"Dan apa dok?" tanya ibu Laura.
"Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura.
"Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura.
"Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.
Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura.
"Laura kenapa?" tanya mama Kenzo.
"Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
"Terus dia di mana, sekarang?" tanya mama Kenzo lagi.
"Dipindahkan ke ruang inap, ayok kita kesana," jawab ibu Laura. Mereka semua pergi keruangan Laura kecuali Rere, dia bilang ingin ke toilet dulu sebentar.
Kenzo duduk disofa bersama orang tuanya sementara orang tua Laura berada di samping Laura, dan Riri diluar menunggu Rere karena tidak enak kalo dia berada di dalam.
"Oh iyah, tamu-tamu undangan bagaimana?" tanya ayah Laura.
"Itu sudah saya handle," jawab papanya Kenzo.
"Syukurlah," ujar ibu Laura.
Tidak lama kemudian Laura dengan perlahan membuka matanya dan menggerak tangannya.
"Kamu udah siuman?" tanya ibu Laura.
Laura hanya mengangguk lalu bertanya, "Laura pingsan, yah?"
"Iyah, kata dokter kamu kecapean. Kamu sih ngeyel, ayah kan udah bilang jangan kerja terus! Kalo kamu sakit lebih dari ini gimana?!" Laura yang sedang di nasehati ayahnya hanya diam dan menatap ayahnya.
"Ayah aku baru sadar lho, kasih minum dulu kek." Laura menyahut dengan santai.
"Ehh iyah, maaf ayah lupa." Ayah Laura menepuk jidatnya lalu mengambil air minum yang sudah di sediakan.
Orang tua Kenzo menghampiri Laura lalu mama Kenzo mengelus puncak rambut Laura.
"Ada yang sakit?" tanya mama Kenzo.
"Ng-nggak yang ada sakit kok," jawab Laura sedikit gugup.
"Nih minum dulu," ibu Laura menyodorkan gelas berisi air putih yang tadi diambil oleh ayahnya.
Laura sedikit bangun untuk minum dan dibantu mamanya Kenzo juga, saat Laura sedang minum tiba-tiba Rere datang dan mengejutkan Laura.
"Aaaa ... Laura lo udah, siuman?" tanya Rere sambil membuka pintu tidak lupa dibelakangnya juga ada Riri.
Uhuk
Uhuk
Melihat Laura tersedak Rere mematung di tempat dan menggigit bibir bawahnya.
"Mampus, punya mulut nggak bisa dikontrol. Bikin malu aja heran," batin Rere.
"Rere ini rumah sakit, jangan teriak-teriak." Peringat ibu Laura, sementara Rere hanya nyengir.
"Maaf tante, om, Laura. Rere kelepasan," ucap Rere tak enak hati.
"Iyah nggak apa-apa, jangan diulangi lahi yah." ibu Laura menasehati Rere dengan lembut dan diangguki oleh Rere.
"Bu, Laura udah boleh pulang?" tanya Laura.
"Belum, kamu harus di sini sampai pulih total!" bukannya ibu Laura yang menjawab, melainkan ayahnya.
"Tapi Laura boleh makan makanan yang bukan dari rumah sakit, kan?" tanya Laura lagi.
"Iyah boleh, tapi jangan makan yang aneh-aneh," jawab ibu Laura.
"Oke! Re, tolong bawain gua makanan dari resto sekarang!" perintah Laura yang dijawab dengan jempol oleh Rere.
****
Saat ini Laura sedang menikmati makanan yang dibawakan Rere dan Riri tadi, sementara Kenzo masih duduk di sofa sambil memainkan handphonenya. Orang tua mereka pulang beberapa menit yang lalu, dan akan kembali nanti malam.
"Ra pelan-pelan makannya! Keselek baru tau rasa lo!" ujar Rere memperingati Laura karena makan dengan lahap dan terburu-buru. Laura hanya mengangguk dan terus mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Kak Rara, Kak Rere! Aku pergi dulu yah, tadi dapat chat dari karyawan butik, ada urusan penting katanya." pamit Riri.
Laura menelan makanan yang ada di mulutnya. "Naik apa, ke sananya?" tanya Laura.
"Kayaknya naik taksi, soalnya tadi aku kan kesini naik mobil kak Rere." jawab Rere.
"Pake aja tuh mobil si Rere!" titah Laura.
"Lho? Kok, harus mobil gue?" tanya Rere namun tak mendapat respon dari Laura.
"Yaudah deh iyah, nih kuncinya." Rere memberikan sebuah kunci mobil yang terdapat gantungan boneka kecilnya.
"Makasih kak Rere!" Riri mengambil kunci lalu tersenyum kamudian pergi.
Setelah selsai makan, Laura memakan buah-buahan yang tadi di bawa Rere. Laura sengaja makan dengan sangat lahap dan banyak agar cepat pulih.
Sementara Laura makan buah-buahan, Rere hanya diam dan sesekali melirik Kenzo yang sudah dari tadi duduk di sofa sambil memainkan handphonenya.
Kenzo yang merasa diperhatikan langsung mematikan handphonenya lalu menatap kearah Rere dan Laura, seketika itu juga Rere langsung mengalihkan pandangannya.
"Apa?" tanya Laura seraya mengangkat sebelah alisnya.
Kenzo tak menjawab, dia bangun dari duduknya lalu berjalan kearah kamar mandi.
"Tuh orang sok cuek banget!" Rere memutar bola matanya.
Tiba-tiba Laura merasa pusing, hidungnya sedikit mengeluarkan darah. Laura menyeimbangkan dirinya lalu perlahan merebahkan dirinya.
"Ra? Lo, nggak pa-pa?" tanya Rere panik. Laura menutup matanya kemudian secara perlahan memijat dahinya.
"Nggak, gue nggak pa-pa. Tolong ambilin tisu dong," pinta Laura sambil terus memijit dahinya pelan.
Rere langsung mengambil tisu yang berada di meja dekat sofa lalu memberikannya pada Laura.
"Lo, beneran nggak pa-pa? Mau gue panggilin dokter?" tanya Rere khawatir.
Laura mengelap darah yang keluar dari hidungnya. "Nggak usah, gue nggak pa-pa kok."
"Yaudah, lo istirahat biar cepet sembuh, gue tungguin di sini kok!" Rere kembali duduk di kursi sebelah tempat tidur Laura.
Karena kepalanya lumayan pusing, Laura tidur untuk mengurangi rasa sakitnya. Sedangkan Rere duduk di sebelah Laura untuk menjaganya dan sesekali memainkan handphonenya. Sedangkan Kenzo, dia kembali duduk di sofa dan tak menghiraukan Laura dan Rere.
****
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k