"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura.
"Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin.
"Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura.
"Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere.
"Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri.
"Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere.
"Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.
Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas.
"Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga yang tiba-tiba saja muncul.
"Perasaan, tadi udah dikasih?" pikir Laura.
"Iyah, tapi di makan sama abang," jawab Dirga sambil nyengir.
"Ya udah ambil aja, kita juga udah makan banyak," kata Laura mempersilahkan.
"Terimakasih adikku tersayang yang paling cantik seselokan," ucap Dirga lalu segera pergi dari situ. Laura tidak membalas karena dia sudah biasa dibuat terbang lalu di jatuhkan oleh abangnya.
"Ehh ngomong-ngomong, calon imam gue nggak ada?" Rere melirik ke dalama rumah.
"Maksudnya siapa?!" tanya Laura memelototi Rere.
Rere mengangkat jari tengah dan jari telunjuk membentuk huruf V lalu berkata, "bercanda doang kok, hehe."
***
Malam ini Riri dan Rere menginap di rumah Laura. Jam menunjukkan pukul sembilan malam tapi mereka belum tidur dan masih bersantai sambil menonton televisi.
"Ra, gue bingung. Lo mau nikah tapi kok santai banget sih?" heran Rere.
"Terus, gue harus panik gitu?" Laura menatap Rere datar.
"Ya nggak juga sih, ehh gue masih nggak nyangka kalo lo bakal nikah sama Kenzo. Dari dulu emang kalian tuh serasi banget, tapi sayangnya lo malah ditikung!"
"Nggak usah bawa-bawa masa lalu Re." Laura tersenyum simpul.
"Iyah, maaf. Terus hubungan lo sama Rendy, gimana?" tanya Rere lagi.
Seketika ekspresi Laura berubah menjadi sedih. "Gue putus sama dia, gue juga nggak tau kenapa dia mutusin gue," jawab Laura.
"Bagus deh kalo dia sadar diri! Dia itu nggak pantes buat lo Ra," kata Rere yang mendapat tatapan tajam dari Laura.
"Lama-lama mulut lo gue jahit juga Re!" geram Laura yang di balas cengiran oleh Rere.
"Ra, kalo lu udah nikah, lo bakal cinta lagi sama Kenzo?" Rere menatap Laura menunggu jawaban.
"Entahlah, gue nggak tau."
"Emang, lo mau nikah berapa kali dalam hidup lo?"
"Ya sekali lah,"
"Kalo gitu, lo harus berusaha cinta lagi sama Kenzo. Gue yakin Kenzo juga pasti bakal berusaha!" saran Rere.
"Semoga," harap Laura.
"Ehh, kok belum pada tidur? Ini udah malem lho!" seru ibu Laura.
"Masih jam 9 bu," sahut Laura.
"Ya udah, kalo Rere sama Riri mau tidur boleh tidur di kamar atas," ujar Ibu Laura.
"Iyah tante, makasih," ucap Rere dan Riri bersamaan. Ibu Laura pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
Laura bangkit dari duduknya untuk berjalan menuju kamarnya.
"Mau kemana lo Ra?" tanya Rere.
"Tidur," jawab Laura tanpa menengok ke Rere.
***
Pagi telah tiba, Laura sudah di rias dan memakai gaun pengantin. Ia sangat terlihat cantik dengan gaun pengantin berwarna putih yang bersayap dan sarung tangan panjang berwarna putih yang ia pakai, tidak lupa juga mahkota yang ada di kepalanya.
"Kamu udah siap?" tanya ibu Laura pada Laura yang sedang berdiri di depan cermin.
"InsyaAllah aku siap," jawab Laura lalu tersenyum pada ibunya. Ibu Laura pun menuntun Laura keluar kamarnya.
"Aaaaaa! Rara lo cantik banget!" kagum Rere.
"Iyah, kak Rara cantik banget yah," puji Riri.
"Gue setiap hari juga cantik, kaliannya aja yang nggak nyadar!" ucap Laura sombong.
"Iyah deh, iyah. Jadi ke gedung pernikahannya, kapan?" tanya Rere.
"Tahun depan, ya sekarang lah!" ketus Laura.
"Udah jangan ribut. Rere sama Riri mau ikut ke mobil Dirga sama Raisa, atau sama kita?" lerai ibu Laura.
"Aku bawa mobil tadi malem tante, jadi aku sama Riri naik mobil aku aja. Iyah kan, Ri?" Rere mengalihkan pandangannya pada Riri.
"Iyah," sahut Riri.
"Bang Dirga di mana, bu?" tanya Laura.
"Udah di depan," jawab ibu Laura. Merekapun menuntun Laura keluar karena gaun dan high heelsnya membuat dia agak susah berjalan.
"Wihh, ini baru adek abang, cakep!" puji Dirga.
"Dari lahir juga gue mah cakep bang, abang aja yang nggak sadar!" ketus Laura.
"Haha ... iyah deh iyah. Ayok kita berangkat sekarang, Dirga sama Raisa pake mobil yang buru yah," ujar Dirga.
"Iyah. Gue, ayah, ibu sama bi Asri pake mobil yang item. Rere sama Riri bawa mobil sendiri katanya," jelas Laura yang diangguki Rere dan Riri.
"Bibi harus ikut non?" tanya bi Asri--ART di rumah Laura.
"Iyah," jawab Laura.
"Yaudah, kita go!" ucap Dirga bersemangat. Adiknya yang mau menikah tapi kakaknya yang bersemangat, ada-ada saja.
***
Saat di jalan Laura terjebak macet, padahal jam sudah menunjukkan pukul 07:45. Sedangkan akadnya jam delapan.
"Apa kita keburu sampe sana tepat waktu?" tanya Laura pada ibunya.
"Pasti bisa kok, bentar lagi juga sampe," jawab ibu Laura meyakinkan Laura.
Akhirnya mereka sampai di gedung pernikahan, mereka di sambut oleh keluarga besar Rafardhan dan kerabatnya.
Laura berjalan di tuntun oleh ibunya sampai ke dalam gedung tersebut.
Laura berjalan ke tempat akad bersama orang tuanya. Di sana sudah terdapat Kenzo dan orang tuanya, serta pak penghulu juga.
"Lama banget sih lo!" bisik Kenzo hanya dibalas muka datar oleh Laura.
Semua keluarga besar Rafardhan sudah hadir kecuali keluarga besar Varellie, padahal nenek dan kakek Laura ada di Indonesia tapi kenapa tidak datang? Mungkinkah karena ini pernikahan Laura dan bukan Diana?
"Apakah saudara Kenzo Alderando Rafardhan dan Saudari Laura Aldareyya Varellie sudah siap?" tanya pak penghulu tegas.
"InsyaAllah, kami siap!"
***
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k