Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya.
"Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo.
"Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.
Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram.
"Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.
Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura.
"Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi.
"InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.
Ibu Laura menghempaskan tangan Laura. "Cuci tangan dulu, kamu kan abis dari luar!" peringat ibu Laura yang mendapat cengiran dari Laura.
***
Keesokan harinya, Laura sangat bosan karena orang tuanya melarangnya untuk keluar rumah dan Laura harus diam di dalam kamarnya.
Saat Laura sedang melamun dan bingung mau apa, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya.
"BANG DIRGA!!" teriak Laura spontan memeluk abangnya tersayang itu.
"Bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak? Nanti kalo kuping abang budek, gimana?!" omel Dirga.
Laura memeluk erat abangnya untuk melepaskan semua kerinduannya, dia meneteskan air matanya.
"Abang jahat banget sih, udah punya keluarga baru Laura malah dilupain!" Laura melepaskan pelukannya.
Dirga mencubit pipi adiknya gemas. "Adik siapa sih, cengeng banget sih?! Ditinggal satu tahun aja nangis!" ejek Dirga. Meskipun Laura sudah berumur 22 tahun, tapi bagi Dirga Laura tetaplah adik kecilnya.
Laura memegangi pipinya sakit karena dicubit oleh kakaknya.
"Dia nggak, ikut?" tanya Laura sambil melirik kelur.
"Katanya dia-"
"Hii everybody! Ini ada apa? Kok, aku nggak diajak?!" teriak Raisa--istri Dirga.
"Kak Raisa!!" pekik Laura kegirangan lalu langsung memeluk kakak iparnya itu. Merekapun berpelukan seperti teletabis, mereka sangat akrab karena Raisa orangnya sangat friendly.
"Udah-udah dramanya! Ayok kita ke depan," titah Dirga.
"Nggak bisa apa lu bang, liat adik lu bahagia dulu bentar?!" ucap Laura sewot. Mereka bertiga pun pergi ke ruang tempat berkumpul keluarga.
Laura menghampiri keponakannya yang di gendong oleh ibunya. Lalu Laura mengambil alih ponakannya itu.
"Ya ampun imut banget kayak Laura," ujar Laura sambil mencium seluruh muka bayi tersebut.
"Heh anak gue jangan dicium-cium, nanti bau!" tegur Dirga kemudian mengambil anaknya dari gendongan Laura.
"Ya elah bang pelit banget sih, lo!" ketus Laura.
"Udah-udah jangan ribut, mending kita makan siang, ibu udah masak makanan kesukaan kalian hari ini!" lerai ibu Laura.
"Ayoklah, Laura juga laper!" ucap Laura sambil bangun dari duduknya. Merekapun makan siang bersama dengan penuh canda dan kebahagiaan. Setelah selsai makan, Laura masih duduk di meja makan sambil memakan buah apel.
"Dek, lo besok mau nikah kok malah santai-santai sih? Luluruan atau maskeran kek sana!" tegur Dirga yang baru saja membereskan barang-barangnya.
"Iyah dek, kok kamu nggak luluran atau apa gitu buat persiapan?" tanya Raisa yang berada di samping Dirga dan tak lupa dengan bayinya yang digendong.
"Tenang kakak-kakak sekalian, besok hari masih lama, masih ada banyak waktu!" jawab Laura dengan santainya.
"Terserah lo deh dek! Ayok sayang kita ke ruang keluarga aja," ajak Dirga pada Raisa.
"Sana pergi! Jangan mesra-mersaan di depan gue!" usir Laura. Dirga dan Raisa pun pergi ke ruang keluarga.
Lima belas menit kemudian, Laura masih setia duduk dan hanya diam di meja makan. Tiba-tiba Raisa menyuruhnya ke ruang tamu.
"Dek, ayok ke ruang tamu!" titah Raisa.
"Ada apa emangnya?" bukannya menurut Laura malah bertanya.
"Udah ayok cepetan!"
"Iyah-iyah." Laura dan Raisa pun berjalan ke ruang tamu, saat di ruang tamu Raisa terkejut karena yang datang adalah sepupu perempuannya.
"Diana?" gumam Laura saat melihat Diana yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Hai Laura, apa kabar?" tanya Diana sembari tersenyum.
"Alhamdulillah baik," jawab Laura.
"Alhamdulillah kalo begitu. Gue ke sini cuma mau ngasih kado dan ngucapin selamat karena lo besok mau nikah, besok kayaknya gue nggak bisa datang," ujar Diana.
Laura membatin, 'Lagian kalo lo datang nanti bisa menimbulkan masalah yang merepotkan lagi'
"Iyah nggak apa-apa kok, oh iyah lo mau dibuatin minum, apa?" tanya Laura.
"Nggak usah, gue sebentar doang kok," jawab Diana kemudian menghampiri Laura dan memberikan sebuah kotak kado yang ukurannya tidak terlalu besar.
"Ini buat lo, dibukanya jangan sekarang yah," bisik Diana lalu tersenyum. Laura merasa senyum Diana agak aneh tapi Laura mencoba untuk tetap positif thinking.
"Ehh? Makasih sampe repot-repot ngasih kado," ucap Laura sambil tersenyum.
"Kalo gitu gue pulang dulu, salam buat orang tua lo," pamit Diana.
"Kak Dirga, Kak Raisa! Diana pulang dulu yah," pamit Diana pada Dirga dan Raisa yang sedang bermain dengan bayinya.
"Kok bentar amat? Nggak mau minum, dulu?" tanya Raisa ramah.
"Nggak deh kak, Diana masih banyak kerjaan soalnya," jawab Diana.
"Yaudah hati-hati yah, salam buat keluarga di sana," ujar Raisa yang di angguki Diana. Diana pun pergi dari rumah tersebut, Laura juga masuk ke kamarnya untuk menyimpan kado tersebut.
***
Sore hari tepatnya setelah maghrib, Laura terlihat sangat gelisah. Bagaimana tidak? Gaun pernikahannya belum sampai ke tangannya, Riri juga susah untuk di hubungi.
"Laura diem!" bentak Dirga membuat Laura yang tadinya mundur mandir depan televisi kini mematung di tempat.
"Kenapa dari tadi nggak bisa diem?" tanya Dirga.
"Gaun pengantinnya belum datang kak, aku telponin Riri tapi nggak di angkat," jawab Laura.
"Ya udah tunggu aja, Riri mungkin lagi sibuk." Dirga berusaha untuk menenangkan adiknya itu.
Laura dan Dirga hanya berdua di ruang televisi itu karena Raisa dan anaknya tidur sedangkan ayah dan ibu mereka sedang bersantai di teras, mungkin juga mengobrol dengan tetangga komplek
"Assalamu'alaikum, yuhu orang cakep datang nih!" teriak dua perempuan yang memasuki ruang televisi itu.
"Riri, Rere? Akhirnya kalian dateng juga!" Akhirnya rasa gelisah Laura hilang saat orang yang di tunggu-tunggu datang.
"Nih gaun pesanan kakak, silahkan di cek!" Riri memberikan kotak kaca yang berisi Gaun pengantin.
"Ribet amat pake kotak kaca segala!" kata Laura kemudian membuka Kotak kaca itu lalu mengambil gaunnya.
"Wahh bagus banget!" ucap Laura dengan mata yang berbinar.
"Cobain dong Ra!" pinta Rere.
"Oke, tapi ini belum di cuci, yah?" tanya Laura.
"Belum kak, tapi kita bikin gaun ini dengan tangan yang sangat bersih sampe cuci tangan tiap menit," jawab Riri.
"Ya udah gue coba dulu. Kalian di sini aja!" perintah Laura.
Laura pun mencoba gaun pengantin tersebut di dalam kamarnya.
Setelah memakainya Laura melihat dirinya di cermin dan dia sangat suka dengan gaun tersebut. Meskipun dulu gaun itu dia bayangkan dipakai untuk pernikahannya dengan Rendy namun semua itu hanyalah khayalan dimasa lalu.
***
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k