Sesuai janji nya Jovanka kembali ke kediaman Smith di sore hari dengan dijemput supir kediaman itu. Setelah menyapa keluarga Smith, sang ibu mertua menyuruhnya membawa Jonas ke atas.
"Kau mau mandi sekarang?" Tanya Jovanka mengangkat wajah nya menatap sang suami. "Hmm." Hanya deheman saja yang keluar dari bibir pria itu. "Apa aku juga harus membantumu mandi juga?" Tanya Jovanka polos tak ayal membuat sudut bibir Jonas berkedut . 'Menggemaskan.' Batin nya. "Hmm." Dehem nya lagi, seperti nya Jovanka akan jantungan jika harus memandikan bayi besar seperti Jonas, lagipula entah kenapa ia harus bertanya seperti itu. Dan teruntuk Jonas sendiri, entah mengapa ia sangat ingin mengerjai gadis yang berstatus istri nya ini. Dengan perlahan Jovanka kembali mendorong kursi roda masuk ke dalam kamar mandi. Lalu membantu suami nya untuk berpindah ke kursi yang sudah di sediakan di sana. "Kenapa melamun?" Tanya Jonas dengan mata memicing membuat Jovanka salah tingkah. "Ekhm, emm itu ... Harus dimandikan juga ya." Susah payah Jonas mempertahankan raut wajah nya. Kenapa harus istrinya ini banyak bertanya, padahal tinggal lakukan saja selesai. Dan lagi Jonas hanya membalas dengan deheman serta anggukan kepala. Dengan tangan sedikit bergetar, Jovanka membuka satu persatu kain yang menempel di tubuh atletis suami nya hingga meninggalkan boxer yang menutup aset pribadi pria itu. "Kalau gak nyaman bilang ya." Jonas hanya membalas nya dengan deheman saja. Ia menikmati peran nya menjadi raja yang mandi saja di mandikan. Fakta nya selama ini tak ada satupun perawat yang membantu nya hingga mandi dan berpakaian. "Sshhh." Jovanka panik kala mendengar ringisan dari bibir pria itu, dengan mata terpejam dan kepala mendongak. "Jonas kau baik - baik saja kan?" tanya Jovanka khawatir memegang lengan kekar Jonas. 'Arggh sial, kalau begini aku yang sial. Lagi pula kenapa benda ini sangat tak tau diri.' Maki Jonas tanpa mau membuka kedua matanya. "Kau keluar saja." Ucap Jonas dengan suara serak dan rendah. "Tapi kau tidak apa-apa kan?" Tanya Jovanka dengan tatapan khawatir, dan itu terlihat nyata oleh netra mata Jonas. Pria itu hanya membalasnya dengan gelengan saja, mau tak mau Jovanka pun keluar dari sana dengan perasaan bersalah. Meninggalkan Jonas yang harus siap menenangkan adik kecil kesayangan nya yang sudah lama tidur. Sementara Jovanka pun masuk kedalam walk in Closet untuk mempersiapkan pakaian suami nya. Ah sial, sekali lagi Jovanka harus melihat barang pribadi suami nya itu. Entah lah sampai kapan ini terjadi, yang pasti nya Jovanka meyakinkan diri nya agar tak jatuh cinta pada sosok Jonas. Karena kenyataan nya Pria itu begitu mempesona walau hanya duduk di atas kursi roda. Bukan, bukan soal harta kekayaan lagi! nyatanya pria itu memang sangat tampan. Semoga saja Jovanka mampu menahan agar tak jatuh pada pesona pria yang kini menjadi suaminya. Malam ini adalah malam pertama bagi pengantin baru itu untuk tidur dikamar yang sama. "Mau ke mana kau?" Tanya Jonas dengan tatapan tajam sehingga membuat Jovanka menunduk dan bergeleng. "Aku hanya ingin tidur di Sofa, tapi jika tidak boleh di bawah juga tak apa." Ucap Jovanka yang masih takut untuk mengangkat wajah nya. "Oh ya sudah, tidur di Sofa saja." Jovanka menghela nafas lega, dengan kepala menunduk ia memutar tubuh nya dan berjalan menuju sofa panjang yang ada di kamar tersebut. Sial nya, entah lupa atau sengaja mertua nya tak ada membahas soal kamar yang bersama atau terpisah. Dan lagi permasalahan tentang kamar tak ada didalam kontrak nya bersama Jonas. Padahal ia berfikir kalau akan pisah kamar dengan suami nya, jujur saja ia takut jika harus satu atap bahkan satu kamar dengan pria dewasa seperti Jonas. Sementara Jonas sendiri langsung merebahkan tubuh nya dan memejamkan kedua matanya. Berbeda dengan Jovanka, Fikiran nya tertuju pada adik nya. ****** Pagi hari sudah menyapa, bahkan sinar nya sudah memasuki sela-sela tirai jendela. Namun sosok Jovanka dan Jonas masih sama - sama memejamkan mata nya. Tentu saja masih terlelap, karna tadi malam Jovanka sendiri sangat lama baru terlelap. sementara Jonas pun sama, saat tengah malam ia terbangun dan tak sengaja menatap ke arah sang istri yang terlelap. Penampilan wanita itu yang hanya memakai gaun malam dan selimut yang tersingkap membuat Jonas tak tenang. Bahkan dengan susah payah ia turun dari ranjang untuk menutup tubuh istri nya dengan Selimut. Sial sekali malam Jonas, sudah tak dapat jatah malam pertama malah mendapat cobaan seperti itu. Harus kah ia mengatakan pada kedua orang tua nya agar pisah kamar saja. Tapi seperti nya hal itu akan di tolak oleh kedua orang tua nya. Seorang wanita yang masih terlihat cantik di usia nya tak lagi muda. Menatap penuh kasih sayang pada sosok yang ada di atas ranjang, lalu ia melarikan pandangan nya ke arah sofa. "Semoga hubungan kalian semakin dekat kedepan nya Nak." Gumam Delisa mengulas senyum manis di wajah nya. Kaki nya melangkah ke arah Sofa dan sedikit membungkuk lalu mengelus lembut lengan menantu nya. "Jovanka, Bangun Nak sudah pagi." Suara lembut itu mampu membuat Jovanka terusik dalam tidur nya. Perlahan mata indah itu mengerjab dan terbuka sempurna. Tak ada respon untuk beberapa saat, Jovanka hanya menatap bingung pada sosok yang ada di depan nya. "M-Mom?!" Akhir nya Jovanka tersentak dan begitu cepat mendudukkan tubuh nya sehingga selimut nya terbuka."Selamat pagi Mom, maaf karena Vanka kesiangan." Ucap nya dengan kepala menunduk, begitu sadar ia kembali menarik selimut menutup tubuh nya. "Pagi sayang, kamu bersih - bersih dulu sana. Biar Mom bangun kan Suami kamu." Ujar Delisa lembut mengelus rambut panjang Jovanka. Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja membuat perasaan Jovanka menghangat. Sudah sangat lama ia merindukan hal seperti itu, dan kini ia mendapatkan nya dari orang lain yang tiba-tiba menjadi mertua nya. "Biar vanka aja Mom." "Tak apa sayang, kamu bersih-bersih aja dulu." Akhir nya pun Jovanka tak ada pilihan lain selain menurut pada mertua nya. Dengan menurunkan kaki jenjang nya, Jovanka melangkah ke arah kamar mandi. Namun ia menyempatkan diri menoleh ke arah sang suami yang masih setia memejamkan mata nya. Setelah memastikan sang menantu masuk ke dalam kamar mandi, Delisa melangkah mendekati ranjang dan mendudukkan bokong nya di pinggiran ranjang. "Jonas, Mom tau kamu sudah bangun. Ayo, sekarang bangun!"
"Jonas, aku izin bertemu adikku ya." Seru Jovanka setelah Jonas duduk nyaman di dalam mobil. Jonas yang tadi nya tak memperhatikan wanita itu pun kini menatap ke arahnya. "Kau akan kembali jam berapa?" "Aku akan kembali sebelum kau pulang dari kantor." Jawab Jovanka dengan mengulas senyum tipis. "Baik, dan kau pergilah dengan supir jangan naik angkutan umum."Ucap Jonas mengangguk pelan. Jovanka yang mendengar hal itu pun sontak mengulas senyuman semakin lebar. "Terimakasih Jonas, kau bekerja lah dengan semangat." Ucap Jovanka tersenyum manis. "Hmm."Jonas hanya berdehem, terlebih ia merasakan gelagat aneh kala menatap senyuman istrinya itu. Setelah mobil yang membawa suaminya itu pergi, Jovanka kembali masuk kedalam untuk bersiap pergi menemui adiknya. Sudah satu minggu sejak kepulangan adiknya dari rumah sakit mereka belum bertemu. Jovanka memiliki waktu bertemu adiknya kalau Jonas sedang pergi bekerja. ****** Kini Jovanka sudah berada di salah satu unit apartement mewah m
Sepulang nya Jovanka dari apartemen adik nya, wanita itu langsung membersihkan diri dan turun ke lantai dasar menuju Pantry."Nona, anda istirahat saja. anda kan baru saja kembali dari luar pasti lelah." Ujar Bibi Nancy dengan suara lembut."It's oke Bibi, aku gak capek kok. tadi juga hanya di apartemen adikku saja." Ujar Jovanka, namun kali ini Bibi Nancy sedikit memaksa agar wanita itu tak ikut mengerjakan pekerjaan mereka."Kali ini Bibi tidak mau mengalah Nona, anda harus naik ke atas atau di ruang santai saja bisa menonton drama atau apapun." Seru Bibi Nancy.Pada akhir nya pun Jovanka mengalah. Wanita itu menghela nafas berat, namun tak ayal mengangguk kan kepala nya juga."Yasudah, Aku kedepan saja ya Bibi." Bibi Nancy pun menjawab dengan anggukan kepala nya.Sementara Jovana terus melangkah hingga kaki nya berhenti di ruang santai. Wanita itu mendudukkan bokong nya di sofa panjang, menyalakan TV dan mencari channel yang menyiarkan drama yang akan ia tonton.Namun tampak nya ga
Sementara di negara yang berbeda, pasangan paruh baya itu sedang bercerita memikirkan keadaan pasangan pengantin baru yang ada disana. "Bagaimana kehidupan mereka disana Sayang." Ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Delisa. Wanita itu merasa khawatir meninggalkan putra dan menantu nya hanya berdua saja disana. "Kau tak perlu khawatir Honey, mereka akan baik - baik saja. Dan putra kita itu tak akan melakukan hal yang buruk terhadap Jovanka." Seru David tersenyum kecil sambil menyesap teh nya. "Semoga saja Sayang." Ucap Delisa yang juga mengulas senyum tipis ke arah suami nya. "Fokus pada kesehatan mu saja Honey, ada orang yang aku suruh untuk memantau keadaan di sana. Jadi kau tak perlu merasa khawatir, aku kan sudah berjanji kalau menantu kita akan tetap aman." Ujar David lagi dengan menghela nafas pelan. Walau pernikahan putra mereka atas dasar perjanjian semata. Namun Delisa benar - benar menyayangi gadis yang menjadi menantu nya itu. "Aku berharap pernikahan
Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas. Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh. Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali. Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu. "Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri. "Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami. "Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula ak
"Maaf Jovan, aku tak jadi menjemputmu," ucap Jonas berusaha tersenyum, pria itu baru saja kembali setelah selesai makan malam.Jovanka yang mendengar perkataan suami nya pun mengulas senyum manis dan mendekati pria itu."Tak apa Jonas, kau sudah makan malam? kalau belum aku panaskan makanan untukmu," tanya Jovanka dengan nada lembut."Aku sudah makan, sebaiknya kita kekamar saja aku sudah mengantuk," ujar Jonas yang diangguki oleh Jovanka.Jonas merengkuh pinggang istrinya dari samping, menaiki lift agar lebih cepat sampai dilantai kamar mereka. Begitu sampai dikamarnya, Jonas masuk kedalam kamar mandi, dan Jovanka pun ke walk in closet mengambil pakaian ganti untuk suaminya, membawanya keluar meletakkan diatas ranjang.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka."Terimakasih Jovan," hal yang tak pernah dilupakan oleh pria itu sejak beberapa bulan hubungan mereka terjalin baik.Jovanka hanya membalas nya dengan senyum serta anggukan samar. Turut membantu suaminya menautkan kancing
"Ayolah Mom,,, kenapa harus pergi lagi sih," Jovanka merengek pada Delisa yang sudah empat bulan lamanya kembali dari luar negeri, kali ini wanita itu akan pergi lagi. "Sayang,,, Mom percayakan Jonas sama kamu, Mom juga berharap kalian selalu bahagia walau Mom dan David tak ada disini," ujar Delisa mengelus lembut wajah menantunya. Jovanka yang mendengar itu pun tetap memasang wajah sedih dan murung, beberapa bulan bersama Delisa sejak hubungan nya membaik dengan Jonas adalah hal yang membahagiakan. Delisa semakin memberikan kasih sayang yang sudah lama tak ia dapatkan, tak jauh berbeda Jovanka pun semakin dekat dengan David. Tapi kini wanita itu akan kembali pergi bersama ayah mertuanya dan memilih tinggal diluar negeri dalam waktu yang cukup lama. "Mom,, aku akan terus bersama Jonas, tapi jangan terlalu lama disana Mom, kami juga membutuhkan kalian disini," ucap Jovanka tetap memasang wajah sedihnya. "Kalian bisa berkunjung kesana sayang, Mom sudah lama ingin menghabiskan
Dibelahan bumi lainnya, seorang wanita dengan tatapan mata yang tajam menatap selembar foto yang berisikan foto seseorang. Tak ada raut wajah bahagia, yang ada hanya tatapan kebencian yang tak tau darimana asal nya. "Aku akan mengambil kembali apa yang sudah menjadi milikku," ucapnya bergumam tanpa mengalihkan pandangan dari foto yang dipegangnya. Wanita itu tersentak kala pintu kamar dibuka dari luar, buru-buru memasukkan selembar foto itu kedalam laci nakas samping ranjang. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya seorang pria dengan tatapan menyelidik. "Tak ada, aku hanya merasa bosan," jawab wanita itu tersenyum manis, berdiri dari duduk nya dan mengecup bibir pria yang ada dihadapan nya. "Kau tak merencanakan sesuatu kan?" tanya pria itu dengan tatapan memicing, sehingga membuat wanita itu menghela nafas berat. "Dengar Gelya, jangan sekalipun merencanakan sesuatu dibelakangku, jika tidak kau akan tau akibat nya," ucap pria itu menarik ujung dagu wanita bernama Gelya itu
"Jovan," panggil Jonas pada sang istri yang sedang berkutat di depan meja rias. Jovanka menoleh dengan mengulas senyum dan bertanya."Kau butuh sesuatu Jonas?""Tidak, kau sudah selesai? jika sudah kemarilah, ada yang ingin aku perlihatkan padamu," ujar Jonas yang di angguki oleh Jovanka."Sebentar, Ok," Jonas mengangguk mendengar balasan dari sang istri. Jovanka melakukan kegiatan skincare routine, begitu selesai wanita itu langsung menghampiri suami nya naik ke atas ranjang.Jonas membuka laci nakas yang berada di samping ranjang, mengambil map berwarna coklat dari dalam sana dan memberikan nya pada Jovanka.Jovanka tak melakukan apapun hanya menatap pada suami nya dan map itu bergantian. Yang berada di dalam otak mungil nya saat ini, jika map itu berisikan surat perceraian nya dan Jonas."Jonas, i-ini apa?" tanya Jovanka tergagap menarik nafas dalam-dalam."sesuatu dari bagian yang kau inginkan, kau harus membuka nya sendiri," jawab Jonas, mau tak mau pun Jovanka mengambil map ter
[Halo Nak~] Suara lembut mendayu itu begitu nyaman di dengar oleh Jonas dan Jovanka, begitu pula dengan senyuman bahagia di wajah Delisa di layar ponsel tersebut. "Halo Mom, Mom apa kabar? semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Jonas menatap lekat wajah sang Mommy yang ada di layar tersebut. [Mom sehat Nak, semuanya baik-baik saja. Bagaimana keadaan kalian disana, kau bahagia sayang?] Pertanyaan itu ditujukan Delisa untuk menantunya yang terlihat di layar ponsel nya juga. "Vanka bahagia Mom," jawab Jovanka dengan mengulas senyum lebar. "Dia pasti bahagia Mom, dan lagi dia itu merindukanmu makanya aku menghubungi mu," imbuh Jonas yang mendapatkan tatapan memicing dari sang Mommy. [Oh jadi kalau bukan karna menantu Mom, kau tak akan menghubungi Mom begitu. Kau benar-benar ingin jadi anak durkaha!] Seru Delisa yang dibalas kekehan oleh Davin. "Bukan seperti itu Mom, akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan urusan kantor. Dan lagi sekarang Jovan juga ikut bersamaku ke perusahaan,"
"Kau dengarkan kata Dokter tadi, kau akan segera sembuh. Tapi kau juga harus tetap berlatih dan aku akan selalu membantumu Jonas." Jovanka mengatakan hal tersebut setelah mereka bertemu dengan Dokter yang menangani Jonas. Mereka pergi memeriksa keadaan Jonas sekaligus melakukan terapi agar kaki pria itu kembali sembuh. Kenyataan nya selama ini Pria itu hanya berlarut dalam kesedihan nya sehingga tak memiliki semangat untuk sembuh. Namun kini semenjak kehadiran Jovanka, Ia ingin segera berjalan kembali. Terlebih orang tuanya tak berada bersama mereka, Jonas berfikir tak seharusnya ia terus menerus merepotkan istri nya. Jonas pun ingin membangun kehidupan baru bersama istri nya itu. "Ya ya aku mengerti Jovan, terimakasih selalu ada untukku." Ucap pria itu dengan mengelus pipi sang istri. "Sudah jadi kewajiban ku Jonas, sekarang kita akan kemana? ke kantor atau pulang dulu?" Tanya wanita itu menatap sang suami. "Kita kembali saja, hari ini kita tak perlu ke kantor. Lagipula ak
"Ah maafkan aku." Jovanka melepaskan pelukan nya karna merasa tak enak pada Jonas, padahal ini bukan pelukan pertama bagi keduanya. Sementara Jonas yang mendengar ucapan istri nya pun berdehem beberapa kali, mencoba mengusir kecanggungan yang terjadi. "Emm,, bagaimana kalau kita tidur saja." Ucap Jovanka mengalihkan pembicaraan mereka. "Yeah, itu lebih baik." Balas Jonas melirik sedikit ke arah sang istri. Jovanka membantu suami nya untuk berbaring, setelah itu ia pun ikut berbaring dan menarik selimut menutup tubuh keduanya. "Selamat malam Jonas." Ucap Jovanka dengan mengulas senyum tipis ke arah suaminya. "Selamat malam Jovan." Jonas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur melalui remote.Percayalah kedua nya sama-sama tak terlelap, namun terjadi kecanggungan baik dengan Jovanka maupun Jonas.*****Pagi harinya, Jovanka dan Jonas sudah saling berpelukan satu sama lain. Kedua nya terlihat sangat nyaman dan membuat tidur nya semakin nyaman.Sehingga yang pertama kali te
"Seperti nya kau tak akan lama untuk mengerti, ternyata kau memiliki otak yang cerdas." Ucap Jonas yang tak memperdulikan wajah cemberut istrinya. "Hei ada apa? aku kan memuji mu!" Seru Jonas terkekeh melihat wajah istirnya. "Itu bukan memuji tapi kau meledekku, memang nya kau berharap aku bodoh begitu?" Seru Jovanka mencebikkan bibinya. Jonas yang melihat hal tersebut tak ayal dibuat tertawa kecil, tangan pria itu terulur mengacak gemas pucuk kepala sang istri. "Jonas~~ nanti tatanan rambut nya rusak~" "Kau bisa merapikan nya lagi Jovan, lagipula siapa yang peduli dengan rambutmu yang tampak acak-acakan! Atau kau ingin menggoda karyawan ku ya?" Seru Jonas menatap memicingkan matanya ke arah sang istri. "Iya terus saja kau tuduh aku Jonas, nanti aku akan mengadukan mu pada Mommy.""Oh sekarang kau sudah berani mengadu hmm, Mommy itu sangat menyayangi ku jadi dia tak akan percaya denganmu!" Ledek Jonas yang dibalas cebikan oleh Jovanka."Ayo sekarang pelajari lagi, kalau kau sema
Sesuai keinginan suaminya Jovanka beranjak dari duduk nya menuju Walk in Closet. Meninggalkan Jonas yang mengalihkan pandangan nya sembari menarik nafas dalam -dalam. "Semoga apa yang ku lakukan ini benar, dia sudah sangat baik menjaga ku. Aku berharap kau tak akan pernah hadir lagi dan merusak segala nya" Gumam Jonas yang terakhir di tujukan untuk wanita masa lalu nya. Padahal belum lama ia hidup bersama Jovanka, namun rasa nya ia tak ingin kehilangan wanita itu. Dengan segala kelembutan yang dimiliki Jovanka, ia rasa akan banyak Pria di luar sana yang akan langsung Jatuh cinta jika melihat nya. Dan Jonas tidak akan membiarkan hal itu terjadi, kini ia tak akan segan - segan mengenal kan istri nya pada orang di luar sana jika ada yang bertanya. Tak berselang lama, Jovanka keluar dengan menggunakan dress sebatas lutut yang terlihat formal. Netra mana tajam milik Jonas menatap penampilan istri tanpa kedip. "Jonas, apa terlihat baik - baik saja jika seperti ini?" Jonas yang menden