Bab 109Pov Nesya "Kemana lelaki yang tadi bersama saya itu, Sus?" tanyaku seketika saat masih di klinik dan melihat Om Hasan sudah tak ada lagi disana. "Tadi keluar sih Mbak. Tapi memang belum kembali sampai sekarang. Lebih baik Mbak sekarang istirahat dulu ya, sebelum nanti diperbolehkan untuk pulang," jawab suster itu dengan ramah, yang hanya kubalas dengan anggukan saja.Entah kemana Om Hasan pergi, tadi dia masih saja terus setia menemani aku. Tapi ketika dokter mengatakan jika aku hamil, malah tak nampak lagi batang hidungnya.'Apa mungkin dia pergi karena aku sedang hamil?' tanyaku dalam hati.Pikiranku pun langsung melayang pada kisah Adelia yang pernah diceritakan oleh Fika. Gadis Muda yang dibunuh oleh Om Hasan karena tak mau mengugurkan kandungannya itu.'Tidak! Aku tak mau bernasib sama seperti Adelia! Aku harus lebih pintar dari pada dia!' ucapku lagi dalam hati.Aku pun sesungguhnya tak menyangka jika hamil. Sebenarnya memang sudah sejak dua bulan yang lalu aku tak dat
Bab 110Pov Nesya Ketika Mas Hasan mengucapkan ijab kabul, saat itu aku sungguh merasa sangat bahagia, meski ini bukan pernikahan resmi dan bukan pernikahan yang diimpikan setiap gadis tapi aku sungguh bersyukur karena bisa menikah dengan orang yang kucintai."Mas. Terima kasih karena kamu sudah mau menerima aku dan bayi kita. Aku tahu jika kamu memang benar sangat mencintaiku dan tak mungkin memperlakukan aku seperti Adelia dulu," ucapku setelah resmi sah menjadi istri sirinya.Mas Hasan mengecup keningku dengan manis. " Tentu, hanya kamu gadis bisa mengambil hatiku. Sekarang kamu nggak usah mikir yang macam-macam ya. Cukup tenang dan wajib terus sehat demi anak kita. Sementara aku akan mencari pekerjaan. Yang lalu biarlah berlalu dan sekarang waktunya kita membuka lembaran baru," ucap Mas Hasan dengan super lembut.Pikiran buruk yang tadi sempat bersarang padanya pun seketika sirna. Karena rasanya kini aku menjadi gadis yang paling beruntung di dunia ini."Kalau begitu ini bawa ATM
Bab 111Waktu berlalu begitu cepat, nyatanya saat ini Nesya sudah sekitar lima bulan lebih di rumahku. Itu berarti usia kandungannya pun sudah sekitar tujuh bulan. Tak ada hal buruk atau sesuatu hal yang mencurigakan dilakukan oleh gadis itu, toh kami memiliki kamera CCTV tersembunyi yang sampai saat ini semua masih terpasang tapi, dan Nesya pun tak mengetahui hal itu.Banyak sekali perubahan ditunjukkan Nesya, dia pun saat ini kembali berhijab. Kami seperti bisa melihat Nesya yang dulu lagi. Alhamdulillah, ternyata dia tak membohongi kami lagi."Tante, tolong jangan lagi beri pasokan uang untuk saya. Karena saat ini saya sudah bisa mendapatkan sedikit uang dengan berjualan online nasi ayam geprek," ucap Nesya padaku sekitar satu bulan yang lalu."Nggak apa-apa Nesya. Uang hasil jualan kamu itu gunakan saja untuk simpanan. Tante nggak merasa terbebani kok," tukasku."Terima kasih banyak Tan. Sudah cukup saya merepotkan Tante. Untuk saat ini saya merasa sudah cukup. Jika nanti saya but
Bab 112Perbincangan Fika dan Nesya itu pun berlanjut, sedangkan aku dan Bi Nur hanya menjadi pendengar setia saja. Intinya saat ini Nesya sama sepertiku, dia tak lagi menginginkan kedatangan Mas Hasan.Rasanya aku pun terus membenarkan apa yang dikatakan oleh Nesya. Kedatangan lelaki itu, hanya justru akan menimbulkan luka baru lagi. Lagian, hubungan kami ini sudah membaik, jika kedatangan lelaki itu, mungkin saja semua akan kembali menjadi runyam.Pukul empat sore, semua makanan kami sudah siap. Dan, kami pun membantu memberikan pada beberapa tetangga dekat, toh tetangga disini juga tertanggaku dulu, jadi semua terasa dekat.Sehabis maghrib, kami ingin pamit pulang. Tetapi kedatangan seorang tamu yang tak diundang, sungguh membuat kami kaget saat itu."Mas Hasan!?" ucapku dan Nesya yang hampir bersamaan saat melihat lelaki itu berada di ambang pintu rumahku ini.Rasanya seperti sebuah mimpi, padahal kami tadi siang membicarakan dia. Tapi dengan tiba-tiba saat ini dia pun menampakkan
Bab 113"Ma, kenapa sih Mama membiarkan papa tinggal di rumah kita lagi? Bujankah itu sama artinya jika Mama kembali memberikan kesempatan pada dia? Untuk apa Ma?" Fika sejak tadi saat kami pulang dari Nesya, dia memang terus saja ngedumel.Tetapi karena ada juga Bi Nur aku sedikit sungkan mengatakannya. Jadi, aku tadi lebih memilih untuk diam saja. Kini, kami sudah sampai di rumah. Dan, saat ini kami berada di dalam kamarku dan menidurkan Lio."Kenapa sih dari tadi Mama diam saja?" Semakin kesal saja sepertinya putriku itu."Begini, Fik. Maaf jika mungkin mama ambil keputusan yang adalah saat ini. Tapi mama punya satu tujuan sih sebenarnya," ucapku yang mulai buka suara."Tujuan apa? Apa mama pun seperti Nesya yang bucin itu? Jika memang dia mau menerima papa, langsung saja kita usir mereka dari rumah. Sungguh aku tak rela jika rumah itu akan ditempati lagi oleh Papa!" Kembali putriku itu meradang.Kutarik nafas dalam-dalam dan mengelus punggung Fika. Sebenarnya tak salah juga sih ji
Bab 114"Entahlah, Fik. Mama nggak bisa menebak hal itu sekarang. Lihat saja yuk," jawabku yang terus fokus menatap pada layar ponsel itu.Mas Hasan makin terisak saja saat ini. "Maafkan Aku, Dek. Saat itu aku memangnya mata dan jujur saat itu pernikahan kita ini hanya seperti sandiwara saja agar aku bisa mendapatkan semua uang kamu. Kukira aku bisa lari dan hidup senang, tetapi nyatanya semua malah habis dalam sekejap. Motor yang aku beli malah diambil orang saat itu," jawab Mas Hasan yang menurutku terdengar tulus.Sontak saat itu aku dan Fika pun tertawa kecil dan saling menoleh. "Rasain!" ucap Fika.Sedangkan wajah Nesya nampak datar saat itu. "Ceritakan lagi kemana saja kamu selama ini Mas?" tanyanya lagi yang seakan terus merasa belum puas.Sampai sini, sebenarnya aku mengarungi jempol kesabaran seorang Nesya sebagai istri. Karena jika aku ada di posisi dia, maka sudah tak lagi diberi kesempatan Mas Hasan. Atau mungkin karena dia berpikir tentang bayinya."Aku ... Setelah tak la
Bab 115Pov Author Takdir, ya memang takdir dari Tuhan itu tak pernah bisa ditebak. Kadang kenyataan pun tak pernah sesuai dengan harapan dan ekspektasi kita. Seperti apa yang dialami oleh Hasan. Lelaki itu kini benar-benar telah merasa menyesali semua perbuatan buruk yang dia lakukan di masa lalu. Jika dulu kesempatan kedua yang diberikan oleh Dewi dan Fika tak bisa mengubah hatinya, maka kejadian memalukan dan menyakitkan yang dia alami dengan Nesya lah yang bisa mengubah hatinya."Bro, apa kamu nggak bisa memberikan aku pekerjaan?" tanya Hasan pada Jun, salah satu temannya kontraktor.Kejadian ini setelah motor yang dia beli dari uang Nesya pun lenyap dirampas oleh begal, saat itu dia pun menggunakan kendaraan umum untuk bisa datang ke rumah teman baiknya itu yang letaknya lumayan jauh dari kota ini. Dengan harapan besar jika temannya itu akan mau menolong. Karena dulu saat Hasan masih berjaya, dia pernah menolong Jun yang uang modalnya habis dibawa pergi oleh mandor. Jadi saat
Bab 116Hari ini adalah hari minggu, aku dan Fika sengaja membawa Lio untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks rumahku yang ditinggali oleh Nesya. Bukan untuk mengintai atau apa, hanya saja kami ingin membeli soto daging kesukaanku yang letaknya tak jauh dari kompleks. Lumayan lama kami tak kesana."Ma, ternyata rasa sotonya tetap enak seperti dulu. Nggak sia-sia dong kita kesini pagi-pagi," ucap Fika dengan wajah puasnya."Iya, nanti kita bungkusin buat Bi Nur dan Nesya aja ya sekalian," timpalku."Duh napa sih Ma pakai beliin si Nesya segala? Aku kan lagi males ketemu lagi sama Papa!" Wajah cemberut yang lucu itu."Ya nanti kamu sama Lio di luar saja. Biar Mama yang antar masuk, soto ini nanti untuk si calon adik kamu itu," ucapku sedikit bercanda."Ya sudah kalau gitu terserah mama aja deh. Yang pasti aku masih malas. Kapan sih mereka mau pergi dari rumah kita Ma? Kalau dua hari berarti itu besok kan?" tanya Fika lagi yang sepertinya masih amat geram."Kalau dua hari sih sudah pas