Bab 117"Ibunya cari siapa sih Ma?" tanya Fika yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingku.Aku yang masih melamun tentu saja kaget saat Fika berucap dan belum menjawab."Saya mencari Nesya Mbak. Ini fotonya," jawab wanita itu yang kemudian ganti menunjukan foto pada Fika."Nesya?!" Kata itu spontan keluar dari bibir Fika sama sepertiku tadi.Ketika aku masih saja terdiam, wanita itu pun kemudian menjelaskan kenapa dia mencari Nesya, sama seperti ketika menjelaskan kepadaku tadi."Mari Bu duduk di dalam," ucapku sambil menggandeng tangan wanita tersebut masuk ke dalam rumah.Sengaja langsung kugunakan kunci cadangan untuk memasuki rumah ini, karena aku sangat penasaran. Dan, wanita itu pun menurut begitu saja padaku. Tak masalah kan jika aku langsung masuk, toh ini adalah rumahku sendiri.Nesya selama ini selalu bilang padaku dan juga pada Fika, jika dia sebatang kara di dunia ini dan juga dia tinggal di panti asuhan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia sejak kecil, sehingga
Bab 118Aku dan Fika masih terdiam setelah tadi beberapa saat saling pandang, sepertinya asap yang ada di pikiran Fika sama seperti apa yang sedang kupikirkan saat ini. Dan, kami pun membiarkan Bu Rini melanjutkan ceritanya yang sepertinya belum selesai itu."Oleh karena itu lah saya menitipkan bayi Nesya di panti asuhan. Tetapi semua itu sudah saya bicarakan pada ibu panti. Semua saya lakukan karrna terpaksa, karena saya pun sebatang kara dan tak memiliki pilihan lain saat itu. Jadi, saya rasa itu adalah pilihan terbaik. Kini saya ingin kembali bersama Nesya dan menebus semua kesalahan selama ini," tukas Bu Rini dengan berlinang air mata.Cerita itu, rasanya kenapa hampir mirip dengan kejadian yang beberapa saat ini terjadi pada Adelia dan Nesya? Sungguh jika aku pun berada dalam posisi Bu Rini, aku pasti bingung dengan langkah apa yang harus diambil. Satu hal yang pasti, kasih sayang seorang ibu itu tiada batas. Dan, kami selalu melakukan yang terbaik untuk anak-anak."Maaf Bu. Ken
Bab 119Keduanya kini saling berhadapan dan sepertinya wajah mereka nampak kaget. Apa iya mereka ini saling mengenal? Lalu dimana Nesya? Kenapa dia tak terlihat batang hidungnya?"Kamu Mas Hasan kan?" Bu Rini kembali mengulangi pertanyaannya dengan menunjuk Mas Hasan yang masih mematung.Aku dan Fika yang masih duduk pun langsung saling berpandangan. Firasat yang buruk saat ini mulia bertumbuh di benakku."Apa kalian saling mengenal?!" Fika yang memang memiliki sifat tak sabaran pun langsung berdiri dan mendekati Bu Rini. Mungkin, firasat kami pun kembali sama.Bu Rini pun sontak menganggu dengan pelan, tetapi tatapan matanya tak berubah sekali pun. Sedangkan Mas Hasan pun juga terus menatap wanita itu."Dia! Adalah lelaki yang tak bertanggung jawab itu. Yang telah membuat saya meninggalkan anak saya di panti asuhan!" Bu Rini berucap dengan nada tinggi sembari menunjuk pada Mas Hasan.Sontak ucapannya itu pun langsung membuat aku berdiri dan mendekat pada mereka bertiga."Maksudnya!
Bab 120Luka yang ditimbulkan oleh Mas Hasan dengan insiden Adelia dan Nesya, sudah mulai mengering. Tetapi kini malah ditambah dengan luka baru. Entah ini luka baru atau luka lama aku harus menyebutnya. Yang pasti kenyataan ini terasa lebih menyakitkan bagiku, karena terjadi di awal pernikahan kami. Harusnya saat itu adalah masa dimana perasaan cinta kami masih hangat dan mesra, bukan malah dia langsung menghamili wanita lain.Padahal saat itu aku sudah berani menantang orang tua hanya demi menikah dengan Mas Hasan yang miskin. Jika saja orang tuaku mengetahui hal ini, sungguh mereka pasti akan langsung shock. Ternyata selama puluhan tahun ini aku hidup dalam kebohongan belaka. Sakit!Fika pun mengajak aku untuk duduk, karena memang rasanya kakiku ini tak lagi kuat untuk berpijak."Astaghfirullah!" kata itu saja yang terus terucap dari bibir ini.Fika pun terus berusaha memberikan semangat padaku. Sepertinya Tuhan masih sayang padaku, hingga aku tak terkena serangan jantung sampai sa
Bab 121Aku dan Fika serta Mas Hasan pun langsung mendekati Nesya, kami mencoba menenangkan dia. Karena saat ini kondisinya kan sedang hamil."Tidak, dia bukan ibuku! Kamu jangan sembarangan ya!" teriak Nesya lagi sambil berurai air mata.Kami pun mengajak Nesya untuk duduk di sofa dan Fika pun memberikan padanya segelas air putih. Meski apa pun yang terjadi, saat ini aku malah memikirkan tentang bayi yang ada dalam kandungan Nesya. Padahal seharusnya aku pun tak juga terlaku percaya pada Bu Rini, belum tentu juga kan dia itu ibu kandung dari Nesya. Tetapi karena hati ini rasanya masih tak enak, jadi aku memilih untuk diam saja dan menjadi penonton saat ini."Demi Allah, Nes. Aku ini ibu kandung kamu! Percayalah Nak!" Bu Rini masih nampak memelas."Kalau memang benar, tunjukan apa buktinya!" Nesya menjawab, tetapi kali ini dia lebih stabil sepertinya.Sedangkan Mas Hasan sejak tadi hanya tediam saja, aku pun tak tahu apa yang saat ini ada dalam pikirannya. Bu Rini pun kembali membuk
Bab 122Pov AuthorTak ada yang pernah bisa menduga apa yang akan terjadi esok hari. Bahkan, kadang sebuah impian yang telah kita susun rapi saja masih bisa gagal total. Oleh karena itu, wajib rasanya kita selalu untuk berpikir beberapa kali dalam bertindak.Kedatangan Bu Rini sungguh sama sekali tak pernah diduga oleh Dewi. Padahal wanita tangguh itu telah mengira jika semua cobaan dalam hidupnya akan segera berakhir setelah Hasan dan Nesya menikah, nyatanya malah sebuah kisah masa lalu yang bahkan telah dilupakan oleh si pelaku, kembali menguar ke permukaan."Kenapa semua bisa jadi seperti ini!" ucap Hasan yang sungguh sangat frustasi saat ini. Lelaki itu kini beserta dengan Dewi, Bu Rini dan juga Fika tengah berada di sebuah klinik. Menunggu Nesya yang sedang pingsan dan mendapatkan sedikit perawatan medis karena mengalami shock.Tangis pun rasanya percuma saja meski mengalir dengan deras, toh semua pun tak akan berubah. Kenyataanya adalah saat ini dia tengah melakukan hubungan te
Bab 123Pov Hasan Rasanya bumi yang kupijak ini langsung runtuh, ketika aku kembali ketemu dengan Rini dan mendapati kenyataan bahwa Nesya itu adalah anak kandungku.'Ya Tuhan karma seperti apa ini!?' teriakku seketika dalam hati.Bukan hanya kaget, tapi jika saja aku tak kuat menghadapi kenyataan ini, pasti aku langsung koit! Padahal aku kan sudah ingin berubah, ingin memperbaiki diri. Kenapa malah seperti ini yang aku dapatkan? Jika seperti ini, yang ada aku malah makin menjauh saja dari Dia.Ternyata bangkai yang sudah aku jujur puluhan tahun pun akhirnya bisa terungkap di waktu yang tak tepat. Ini sebuah pembalasan, dan sungguh aku berharap jika ini semua adalah mimpi belaka.Rini, dia adalah seorang wanita yang penampilannya berbanding terbalik dengan Dewi. Dewi terpelajar, cantik, putih, kaya dan idaman semua lelaki. Sedangkan si Rini adalah seorang yatim piatu yang kecil, hitam manis dan terlihat lusuh.Namun meski begitu, entah kenapa aku masih juga tertarik pada Rini. Pada
Bab 124Pov HasanHanya berawal dari membetulkan radio itu, akhirnya aku pun setiap hari mampir ke tempat kost Rini. Kebetulan juga memang tempat kost itu bebas sekali, semrawut deh pokoknya. Rini si gadis manis yang pendiam itu ternyata enak sekali jika diajak bicara. Ditambah dengan sikapnya yang suka malu-malu kucing, membuat aku semakin gemas saja. Meski telah memilki bidadari seperti Dewi, tetapi nyatanya aku pun tak bisa menghilangkan pesona seorang Rini."Besok kan kamu libur kerja, mau nggak kalau kuajak main?" tanyaku pada Rini setelah sekitar sebulan kami mulai makin dekat."Main? Mau main kemana nih Mas? Bukannya Mas Hasan harus jualan juga?" tanyanya balik, tetapi aku bisa melihat jika wajahnya makin merona."Pokoknya kita muter kemana gitu, cari tempat yang seru dan nyegerin otak! Capek Rin tiap hari cari duit. Rasanya pingin refreshing. Apa lagi jika refreshing sama kamu, pasti indah banget saat itu!" Rayuan gombal tentu saja langsung aku lancarkan saat itu."Ah kamu in