Perhatian Pisceso terbagi. Tangannya sibuk mengayunkan pedang sementara pandangannya melihat pada Virgolin yang sedang berusaha melepaskan diri dari Roxy.Trang ,,,Ujung pedang hampir saja merobek kulit tangan Putra Mahkota Pisceso andai Jidan tidak menangkisnya yang tiba-tiba datang meloncat dari jendela atas."Pangeran! Hati-hati, jangan lengah!" seru Jidan dengan tangan terayun membalas setiap serangan pedang dari anak buah Roxy.Melihat Jidan datang menghalau anak buah Roxy. Pisceso langsung melesat ke arah Virgolin yang nampak sangat ketakutan. "Pisceso, tolong aku!" rengek Virgolin meronta berusaha melepaskan tangan Roxy dari pinggangnya.Pisceso berdiri dengan gagah, pedang panjang di tangan kanannya nampak berkilau terkena sinar bulan. Tatapannya sangat tajam bak elang yang siap menyambar mangsanya. "Lepaskan!" Virgolin semakin memberontak. Pukulan yang diarahkan pada tangan Roxy seakan tak berarti apa-apa.Bukhh ,,,Virgolin terkulai lemas, pingsan. Roxy tidak punya piliha
Putra Mahkota Pisceso tak membuang kesempatan, melihat Roxy meringis kesakitan melihat tangannya, Pisceso secepat kilat menghunuskan ujung pedangnya mengarah pada tubuh Roxy.Claaang ,,Percikan api keluar dari dua mata pedang yang saling beradu kekuatan. Baik Pisceso maupun Roxy sama-sama mundur. Dua kekuatan yang sama-sama kuat."Gila, si Pisceso tenaganya kuat juga," dalam hati Roxy memuji kehebatan Pisceso. Tangannya yang berdarah semakin terasa sakit dan banyak mengeluarkan darah. Bul datang dari arah tak terduga, berdiri di samping Roxy. "Tuan, anak buah kita banyak yang mati. Sebaiknya kita mundur," ucapnya pelan. "Bodoh!" umpat Roxy."Prajurit mereka lebih banyak daripada anak buah kita," bisik Bul tanpa mengalihkan pandangannya dari Pisceso yang sedang menatapnya tajam. Roxy melirik pada Virgolin yang masih pingsan. "Aku akan membawa calon istriku pergi dari sini. Lindungi aku!""Siap tuan!" Bul langsung melesat mengarahkan ujung pedangnya ke tubuh Pisceso. Sementara Roxy
Sil dan Roxy saling berpandangan mendapat pertanyaan dari Virgolin yang menanyakan keberadaan Putra Mahkota Pisceso. "Di mana Putra Mahkota Pisceso?!" Virgolin mengulang pertanyaannya pada Sil lalu tatapannya beralih pada luka di tangan Roxy. Melihat tangannya sedang diperhatikan Virgolin, Roxy segera menyembunyikannya di belakang tubuh kemudian memberikan isyarat pada kakaknya agar bicara dengan Virgolin. Setelah itu, Roxy keluar dari kamar.Melihat Sil, Virgolin teringat dengan dayang pribadinya. "Airin, di mana Airin?! Aku ingin bertemu Airin," ucapnya belum paham sebab apa yang sedang dialaminya sekarang. Sil mendekati Virgolin. "Kenalkan namaku Sil, kakaknya Roxy.""Roxy?!" kening Virgolin mengernyit. "Roxy siapa?""Pria yang baru saja keluar itu adikku, Roxy," jelas Sil. "Kamu tidak mengenalnya?!"Virgolin menggeleng. "Tidak. Aku baru melihatnya."Sil sejenak terdiam, mencoba memahami situasi yang ada. Memperhatikan Virgolin dari atas sampai bawah. "Siapa namamu?!""Virgolin
Virgolin mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua yang terlihat nampak asing dan juga menyeramkan dengan hiasan dinding berupa beberapa buah pedang dan dua pasang kepala hewan rusa yang tanduknya melingkar seperti akar pohon. Tak lama datang dua orang wanita membawa nampan dari kayu yang berisi beberapa makanan dalam wadah-wadah kecil."Bawa semua makanan yang ada di belakang," pinta Roxy. "Apa kamu suka buah?!" tanya Sil pada Virgolin. "Iya," jawab Virgolin masih dengan wajah bingungnya. "Bawakan juga buah-buahan yang saya petik kemarin di kebun," pinta Sil pada dua wanita yang sedang mengatur makanan di atas meja."Kamu petik buah dari kebun mana?!" tanya Roxy karena perasaan mereka tidak punya kebun buah."Lereng tebing," jawab Sil sekenanya padahal buah hasil curi dari kebun orang.Tak lama datang wanita tua membawa wadah dengan isi beraneka macam buah segar. Sejenak melihat Virgolin kemudian pergi lagi. "Ayo Virgolin, dimakan kuenya," Sil mendekatkan wadah berisi kue. "Ini
"Apa?!" tanya Virgolin kaget. "Roxy sepertinya telah jatuh hati padamu," ucap Sil."Apa? Jatuh hati padaku?!" tanya Virgolin tak percaya dengan apa yang dikatakan Sil. "Pimpinan topeng perak jatuh hati padaku?! OMG, masalah baru apalagi yang akan menimpaku," hati kecilnya bicara sendiri. "Aku adalah kakaknya Roxy. Dari kecil kami dibesarkan sama-sama jadi aku tahu adikku sangat menyukaimu dan telah jatuh hati padamu.""Itu tidak mungkin," sangkal Virgolin. "Aku baru kali ini bertemu dan bicara dengan adikmu itu. Jadi rasanya bagiku itu adalah hal yang mustahil.""Roxy tidak pernah memperlakukan seorang wanita seperti dia memperlakukan mu," Sil meyakinkan Virgolin. "Dia yang bicara sendiri padaku akan menjadikan kamu sebagai istrinya.""Apa?!" tanya Virgolin kaget. "No, no! Aku tidak mau jadi istrinya!" tolak Virgolin. "Istri?! OMG, adikmu itu terlalu banyak mengkhayal. Mana mungkin aku mau jadi istrinya. Tidak! Tidak! Aku takut pada adikmu itu, mana mungkin aku mau jadi istrinya! Ca
Melihat kiri kanan tak ada orang, seulas senyum tersungging di bibir Virgolin. "Kesempatan emas. Yes! Aku bisa pergi dari tempat ini."Pintu kamar mandi, Virgolin tutup rapat-rapat lagi, agar Roxy masih menduga kalau dirinya berada di dalam kamar mandi. Lalu dengan berjalan mengendap-endap, Virgolin mencari jalan agar bisa keluar dari dalam rumah. "Semoga tidak ada orang yang melihatku," bisik hati kecil Virgolin bicara sendiri sambil memasang kewaspadaan penuh.Tap ,,, tap ,,, tap ,,,Terdengar suara langkah. Virgolin langsung menyembunyikan tubuhnya disamping lemari begitu mendengar langkah suara kaki. "Ya Tuhan, tolong aku. Jangan sampai aku terlihat oleh mereka semua." Tak hentinya Virgolin ucapkan doa dalam hati. Suara langkah semakin pergi menjauh, tapi jantung Virgolin tak hentinya berdetak cepat bahkan kedua kakinya seakan bergetar hebat, lemas bak tak ada tulang. Setelah melihat keadaan aman, sejenak Virgolin memberikan ruang dirinya untuk tetap tenang, "aku harus hati-h
Doa yang terus menerus dipinta dalam hati kecil Virgolin didengar alam semesta. Tak lama kemudian, dari rimbunnya ilalang yang hijau, bermunculan orang-orang berpakaian prajurit istana Voresham diikuti Putra Mahkota Voresham. Bagai mendapat oasis dipadang pasir setelah berhari-hari kehausan, Virgolin langsung menghambur berlari memeluk Putra Mahkota Pisceso yang berada dibelakang para prajurit. "Piscesoooo!""Virgolin!" Tak kalah dari Virgolin, Pisceso membalas pelukan Virgolin dengan sangat erat. "Akhirnya ku menemukan mu."Tangis Virgolin meledak dalam dada bidang Pisceso sampai tubuhnya terguncang. Tangannya erat memeluk tubuh Pisceso. Perasaanya bercampur aduk, sedih, bahagia, takut dan trauma bercampur menjadi satu ditumpahkan dalam isak tangisnya. Lega, hati Pisceso sangat lega. Kedua tangan kekarnya memeluk erat tubuh Virgolin untuk memberi kenyamanan dan perlindungan. "Sudah, jangan menangis. Ada aku di sini," bisiknya lembut.Kelima orang yang mengejar Virgolin, langsung
"Ini campuran tanaman herbal," jawab Airin. "Sangat ampun untuk menyembuhkan dan menghilangkan bekas luka di kulit.""Isssh,,, sakit," Virgolin meringis ketika ramuan tersebut mulai dioleskan Airin pada luka dikulitnya."Akan sedikit perih, tapi ramuan ini sangat ampuh. Tahan sebentar saja."Tak lama masuk Putra Mahkota Pisceso. Melihat Virgolin sedang diobati kakinya. "Pisceso, duduklah di sini," Virgolin menepuk kursi kosong di sampingnya. "Bagaimana lukanya?!" tanya Pisceso pada Airin."Lukaku tidak apa-apa," ujar Virgolin. "Hanya luka gores di kulit. Aku pernah mendapat luka yang lebih dalam dari sekedar luka gores.""Luka apa?!""Aku pernah jatuh dari sepeda motor dan luka di lututku dijahit," jawab Virgolin. "Ini bekas lukanya," Virgolin menarik gaun bawahnya sampai paha untuk memperlihatkan bekas luka jahit kecil dilututnya. Pisceso tertegun melihat kulit paha putih mulus di depan mata. Semburat merah merona langsung menghiasi wajah Pisceso. Dengan gugup pura-pura melihat ke