"Selamat pagi Mom, maaf karena Vanka kesiangan." Ucap nya dengan kepala menunduk, begitu sadar ia kembali menarik selimut menutup tubuh nya.
"Pagi sayang, kamu bersih - bersih dulu sana. Biar Mom bangun kan Suami kamu." Ujar Delisa lembut mengelus rambut panjang Jovanka. Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat perasaan Jovanka menghangat. Sudah sangat lama ia merindukan hal seperti itu, dan kini ia mendapatkan nya dari orang lain yang tiba-tiba menjadi mertua nya. "Biar vanka aja Mom." "Tak apa sayang, kamu bersih-bersih aja dulu." Akhir nya pun Jovanka tak ada pilihan lain selain menurut pada mertua nya. Dengan menurunkan kaki jenjang nya, Jovanka melangkah ke arah kamar mandi. Namun ia menyempatkan diri menoleh ke arah sang suami yang masih setia memejamkan mata nya. Setelah memastikan sang menantu masuk ke dalam kamar mandi, Delisa melangkah mendekati ranjang dan mendudukkan bokong nya di pinggiran ranjang. "Jonas, Mom tau kamu sudah bangun. Ayo, sekarang bangun!" Seru Delisa menepuk lengan putra nya pelan. "Aku masih sangat mengantuk Mom." Ucap Jonas dengan suara serak tanpa mau membuka kedua bola mata nya. "Kamu ini tidur jam berapa sih, kenapa jam segini masih tidur." Keluh Delisa, biasa nya pria itu tak pernah seperti ini. Jonas bukan tipikal pria yang tidur terlalu lama, walau tak dapat melakukan apapun dengan kaki nya. Tapi pantang bagi Jonas tidur di pagi hari, jika ingin ia akan tidur lagi di siang hari. "Aku tidur menjelang pagi Mom." Jawab Pria itu dengan mata terpejam. "Aiss kau ini, ayo bangun dulu sayang. Setelah sarapan kau boleh tidur lagi." Dengan rasa malas nya Jonas membuka kedua mata nya. Netra mata itu menatap sang Mommy dengan wajah mengantuk nya. Terdengar suara helaan nafas kasar dari bibir pria itu. "Dimana dia Mom?" Tanya Jonas sedikit menguap. "Istri kamu sedang mandi." Jawab Delisa sembari membantu putra nya duduk menyandar di headboard, Delisa menatap dan mengelus lembut wajah putra nya. "Perlakukan dia dengan baik ya Nak, dia tak memiliki keluarga. Hanya memiliki seorang adik, dan sekarang pun sedang sakit." Ujar Delisa menatap lekat wajah tampan putra nya. "Mom tau kalau kau sangat terpaksa menerima pernikahan ini, Tapi kami melakukan ini untuk kebaikan mu." Lanjut Delisa membuat Jonas terdiam sejenak. Terdengar tarikan nafas panjang dari bibir Jonas, ia meraih tangan sang Mommy menggenggam nya. "Apa ini Mom? Apa kalian memaksa nya juga? Katakan pada ku Mom." Ujar Jonas dengan nada lembut. "Daddy kamu meminta dia menikah dengan mu, dengan imbalan akan memberikan pengobatan untuk adik nya yang sedang sakit Nak. Jangan berfikiran kalau semua ini tentang uang, ini semua tentang kasih sayang seorang kakak terhadap adik nya." Jawab Delisa panjang lebar. Berharap jika putra nya tak berfikiran buruk tentang Jovanka sang menantu . Sangat beda antara demi uang dan demi kehidupan seseorang yang kita sayangi . Padahal wanita paruh baya itu tak tau kalau Jonas sendiri sudah mengetahui nya dan membuat perjanjian lain dengan istri nya itu "Aku akan memperlakukan nya dengan baik Mom, demi dirimu." Ucap Jonas mengelus tangan sang Mommy yang berada di genggaman nya. "Lakukan karna dirimu sendiri sayang, Mom tak ingin jika nanti kami tak ada kau memperlakukan nya dengan tak baik." Ujar Delisa pada putra nya. "Ya, aku berjanji Mom." ***** Sebulan sudah pernikahan Jonas dan Jovanka terjalin, dan kini kedua orang tua Jonas sudah berangkat ke luar negeri dengan alasan pengobatan wanita paruh baya itu. Namun mengenai sakit nya, tak ada siapapun yang memberi tahu pada Jonas. Tak ingin memperpanjang nya, Jonas pun hanya diam saja. Lama kelamaan ia pun akan mengetahui nya, untuk sekarang ia hanya ingin fokus pada pekerjaan dan kesembuhan nya saja. Walau sudah bertahun lama nya tetap tak ada perubahan, tetap saja Jonas tak akan menyerah. Terutama sekarang Jovanka selalu memberikan semangat untuk nya. Walau hubungan kedua nya masih sama seperti sebelum nya, Tapi Jonas tak melakukan hal yang buruk pada istri nya. Pria itu senantiasa menghormati keberadaan Istri nya itu. Kini pun Jovanka selalu memberikan motivasi kepada Pria itu agar tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dan kini ia sudah beberapa kali pergi kekantor yang selama ini ia serahkan pada Zio. "Jonas ayo bangun, kau harus kekantor bukankah pagi ini ada meeting." Seru Jovanka sembari mengguncang tubuh Pria itu. "Biarkan aku tidur sebentar lagi Jovan, aku sangat mengantuk." Ucap pria itu tanpa mau membuka matanya. Jovanka dibuat menghela nafas berat, netra mata nya menatap suami nya yang masih bergulung didalam selimut. "Jonas sebentar lagi Zio akan datang, kau cepatlah bangun Jonas." Mendengar nama asisten pribadi nya disebut membuat Jonas membuka kedua matanya. Melihat itupun Jovanka dengan sigap membantu suaminya duduk dan bersandar pada headboard. "Kenapa dia harus datang pagi-pagi sekali, meeting dilaksanakan masih sekitar tiga jam lagi." Seru Jonas dengan dahi mengerut. "Jonas bukankah kau sendiri yang meminta Zio untuk datang kemari. Dan tadi dia mengirim pesan padaku agar segera membangunkan mu." Jelas Jovanka membuat Pria itu menarik nafas dalam-dalam. "Baiklah bantu aku turun." Jovanka dengan sigap membantu suaminya turun dan beralih ke kamar mandi. Kini Jovanka sudah tak malu lagi jika harus membantu suami nya mandi. Walau terkadang ia pun merasa tersipu tapi mau bagaimana lagi, ini adalah kemauan nya sendiri. Beberapa saat kemudian Jonas pun selesai dengan mandinya. Dan Jovanka kembali memakaikan pakaian lengkap pada suaminya dengan telaten. "Nah sudah selesai, sekarang kita turun kebawah." Ucap Jovanka dengan senyuman mengembang. ***** Kini di ruang makan yang tampak luas di isi oleh tiga orang yang tak lain adalah Jonas, Jovanka dan juga Zio. "Kenapa aku harus sepagi ini datang?" Tanya Jonas dengan tatapan memicing ke arah asisten nya itu. "Tentu saja untuk ikut sarapan bersama anda Tuan." Jawab Zio dengan mengulas senyum lebar. Jonas yang mendengar itu dibuat mendengus serta memutar bola matanya. "Bilang saja kau ingin sarapan gratis." Seru Jonas sinis. "Astaga Tuan anda tega sekali, anda kan tau sendiri kalau orang tua saya lagi berlibur ke pedesaan. Jadi daripada saya sarapan sendirian bukan kah lebih baik bergabung dengan anda saja." Ujar Zio dengan wajah sedih dibuat-buat. "Tak perlu memasang wajah bodohmu itu, karena aku tau kebusukan otakmu." Bukan nya marah yang ada Zio malah terkekeh. Sementara Jovanka pun sama, wanita itu selalu merasa lucu jika Jonas dan Zio bertemu lalu saling menyalahkan. Bukan berniat adu domba atau apapun itu, tapi memang keduanya terlihat seperti anak kecil jika berantan dan adu mulut. "Habiskan dulu makanan kalian." Tegur Jovanka dengan nada lembut memandang ke arah Jonas dan Zio bergantian. "Ah Baiklah Nona Jovanka." Ucap Zio dengan senyuman manis tak ayal membuat Jonas mendengus kesal. Karena menurutnya Zio ini pengganggu, tapi dengan kehadiran asistennya itu juga dapat membuat suasana menjadi lebih ramai."Jonas, aku izin bertemu adikku ya." Seru Jovanka setelah Jonas duduk nyaman di dalam mobil. Jonas yang tadi nya tak memperhatikan wanita itu pun kini menatap ke arahnya. "Kau akan kembali jam berapa?" "Aku akan kembali sebelum kau pulang dari kantor." Jawab Jovanka dengan mengulas senyum tipis. "Baik, dan kau pergilah dengan supir jangan naik angkutan umum."Ucap Jonas mengangguk pelan. Jovanka yang mendengar hal itu pun sontak mengulas senyuman semakin lebar. "Terimakasih Jonas, kau bekerja lah dengan semangat." Ucap Jovanka tersenyum manis. "Hmm."Jonas hanya berdehem, terlebih ia merasakan gelagat aneh kala menatap senyuman istrinya itu. Setelah mobil yang membawa suaminya itu pergi, Jovanka kembali masuk kedalam untuk bersiap pergi menemui adiknya. Sudah satu minggu sejak kepulangan adiknya dari rumah sakit mereka belum bertemu. Jovanka memiliki waktu bertemu adiknya kalau Jonas sedang pergi bekerja. ****** Kini Jovanka sudah berada di salah satu unit apartement mewah m
Sepulang nya Jovanka dari apartemen adik nya, wanita itu langsung membersihkan diri dan turun ke lantai dasar menuju Pantry."Nona, anda istirahat saja. anda kan baru saja kembali dari luar pasti lelah." Ujar Bibi Nancy dengan suara lembut."It's oke Bibi, aku gak capek kok. tadi juga hanya di apartemen adikku saja." Ujar Jovanka, namun kali ini Bibi Nancy sedikit memaksa agar wanita itu tak ikut mengerjakan pekerjaan mereka."Kali ini Bibi tidak mau mengalah Nona, anda harus naik ke atas atau di ruang santai saja bisa menonton drama atau apapun." Seru Bibi Nancy.Pada akhir nya pun Jovanka mengalah. Wanita itu menghela nafas berat, namun tak ayal mengangguk kan kepala nya juga."Yasudah, Aku kedepan saja ya Bibi." Bibi Nancy pun menjawab dengan anggukan kepala nya.Sementara Jovana terus melangkah hingga kaki nya berhenti di ruang santai. Wanita itu mendudukkan bokong nya di sofa panjang, menyalakan TV dan mencari channel yang menyiarkan drama yang akan ia tonton.Namun tampak nya ga
Sementara di negara yang berbeda, pasangan paruh baya itu sedang bercerita memikirkan keadaan pasangan pengantin baru yang ada disana. "Bagaimana kehidupan mereka disana Sayang." Ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Delisa. Wanita itu merasa khawatir meninggalkan putra dan menantu nya hanya berdua saja disana. "Kau tak perlu khawatir Honey, mereka akan baik - baik saja. Dan putra kita itu tak akan melakukan hal yang buruk terhadap Jovanka." Seru David tersenyum kecil sambil menyesap teh nya. "Semoga saja Sayang." Ucap Delisa yang juga mengulas senyum tipis ke arah suami nya. "Fokus pada kesehatan mu saja Honey, ada orang yang aku suruh untuk memantau keadaan di sana. Jadi kau tak perlu merasa khawatir, aku kan sudah berjanji kalau menantu kita akan tetap aman." Ujar David lagi dengan menghela nafas pelan. Walau pernikahan putra mereka atas dasar perjanjian semata. Namun Delisa benar - benar menyayangi gadis yang menjadi menantu nya itu. "Aku berharap pernikahan
Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas. Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh. Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali. Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu. "Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri. "Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami. "Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula ak
[Halo Nak~] Suara lembut mendayu itu begitu nyaman di dengar oleh Jonas dan Jovanka, begitu pula dengan senyuman bahagia di wajah Delisa di layar ponsel tersebut. "Halo Mom, Mom apa kabar? semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Jonas menatap lekat wajah sang Mommy yang ada di layar tersebut. [Mom sehat Nak, semuanya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kalian disana, kau bahagia sayang?] Pertanyaan itu ditujukan Delisa untuk menantunya yang terlihat di layar ponsel nya juga. "Vanka bahagia Mom," jawab Jovanka dengan mengulas senyum lebar. "Dia pasti bahagia Mom, dan lagi dia itu merindukanmu makanya aku menghubungi mu," imbuh Jonas yang mendapatkan tatapan memicing dari sang Mommy. [Oh jadi kalau bukan karna menantu Mom, kau tak akan menghubungi Mom begitu. Kau benar-benar ingin jadi anak durkaha!] Seru Delisa yang dibalas kekehan oleh Davin. "Bukan seperti itu Mom, akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan urusan kantor. Dan lagi sekarang Jovan juga ikut bersamaku ke perusahaan,"
"Maaf Jovan, aku tak jadi menjemputmu," ucap Jonas berusaha tersenyum, pria itu baru saja kembali setelah selesai makan malam.Jovanka yang mendengar perkataan suami nya pun mengulas senyum manis dan mendekati pria itu."Tak apa Jonas, kau sudah makan malam? kalau belum aku panaskan makanan untukmu," tanya Jovanka dengan nada lembut."Aku sudah makan, sebaiknya kita kekamar saja aku sudah mengantuk," ujar Jonas yang diangguki oleh Jovanka.Jonas merengkuh pinggang istrinya dari samping, menaiki lift agar lebih cepat sampai dilantai kamar mereka. Begitu sampai dikamarnya, Jonas masuk kedalam kamar mandi, dan Jovanka pun ke walk in closet mengambil pakaian ganti untuk suaminya, membawanya keluar meletakkan diatas ranjang.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka."Terimakasih Jovan," hal yang tak pernah dilupakan oleh pria itu sejak beberapa bulan hubungan mereka terjalin baik.Jovanka hanya membalas nya dengan senyum serta anggukan samar. Turut membantu suaminya menautkan kancing
"Ayolah Mom,,, kenapa harus pergi lagi sih," Jovanka merengek pada Delisa yang sudah empat bulan lamanya kembali dari luar negeri, kali ini wanita itu akan pergi lagi. "Sayang,,, Mom percayakan Jonas sama kamu, Mom juga berharap kalian selalu bahagia walau Mom dan David tak ada disini," ujar Delisa mengelus lembut wajah menantunya. Jovanka yang mendengar itu pun tetap memasang wajah sedih dan murung, beberapa bulan bersama Delisa sejak hubungan nya membaik dengan Jonas adalah hal yang membahagiakan. Delisa semakin memberikan kasih sayang yang sudah lama tak ia dapatkan, tak jauh berbeda Jovanka pun semakin dekat dengan David. Tapi kini wanita itu akan kembali pergi bersama ayah mertuanya dan memilih tinggal diluar negeri dalam waktu yang cukup lama. "Mom,, aku akan terus bersama Jonas, tapi jangan terlalu lama disana Mom, kami juga membutuhkan kalian disini," ucap Jovanka tetap memasang wajah sedihnya. "Kalian bisa berkunjung kesana sayang, Mom sudah lama ingin menghabiskan
Dibelahan bumi lainnya, seorang wanita dengan tatapan mata yang tajam menatap selembar foto yang berisikan foto seseorang. Tak ada raut wajah bahagia, yang ada hanya tatapan kebencian yang tak tau darimana asal nya. "Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku," ucapnya bergumam tanpa mengalihkan pandangan dari foto yang dipegangnya. Wanita itu tersentak kala pintu kamar dibuka dari luar, buru-buru memasukkan selembar foto itu kedalam laci nakas samping ranjang. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang pria dengan tatapan menyelidik. "Tak ada, aku hanya merasa bosan," jawab wanita itu tersenyum manis, berdiri dari duduk nya dan mengecup bibir pria yang ada dihadapan nya. "Kau tak merencanakan sesuatu kan?" tanya pria itu dengan tatapan memicing, sehingga membuat wanita itu menghela nafas berat. "Dengar Gelya, jangan sekalipun merencanakan sesuatu dibelakangku, jika tidak kau akan tau akibat nya," ucap pria itu menarik ujung dagu wanita bernama Gelya itu
"Jovan," panggil Jonas pada sang istri yang sedang berkutat di depan meja rias. Jovanka menoleh dengan mengulas senyum dan bertanya."Kau butuh sesuatu Jonas?""Tidak, kau sudah selesai? jika sudah kemarilah, ada yang ingin aku perlihatkan padamu," ujar Jonas yang di angguki oleh Jovanka."Sebentar, Ok," Jonas mengangguk mendengar balasan dari sang istri. Jovanka melakukan kegiatan skincare routine, begitu selesai wanita itu langsung menghampiri suami nya naik ke atas ranjang.Jonas membuka laci nakas yang berada di samping ranjang, mengambil map berwarna coklat dari dalam sana dan memberikan nya pada Jovanka.Jovanka tak melakukan apapun hanya menatap pada suami nya dan map itu bergantian. Yang berada di dalam otak mungil nya saat ini, jika map itu berisikan surat perceraian nya dan Jonas."Jonas, i-ini apa?" tanya Jovanka tergagap menarik nafas dalam-dalam."sesuatu dari bagian yang kau inginkan, kau harus membuka nya sendiri," jawab Jonas, mau tak mau pun Jovanka mengambil map ter
[Halo Nak~] Suara lembut mendayu itu begitu nyaman di dengar oleh Jonas dan Jovanka, begitu pula dengan senyuman bahagia di wajah Delisa di layar ponsel tersebut. "Halo Mom, Mom apa kabar? semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Jonas menatap lekat wajah sang Mommy yang ada di layar tersebut. [Mom sehat Nak, semuanya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kalian disana, kau bahagia sayang?] Pertanyaan itu ditujukan Delisa untuk menantunya yang terlihat di layar ponsel nya juga. "Vanka bahagia Mom," jawab Jovanka dengan mengulas senyum lebar. "Dia pasti bahagia Mom, dan lagi dia itu merindukanmu makanya aku menghubungi mu," imbuh Jonas yang mendapatkan tatapan memicing dari sang Mommy. [Oh jadi kalau bukan karna menantu Mom, kau tak akan menghubungi Mom begitu. Kau benar-benar ingin jadi anak durkaha!] Seru Delisa yang dibalas kekehan oleh Davin. "Bukan seperti itu Mom, akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan urusan kantor. Dan lagi sekarang Jovan juga ikut bersamaku ke perusahaan,"
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas. Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh. Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali. Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu. "Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri. "Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami. "Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula ak
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden