Virgolin tepuk tangan kegirangan. "Kamu keren banget! Ikannya juga besar." Airin datang mendekat, "ikannya disimpan ditempat ini pangeran." Wadah dari anyaman bambu diberikan Airin pada Pisceso. "Ikannya nanti dibakar. Pasti rasanya sangat lezat," ucap Virgolin. "Iya tabib," jawab Airin. "Beberapa orang sedang mencari ranting kering untuk membakar ikan. Hamba juga akan membuat api untuk membakar ikan di tepi sungai.""Wah, bagus, bagus!" Virgolin terlihat sangat senang sekali sementara Putra Mahkota Pisceso sedang sibuk melepaskan ikan dari ranting yang ujungnya runcing ke dalam wadah bambu. Airin kembali ke tepi sungai meninggalkan Virgolin yang ingin mencoba menangkap ikan."Hati-hati. Jangan sampai ujung tajam ini mengenai kakimu. Nanti malah kakimu yang tertancap!" Pisceso memberi contoh cara memegang rantingnya dengan benar. "Iya, aku tahu!" jawab Virgolin. "Lihat langkah kakimu! Jangan sampai menimbulkan gelombang air nanti ikannya kabur.""Iya, aku tahu," jawab Virgolin
Penginapan yang akan didatangi perampok topeng perak dalam keadaan hening. Semua orang sudah terlelap dalam tidurnya kecuali beberapa prajurit yang bertugas untuk jaga malam. Virgolin masih belum bisa memejamkan kedua matanya padahal sudah mengambil beberapa macam posisi agar bisa tidur, tapi tetap saja matanya tak bisa terpejam. "Kenapa hatiku gelisah banget? Jantungku dari tadi berdebar tak karuan."Akhirnya Virgolin bangun. Dilihatnya Airin sudah terlelap di tempat tidur satunya lagi. "Lebih baik aku mencari angin sebentar ke luar. Siapa tahu setelah itu aku bisa tidur."Kreek ,,,Virgolin membuka pintu kamar dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Airin lalu menutupnya kembali dengan sangat pelan.Sepi, tak ada orang yang terlihat bahkan peneranganpun hanya mengandalkan dari obor kecil yang dipasang ditengah-tengah ruangan penginapan. "Sepertinya semua orang sudah tidur," gumam Virgolin melihat sekeliling kemudian melanjutkan langkahnya ke pintu utama. "Aku ingin mencari
Perhatian Pisceso terbagi. Tangannya sibuk mengayunkan pedang sementara pandangannya melihat pada Virgolin yang sedang berusaha melepaskan diri dari Roxy.Trang ,,,Ujung pedang hampir saja merobek kulit tangan Putra Mahkota Pisceso andai Jidan tidak menangkisnya yang tiba-tiba datang meloncat dari jendela atas."Pangeran! Hati-hati, jangan lengah!" seru Jidan dengan tangan terayun membalas setiap serangan pedang dari anak buah Roxy.Melihat Jidan datang menghalau anak buah Roxy. Pisceso langsung melesat ke arah Virgolin yang nampak sangat ketakutan. "Pisceso, tolong aku!" rengek Virgolin meronta berusaha melepaskan tangan Roxy dari pinggangnya.Pisceso berdiri dengan gagah, pedang panjang di tangan kanannya nampak berkilau terkena sinar bulan. Tatapannya sangat tajam bak elang yang siap menyambar mangsanya. "Lepaskan!" Virgolin semakin memberontak. Pukulan yang diarahkan pada tangan Roxy seakan tak berarti apa-apa.Bukhh ,,,Virgolin terkulai lemas, pingsan. Roxy tidak punya piliha
Putra Mahkota Pisceso tak membuang kesempatan, melihat Roxy meringis kesakitan melihat tangannya, Pisceso secepat kilat menghunuskan ujung pedangnya mengarah pada tubuh Roxy.Claaang ,,Percikan api keluar dari dua mata pedang yang saling beradu kekuatan. Baik Pisceso maupun Roxy sama-sama mundur. Dua kekuatan yang sama-sama kuat."Gila, si Pisceso tenaganya kuat juga," dalam hati Roxy memuji kehebatan Pisceso. Tangannya yang berdarah semakin terasa sakit dan banyak mengeluarkan darah. Bul datang dari arah tak terduga, berdiri di samping Roxy. "Tuan, anak buah kita banyak yang mati. Sebaiknya kita mundur," ucapnya pelan. "Bodoh!" umpat Roxy."Prajurit mereka lebih banyak daripada anak buah kita," bisik Bul tanpa mengalihkan pandangannya dari Pisceso yang sedang menatapnya tajam. Roxy melirik pada Virgolin yang masih pingsan. "Aku akan membawa calon istriku pergi dari sini. Lindungi aku!""Siap tuan!" Bul langsung melesat mengarahkan ujung pedangnya ke tubuh Pisceso. Sementara Roxy
Sil dan Roxy saling berpandangan mendapat pertanyaan dari Virgolin yang menanyakan keberadaan Putra Mahkota Pisceso. "Di mana Putra Mahkota Pisceso?!" Virgolin mengulang pertanyaannya pada Sil lalu tatapannya beralih pada luka di tangan Roxy. Melihat tangannya sedang diperhatikan Virgolin, Roxy segera menyembunyikannya di belakang tubuh kemudian memberikan isyarat pada kakaknya agar bicara dengan Virgolin. Setelah itu, Roxy keluar dari kamar.Melihat Sil, Virgolin teringat dengan dayang pribadinya. "Airin, di mana Airin?! Aku ingin bertemu Airin," ucapnya belum paham sebab apa yang sedang dialaminya sekarang. Sil mendekati Virgolin. "Kenalkan namaku Sil, kakaknya Roxy.""Roxy?!" kening Virgolin mengernyit. "Roxy siapa?""Pria yang baru saja keluar itu adikku, Roxy," jelas Sil. "Kamu tidak mengenalnya?!"Virgolin menggeleng. "Tidak. Aku baru melihatnya."Sil sejenak terdiam, mencoba memahami situasi yang ada. Memperhatikan Virgolin dari atas sampai bawah. "Siapa namamu?!""Virgolin
Virgolin mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua yang terlihat nampak asing dan juga menyeramkan dengan hiasan dinding berupa beberapa buah pedang dan dua pasang kepala hewan rusa yang tanduknya melingkar seperti akar pohon. Tak lama datang dua orang wanita membawa nampan dari kayu yang berisi beberapa makanan dalam wadah-wadah kecil."Bawa semua makanan yang ada di belakang," pinta Roxy. "Apa kamu suka buah?!" tanya Sil pada Virgolin. "Iya," jawab Virgolin masih dengan wajah bingungnya. "Bawakan juga buah-buahan yang saya petik kemarin di kebun," pinta Sil pada dua wanita yang sedang mengatur makanan di atas meja."Kamu petik buah dari kebun mana?!" tanya Roxy karena perasaan mereka tidak punya kebun buah."Lereng tebing," jawab Sil sekenanya padahal buah hasil curi dari kebun orang.Tak lama datang wanita tua membawa wadah dengan isi beraneka macam buah segar. Sejenak melihat Virgolin kemudian pergi lagi. "Ayo Virgolin, dimakan kuenya," Sil mendekatkan wadah berisi kue. "Ini
"Apa?!" tanya Virgolin kaget. "Roxy sepertinya telah jatuh hati padamu," ucap Sil."Apa? Jatuh hati padaku?!" tanya Virgolin tak percaya dengan apa yang dikatakan Sil. "Pimpinan topeng perak jatuh hati padaku?! OMG, masalah baru apalagi yang akan menimpaku," hati kecilnya bicara sendiri. "Aku adalah kakaknya Roxy. Dari kecil kami dibesarkan sama-sama jadi aku tahu adikku sangat menyukaimu dan telah jatuh hati padamu.""Itu tidak mungkin," sangkal Virgolin. "Aku baru kali ini bertemu dan bicara dengan adikmu itu. Jadi rasanya bagiku itu adalah hal yang mustahil.""Roxy tidak pernah memperlakukan seorang wanita seperti dia memperlakukan mu," Sil meyakinkan Virgolin. "Dia yang bicara sendiri padaku akan menjadikan kamu sebagai istrinya.""Apa?!" tanya Virgolin kaget. "No, no! Aku tidak mau jadi istrinya!" tolak Virgolin. "Istri?! OMG, adikmu itu terlalu banyak mengkhayal. Mana mungkin aku mau jadi istrinya. Tidak! Tidak! Aku takut pada adikmu itu, mana mungkin aku mau jadi istrinya! Ca
Melihat kiri kanan tak ada orang, seulas senyum tersungging di bibir Virgolin. "Kesempatan emas. Yes! Aku bisa pergi dari tempat ini."Pintu kamar mandi, Virgolin tutup rapat-rapat lagi, agar Roxy masih menduga kalau dirinya berada di dalam kamar mandi. Lalu dengan berjalan mengendap-endap, Virgolin mencari jalan agar bisa keluar dari dalam rumah. "Semoga tidak ada orang yang melihatku," bisik hati kecil Virgolin bicara sendiri sambil memasang kewaspadaan penuh.Tap ,,, tap ,,, tap ,,,Terdengar suara langkah. Virgolin langsung menyembunyikan tubuhnya disamping lemari begitu mendengar langkah suara kaki. "Ya Tuhan, tolong aku. Jangan sampai aku terlihat oleh mereka semua." Tak hentinya Virgolin ucapkan doa dalam hati. Suara langkah semakin pergi menjauh, tapi jantung Virgolin tak hentinya berdetak cepat bahkan kedua kakinya seakan bergetar hebat, lemas bak tak ada tulang. Setelah melihat keadaan aman, sejenak Virgolin memberikan ruang dirinya untuk tetap tenang, "aku harus hati-h