Bab 116Hari ini adalah hari minggu, aku dan Fika sengaja membawa Lio untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks rumahku yang ditinggali oleh Nesya. Bukan untuk mengintai atau apa, hanya saja kami ingin membeli soto daging kesukaanku yang letaknya tak jauh dari kompleks. Lumayan lama kami tak kesana."Ma, ternyata rasa sotonya tetap enak seperti dulu. Nggak sia-sia dong kita kesini pagi-pagi," ucap Fika dengan wajah puasnya."Iya, nanti kita bungkusin buat Bi Nur dan Nesya aja ya sekalian," timpalku."Duh napa sih Ma pakai beliin si Nesya segala? Aku kan lagi males ketemu lagi sama Papa!" Wajah cemberut yang lucu itu."Ya nanti kamu sama Lio di luar saja. Biar Mama yang antar masuk, soto ini nanti untuk si calon adik kamu itu," ucapku sedikit bercanda."Ya sudah kalau gitu terserah mama aja deh. Yang pasti aku masih malas. Kapan sih mereka mau pergi dari rumah kita Ma? Kalau dua hari berarti itu besok kan?" tanya Fika lagi yang sepertinya masih amat geram."Kalau dua hari sih sudah pas
Bab 117"Ibunya cari siapa sih Ma?" tanya Fika yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingku.Aku yang masih melamun tentu saja kaget saat Fika berucap dan belum menjawab."Saya mencari Nesya Mbak. Ini fotonya," jawab wanita itu yang kemudian ganti menunjukan foto pada Fika."Nesya?!" Kata itu spontan keluar dari bibir Fika sama sepertiku tadi.Ketika aku masih saja terdiam, wanita itu pun kemudian menjelaskan kenapa dia mencari Nesya, sama seperti ketika menjelaskan kepadaku tadi."Mari Bu duduk di dalam," ucapku sambil menggandeng tangan wanita tersebut masuk ke dalam rumah.Sengaja langsung kugunakan kunci cadangan untuk memasuki rumah ini, karena aku sangat penasaran. Dan, wanita itu pun menurut begitu saja padaku. Tak masalah kan jika aku langsung masuk, toh ini adalah rumahku sendiri.Nesya selama ini selalu bilang padaku dan juga pada Fika, jika dia sebatang kara di dunia ini dan juga dia tinggal di panti asuhan. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia sejak kecil, sehingga
Bab 118Aku dan Fika masih terdiam setelah tadi beberapa saat saling pandang, sepertinya asap yang ada di pikiran Fika sama seperti apa yang sedang kupikirkan saat ini. Dan, kami pun membiarkan Bu Rini melanjutkan ceritanya yang sepertinya belum selesai itu."Oleh karena itu lah saya menitipkan bayi Nesya di panti asuhan. Tetapi semua itu sudah saya bicarakan pada ibu panti. Semua saya lakukan karrna terpaksa, karena saya pun sebatang kara dan tak memiliki pilihan lain saat itu. Jadi, saya rasa itu adalah pilihan terbaik. Kini saya ingin kembali bersama Nesya dan menebus semua kesalahan selama ini," tukas Bu Rini dengan berlinang air mata.Cerita itu, rasanya kenapa hampir mirip dengan kejadian yang beberapa saat ini terjadi pada Adelia dan Nesya? Sungguh jika aku pun berada dalam posisi Bu Rini, aku pasti bingung dengan langkah apa yang harus diambil. Satu hal yang pasti, kasih sayang seorang ibu itu tiada batas. Dan, kami selalu melakukan yang terbaik untuk anak-anak."Maaf Bu. Ken
Bab 119Keduanya kini saling berhadapan dan sepertinya wajah mereka nampak kaget. Apa iya mereka ini saling mengenal? Lalu dimana Nesya? Kenapa dia tak terlihat batang hidungnya?"Kamu Mas Hasan kan?" Bu Rini kembali mengulangi pertanyaannya dengan menunjuk Mas Hasan yang masih mematung.Aku dan Fika yang masih duduk pun langsung saling berpandangan. Firasat yang buruk saat ini mulia bertumbuh di benakku."Apa kalian saling mengenal?!" Fika yang memang memiliki sifat tak sabaran pun langsung berdiri dan mendekati Bu Rini. Mungkin, firasat kami pun kembali sama.Bu Rini pun sontak menganggu dengan pelan, tetapi tatapan matanya tak berubah sekali pun. Sedangkan Mas Hasan pun juga terus menatap wanita itu."Dia! Adalah lelaki yang tak bertanggung jawab itu. Yang telah membuat saya meninggalkan anak saya di panti asuhan!" Bu Rini berucap dengan nada tinggi sembari menunjuk pada Mas Hasan.Sontak ucapannya itu pun langsung membuat aku berdiri dan mendekat pada mereka bertiga."Maksudnya!
Bab 120Luka yang ditimbulkan oleh Mas Hasan dengan insiden Adelia dan Nesya, sudah mulai mengering. Tetapi kini malah ditambah dengan luka baru. Entah ini luka baru atau luka lama aku harus menyebutnya. Yang pasti kenyataan ini terasa lebih menyakitkan bagiku, karena terjadi di awal pernikahan kami. Harusnya saat itu adalah masa dimana perasaan cinta kami masih hangat dan mesra, bukan malah dia langsung menghamili wanita lain.Padahal saat itu aku sudah berani menantang orang tua hanya demi menikah dengan Mas Hasan yang miskin. Jika saja orang tuaku mengetahui hal ini, sungguh mereka pasti akan langsung shock. Ternyata selama puluhan tahun ini aku hidup dalam kebohongan belaka. Sakit!Fika pun mengajak aku untuk duduk, karena memang rasanya kakiku ini tak lagi kuat untuk berpijak."Astaghfirullah!" kata itu saja yang terus terucap dari bibir ini.Fika pun terus berusaha memberikan semangat padaku. Sepertinya Tuhan masih sayang padaku, hingga aku tak terkena serangan jantung sampai sa
Bab 121Aku dan Fika serta Mas Hasan pun langsung mendekati Nesya, kami mencoba menenangkan dia. Karena saat ini kondisinya kan sedang hamil."Tidak, dia bukan ibuku! Kamu jangan sembarangan ya!" teriak Nesya lagi sambil berurai air mata.Kami pun mengajak Nesya untuk duduk di sofa dan Fika pun memberikan padanya segelas air putih. Meski apa pun yang terjadi, saat ini aku malah memikirkan tentang bayi yang ada dalam kandungan Nesya. Padahal seharusnya aku pun tak juga terlaku percaya pada Bu Rini, belum tentu juga kan dia itu ibu kandung dari Nesya. Tetapi karena hati ini rasanya masih tak enak, jadi aku memilih untuk diam saja dan menjadi penonton saat ini."Demi Allah, Nes. Aku ini ibu kandung kamu! Percayalah Nak!" Bu Rini masih nampak memelas."Kalau memang benar, tunjukan apa buktinya!" Nesya menjawab, tetapi kali ini dia lebih stabil sepertinya.Sedangkan Mas Hasan sejak tadi hanya tediam saja, aku pun tak tahu apa yang saat ini ada dalam pikirannya. Bu Rini pun kembali membuk
Bab 122Pov AuthorTak ada yang pernah bisa menduga apa yang akan terjadi esok hari. Bahkan, kadang sebuah impian yang telah kita susun rapi saja masih bisa gagal total. Oleh karena itu, wajib rasanya kita selalu untuk berpikir beberapa kali dalam bertindak.Kedatangan Bu Rini sungguh sama sekali tak pernah diduga oleh Dewi. Padahal wanita tangguh itu telah mengira jika semua cobaan dalam hidupnya akan segera berakhir setelah Hasan dan Nesya menikah, nyatanya malah sebuah kisah masa lalu yang bahkan telah dilupakan oleh si pelaku, kembali menguar ke permukaan."Kenapa semua bisa jadi seperti ini!" ucap Hasan yang sungguh sangat frustasi saat ini. Lelaki itu kini beserta dengan Dewi, Bu Rini dan juga Fika tengah berada di sebuah klinik. Menunggu Nesya yang sedang pingsan dan mendapatkan sedikit perawatan medis karena mengalami shock.Tangis pun rasanya percuma saja meski mengalir dengan deras, toh semua pun tak akan berubah. Kenyataanya adalah saat ini dia tengah melakukan hubungan te
Bab 123Pov Hasan Rasanya bumi yang kupijak ini langsung runtuh, ketika aku kembali ketemu dengan Rini dan mendapati kenyataan bahwa Nesya itu adalah anak kandungku.'Ya Tuhan karma seperti apa ini!?' teriakku seketika dalam hati.Bukan hanya kaget, tapi jika saja aku tak kuat menghadapi kenyataan ini, pasti aku langsung koit! Padahal aku kan sudah ingin berubah, ingin memperbaiki diri. Kenapa malah seperti ini yang aku dapatkan? Jika seperti ini, yang ada aku malah makin menjauh saja dari Dia.Ternyata bangkai yang sudah aku jujur puluhan tahun pun akhirnya bisa terungkap di waktu yang tak tepat. Ini sebuah pembalasan, dan sungguh aku berharap jika ini semua adalah mimpi belaka.Rini, dia adalah seorang wanita yang penampilannya berbanding terbalik dengan Dewi. Dewi terpelajar, cantik, putih, kaya dan idaman semua lelaki. Sedangkan si Rini adalah seorang yatim piatu yang kecil, hitam manis dan terlihat lusuh.Namun meski begitu, entah kenapa aku masih juga tertarik pada Rini. Pada
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai