hentinya bersyukur, bahkan saking senangnya, aku menyumbang ke panti asuhan.Tak tanggung-tanggung, satu bulan uang pensiunan dihabiskan ke sana. Toh masihada uang kontrakan dan tabunganku selama ini. ya Allah, terima kasih Andi bisamenikah secepatnya.“Bu, acaranya nggak usah meriah. Kasus Mas Arga masih jadi pusatperhatian. Biar sederhana tapi sakral,” pinta Andi malu-malu.“Justru meriah lebih bagus. Biar semua orang tau kalau kamutidak sama seperti Arga!” bantahku.Ini tak bisa ditawar lagi. Justru yang aku inginkan pestapernikahan Andi sang
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 54 Bertemu Ayang RudiPov Arga“Kak Argina, sepertinya wajah Kakak mirip dengan artistikt*k deh,” ucap Luna.Dari tadi ia meliahtku terus. Ternyata ia mengenali wajahcantikku yang sudah terkenal. Ya, siapa yang nggak kenal Arga. artis tik t*okdengan sensasi menggoda. Menggoda di sini karena sudah banyak yang mengajakkencan. Bisa dikatakan aku juga idola baru. Wah, kerennya ....“Kok ta ....”“Ayo sini, kita harus persiapakan seserahan buat Luna.”Tiba-tiba Ibu menarik tanganku, hingga untuk menjawab pertanyaan Luna tak jadi.“Iya, Bu. Tapi aku ....”“Tolong ambilkan sesua