Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu.
"Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura.
"Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.
Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat w******p kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.
Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya.
"Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.
Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gambar yang menarik perhatiannya. Ternyata gambar tersebut adalah gambar baju pengantin yang dulu pernah dia buat untuk pernikahannya dengan Rendy, tapi sayangnya Rendy memutuskannya tanpa memberi alasan.
"Apa gue bikin gaun pengantin kayak gini aja kali, yah?" tanya Laura pada dirinya sendiri.
Akhirnya Laura pergi ke salah satu butiknya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
"Riri!" panggil Laura pada Asistennya.
"Iyah kak, ada yang bisa kami, bantu?" tanya Riri. Jika kalian bertanya kenapa Riri menyebut Laura dengan kak, Laura yang meminta karena ia sudah menganggap Riri sebagai adiknya.
"Aku mau minta tolong, kalian bisa nggak bikinin baju kayak, gini?" Laura menunjukkan sebuah kertas putih yang terdapat gambar gaun pengantin yang sangat indah. Gambarnya saja sudah terlihat indah, apalagi kalo gaunnya udah jadi yah.
"Bisa kak, ini baju untuk, kakak?" tanya Riri.
"Iyah," jawab Laura.
"Yaudah ayok kita ukur dulu kak," ujar Riri.
Setelah selsai mengukur, Laura menelpon Kenzo agar datang ke situ untuk mengukur jas yang akan di pakenya nanti.
"Kenzo, di sini," Laura melambaikan tangannya pada Kenzo yang baru saja masuk ke butik tersebut.
Kenzo terkejut karena butik Laura lumayan besar, pegawainya sangat ramah dan pengunjungnya lumayan banyak.
"Lama banget sih, lo!" seru Laura.
"Ya lo tau, kan? Gue itu orang sibuk!" jawab Kenzo.
"Yaudah sana cepetan ukur badan lo!" titah Laura.
"Sama pegawai yang cowok! Jangan yang cewek, nanti lo kegen-"
"Iyah-iyah! Gue bukan cowok biaya yah!" potong Kenzo kemudian pergi.
"Ehh kak, itu calon suami, kakak? Bukannya pacar kakak itu kak Ren-" Riri menghentikan perkataannya dan membungkam mulutnya dengan tangannya.
Riri melepaskan bekapan tanganya. "Maaf kak," ucapnya nyengir.
"Iyah nggak pa-pa. Nanti jum'at kamu datang ke akad yah," ujar Laura sambil tersenyum.
"Iyah InsyaAllah kak, tapi ini gaun pengantinnya kalo nggak tepat waktu, gimana?" tanya Riri.
"Iyah juga yah."
"Tapi tenang aja kak! Kami pastikan biar malam sebelum akad bajunya udah ada di tangan kak Laura!" tekad Riri.
"Hmm ... makasih," ucap Laura terharu.
Setelah itu Laura pergi ke ruang kerjanya untuk membereskan pekerjaannya. Laura sengaja membuat ruangan khusus untuk dia bekerja di butik karena dia sedikit lelah jika harus bulak-balik ke restoran dan butiknya, lagian di restoran dan butiknya yang lain sudah ada orang kepercayaannya.
Setengah jam kemudian, Laura masih duduk di kursi kerjanya dan terlihat sangat fokus.
"Ekhem!" deheman seseorang yang membuat Laura kaget.
"Astaghfirullah satan!" teriak Laura refleks.
"Enak aja lo bilang gue setan! Mana ada setan ganteng kayak gue!" celetuk Kenzo sambil duduk di sofa yang tidak jauh dari meja kerja Laura.
"Lagian lo ngapain, di sini? Masuk nggak permisi dulu lagi!" omel Laura.
"Tadi gue udah ketuk-ketuk pintunya tapi lo nggak respon, yaudah gue masuk lah," jawab Kenzo dengan santai.
"Terus ada urusan apa gerangan masuk, ke sini?" tanya Laura lagi.
"Nggak pa-pa sih, gabut doang," jawab Kenzo sambil meliha-lihat ruang kerja Laura.
"Yang bener dong lo! Kalo nggak ada urusan apa-apa mending keluar sana, jangan ganggu gue." usir Laura.
"Nggak-nggak, gue cuma becanda. Gue mau ngajak lo jalan, mau nggak?" ajak Kenzo.
"Nggak, gue lagi sibuk!" tolak Laura.
"Nggak boleh nolak! Pokoknya harus mau!" tuntut Kenzo.
"Emang lo mau ngajak gue jalan, ke mana?" tanya Laura.
"Ke pelaminan," jawab Kenzo sambil cekikikan.
"Kenzo!!" teriak Laura geram.
***
"Kita mau kemana sih, sebenernya?" tanya Laura yang duduk di samping Kenzo.
"Udah lu diem aja, bentar lagi sampe kok," jawab Kenzo sambil terus fokus menyetir dan melihat ke depan.
Sesampainya di tempat yang Kenzo maksud, mereka keluar dari mobil Kenzo.
"Kita mau ngapain, ke sini?" tanya Laura yang masih bingung.
"Liat-liat gedung pernikahan kita lah, emang lo nggak mau liat?" tanya Kenzo.
Laura membulatkan matanya setelah mendengar kata 'Pernikahan kita' sepertinya dia sedikit baper.
Merekapun masuk ke dalam gedung yang dua hari lagi menjadi tempat mereka mengikat janji untuk bersama sampai akhir hayat.
"Jujur, sebenarnya dari awal gue agak ilfeel sama sepupu lo itu!" ungkap Kenzo.
"Terus? Gue harus, apa?" tanya Laura.
"Ya, gue cuma cerita. Dan lo tau? Saat setelah kelulusan sma, sepupu lo mabok-mabokan di club sama temen-temennya! Saat itu gue pengen banget mutusin dia, tapi mama ngelarang karena sepupu lo selalu bersikap baik dan manis di depan gue sama keluarga gue." ucap Kenzo panjang lebar sembari terus berjalan.
"Lo tau dari mana kalo dia main, di club? Gue aja sepupunya nggak tau," tanya Laura.
"Gue kan punya mata-mata andalan," jawab Kenzo.
Setelah berada di dalam gedung, Laura terpukau dengan pemandangan yang dia lihat, baru kali ini dia melihat hiasan seindah ini.
"Kenapa diam?" tanya Kenzo yang melihat Laura diam di tempat.
"Serius akadnya, di sini?" tanya Laura.
"Bukan, akadnya di atas atap!" canda Kenzo.
"Ini lo sewa gedung seluas ini dan hiasan seindah ini ngabisin berapa, rupiah?" tanya Laura penasaran.
"Cuma lima ratus juta," jawab Kenzo.
"Lima ratus juta lo bilang, cuma?!" kata Laura tak percaya.
"Iyah wajarlah, kan buat biaya catering makanan sama minuman, sewa gedung, bayar Orang-orang WO, bikin surat undangan, beli gaun pengantin, dan high heels buat lo!" jelas Kenzo panjang lebar.
"Lho kan gue nggak minta di beliin gaun pengantin sama, high heels?" tanya Laura bingung.
"Yaudah nggak usah di pake!" ketus Kenzo. Laura memutar bola matanya malas, dia tidak menyahut lagi karena malas bertengkar.
"Lo mau liat-liat, atau mau jadi patung pancoran yang berdiri, di situ? Kayaknya bagus juga lo di pajang buat jadi hiasan dinding," ucap Kenzo tanpa merasa berdosa.
"Kenzo!!"
***
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Laura membuka matanya, suasana dikamar ini sangat sepi, rupanya dia tertidur cukup lama.Laura tidak melihat Rere atau siapapun, dia hanya melihat Kenzo yang tidur di sofa. Karena tidak bisa tidur lagi, Laura mendudukkan badannya dan turun dari brankarnya.Dia mencopot infusnya kemudian berjalan keluar, dia menutup pintu pelan agar tidak menimbulkan suara."Sepi amat nih rumah sakit," ucapnya sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit tersebut.Laura sudah lumayan jauh dari kamarnya dan tiba di sebuah taman, dia duduk di kursi taman tersebut."Lagi apa, mbak?" tanya seorang suster yang mengagetkan Laura."Ehh, suster ngagetin aja. Saya cuma lagi duduk aja kok," jawab Laura."Sebaiknya mbak kembali ke kamar, angin malam nggak baik buat orang sakit," ujar suster tersebut sambil tersenyum ramah.
"Dan apa dok?" tanya ibu Laura."Ahh ... tidak, dia hanya sedikit stres dan kurang istirahat saja. Lebih baik Laura dirawat di sini dulu sampai sembuh total." Dokter tersebut memberi saran dan disetujui oleh orang tua Laura."Berikan ruangan VIP yah dok," pinta ibu Laura."Baik, kalo begitu Laura akan dipindahkan ke ruang inap, saya permisi dulu," ucap dokter tersebut kemudian pergi. Rere sedari tadi memperhatikan dokter tersebut, mungkin karena wajahnya yang tampan dan terlihat masih muda, siapa tau bisa dia dekati.Tiga orang suster memindahkan Laura ke ruangan VIP dan orang tua Laura merasa lega karena Laura hanya kecapean. Tak lama kemudian datang orang tua Kenzo dan langsung menanyakan keadaan Laura."Laura kenapa?" tanya mama Kenzo."Dia hanya kecapean, dari dulu memang suka pingsan jika kecapean," jawab ibu Laura
Akad dilakukan di satu ruang dan secara tertutup dan hanya di saksikan oleh Keluarga inti saja agar tidak ada yang mendengar bahwa yang disebut namanya bukanlah Diana melainkan Laura.Setelah selsai akad Laura dan Kenzo berjalan bergandengan menuju ke pelaminan. Para tamu undangan sangat terpukau menyaksikan Laura yang sangat cantik dengan gaunnya dan Kenzo yang tampan dengan jas berwarna putih. Sayangnya mereka mengira bahwa itu adalah Diana, bukan Laura."Harusnya gaun ini gue pake saat pernikahan kita Ren, tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama," batin Laura.Kini saatnya foto keluarga, Laura agak bingung karena di keluarga Kenzo ada seorang laki-laki lagi. Padahal Kenzo adalah anak tunggal, tapi mungkin saja itu adalah sepupunya.Setelah selsai foto dengan keluarga, Kini mereka foto dengan para kerabat atau sahabatnya."Wahh ... selamat
"Widih ... tuan putri cakep amat?" puji Rere yang baru saja memasuki kamar Laura."Masuk kamar orang bilang dulu kek!" tegur Laura yang kesal karena Rere dan Riri masuk kamarnya tanpa izin."Kak Rara jangan marah-marah mulu nanti cantiknya ilang lho," ujar Riri sambil duduk di sofa kamar Laura."Tuh dengerin kata adek Riri!" timpal Rere."Iyah-iyah, terus kalian mau apa kesini kan gue bilang tunggu di sana aja?" tanya Laura menatap Rere dan Riri."Selow dong, kita mau ngajak makan-makan. Tadi gue bawa makanan dari restoran lo," jawab Rere."Ya udah ayok! Kalian keluar sana, gue mau ganti baju dulu!" titah Laura.Malam ini mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol dan bercanda di balkon lantai atas."Dek, kak Raisa pengen ayam bakarnya. Boleh kakak minta lagi?" tanya Dirga
Setelah melihat-lihat ke gedung yang akan dijadikan tempat pernikahan, Kenzo mengantar Laura pulang ke rumahnya."Mau mampir, dulu?" tanya Laura pada Kenzo."Nggak deh, salam buat orang tua lo yah!" jawab Kenzo yang diiyakan oleh Laura.Laura masuk ke dalam rumah 2 lantai tersebut. Tempat tinggal Laura ini adalah kompleks dan suasananya sangat tentram."Ehh, kamu abis fitting baju pengantin? Di mana? " tanya ibu Laura yang sedang duduk di ruang televisi.Laira mendekati ibunya lalu duduk di samping ibunya. "Aku bikin di butik kau sendiri bu, tadi udah minta tolong sama Riri," jawab Laura."Emang kalo bikin sekarang waktunya cukup?" tanya ibu Laura lagi."InsyaAllah, pasti cukup kok," Laura mengambil kue cokelat buatan ibunya yang di berada di atas piring.Ibu Laura mengh
Saat ini Laura sedang mengutak atik leptopnya sambil bersantai di ruang televisi. Dan dia baru menyadari sesuatu."Ohh iyah, gue kan desainer baju, kenapa harus beli baju pengantin ke orang, lain?" pikir Laura."Dasar Laura! Pelupa banget sih jadi orang!" gumam Laura.Laura menyalakan handphonenya kemudian memberi tahukan Kenzo lewat chat whatsapp kalau dia akan membuat baju pengantin sendiri, tapi Laura geram karena Kenzo hanya membalas 'iya'.Laura bangun dari duduknya dan pergi ke kamar untuk mengambil peralatan menggambarnya yang dia simpan khusus untuk di rumah. Namun dia tak sengaja menyenggol tumpukan kertas bekas gambarnya yang dia simpan dekat peralatan gambarnya."Haduh, pake kesenggol segala lagi!" keluh Laura.Laura membereskan tumpukan kertas tersebut agar kembali rapih tapi matanya tak sengaja melihat satu gam
Laura masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu lagi dengan mantannya yang bernama Kenzo. padahal dia sudah susah payah melupakannya, tapi takdir berkata lain.Laura tidak tau harus senang atau sedih, karena dia sebenarnya masih ada sedikit rasa pada Kenzo, tapi di sisi lain dia juga masih sakit hati."Ehh, bu kirana, silahkan duduk." sambut mama Kenzo."Iyah, makasih," ucap ibu Laura sambil tersenyum. Mereka pun duduk saling berhadapan, Laura dan Kenzo berada di tengah-tengah kedua orang tuanya."Kita makan dulu saja, soal acara pernikahan nanti kita bicarakan setelah makan," ujar papa Kenzo.Saat makan, Kenzo terus memperhatikan Laura, membuat Laura sedikit risih. Setelah selsai makan mereka mulai membicarakan acara pernikahan Laura dan Kenzo."Saya masih nggak nyangka lho, kalo bu Kirana ternyata ibunya Laura." ujar mama Kenz
Uhuk Uhuk Seorang gadis yang sedang bersantai sambil minum teh di depan rumahnya seketika tersedak saat mendengar perkataan ibunya. "Kalo minum pelan-pelan Laura!" peringat ibu Laura. "Maksud ibu tadi, apa?" tanya Laura menatap ibunya. Ibu Laura tersenyum pada Laura. "Diana sepupu kamu, kamu harus mau bantuin dia, ini juga demi nama baik keluarga besar kita." "Tapi kenapa harus, Laura? Itu kan salah dia, jadi dia yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Ngapain bawa-bawa Laura!" ujar Laura. "Ayolah nak, kali ini aja kamu bantuin dia. Ibu tau kamu masih sakit hati sama dia, ibu nggak pernah lho ngajarin kamu buat jadi orang pendendam," pinta ibu Laura. "Tapi masalahnya, ini menyangkut masa depan Laura juga," ujar Laura. "Ya udah kamu pikirkan dulu aja, ibu harap kamu mau ya. Demi nama baik k