Melihat kiri kanan tak ada orang, seulas senyum tersungging di bibir Virgolin. "Kesempatan emas. Yes! Aku bisa pergi dari tempat ini."Pintu kamar mandi, Virgolin tutup rapat-rapat lagi, agar Roxy masih menduga kalau dirinya berada di dalam kamar mandi. Lalu dengan berjalan mengendap-endap, Virgolin mencari jalan agar bisa keluar dari dalam rumah. "Semoga tidak ada orang yang melihatku," bisik hati kecil Virgolin bicara sendiri sambil memasang kewaspadaan penuh.Tap ,,, tap ,,, tap ,,,Terdengar suara langkah. Virgolin langsung menyembunyikan tubuhnya disamping lemari begitu mendengar langkah suara kaki. "Ya Tuhan, tolong aku. Jangan sampai aku terlihat oleh mereka semua." Tak hentinya Virgolin ucapkan doa dalam hati. Suara langkah semakin pergi menjauh, tapi jantung Virgolin tak hentinya berdetak cepat bahkan kedua kakinya seakan bergetar hebat, lemas bak tak ada tulang. Setelah melihat keadaan aman, sejenak Virgolin memberikan ruang dirinya untuk tetap tenang, "aku harus hati-h
Doa yang terus menerus dipinta dalam hati kecil Virgolin didengar alam semesta. Tak lama kemudian, dari rimbunnya ilalang yang hijau, bermunculan orang-orang berpakaian prajurit istana Voresham diikuti Putra Mahkota Voresham. Bagai mendapat oasis dipadang pasir setelah berhari-hari kehausan, Virgolin langsung menghambur berlari memeluk Putra Mahkota Pisceso yang berada dibelakang para prajurit. "Piscesoooo!""Virgolin!" Tak kalah dari Virgolin, Pisceso membalas pelukan Virgolin dengan sangat erat. "Akhirnya ku menemukan mu."Tangis Virgolin meledak dalam dada bidang Pisceso sampai tubuhnya terguncang. Tangannya erat memeluk tubuh Pisceso. Perasaanya bercampur aduk, sedih, bahagia, takut dan trauma bercampur menjadi satu ditumpahkan dalam isak tangisnya. Lega, hati Pisceso sangat lega. Kedua tangan kekarnya memeluk erat tubuh Virgolin untuk memberi kenyamanan dan perlindungan. "Sudah, jangan menangis. Ada aku di sini," bisiknya lembut.Kelima orang yang mengejar Virgolin, langsung
"Ini campuran tanaman herbal," jawab Airin. "Sangat ampun untuk menyembuhkan dan menghilangkan bekas luka di kulit.""Isssh,,, sakit," Virgolin meringis ketika ramuan tersebut mulai dioleskan Airin pada luka dikulitnya."Akan sedikit perih, tapi ramuan ini sangat ampuh. Tahan sebentar saja."Tak lama masuk Putra Mahkota Pisceso. Melihat Virgolin sedang diobati kakinya. "Pisceso, duduklah di sini," Virgolin menepuk kursi kosong di sampingnya. "Bagaimana lukanya?!" tanya Pisceso pada Airin."Lukaku tidak apa-apa," ujar Virgolin. "Hanya luka gores di kulit. Aku pernah mendapat luka yang lebih dalam dari sekedar luka gores.""Luka apa?!""Aku pernah jatuh dari sepeda motor dan luka di lututku dijahit," jawab Virgolin. "Ini bekas lukanya," Virgolin menarik gaun bawahnya sampai paha untuk memperlihatkan bekas luka jahit kecil dilututnya. Pisceso tertegun melihat kulit paha putih mulus di depan mata. Semburat merah merona langsung menghiasi wajah Pisceso. Dengan gugup pura-pura melihat ke
"Tabib, apa masih mau makan apel?!" tanya Airin melihat buah apel di tangan Virgolin telah habis. "Tidak Airin, terima kasih. Perutku sudah kenyang," jawab Virgolin membuang buah apel yang tersisa hanya bagian bijinya saja. "Buah apelnya lumayan besar, perutku sampai kenyang.""Iya, makanya aku tadi ambil beberapa buah untuk bekal di jalan."Putra Mahkota Pisceso datang mendekat lalu duduk di samping Virgolin. Airin yang mengerti dengan situasi, langsung pergi meninggalkan mereka berdua."Kamu mau apel?!" tanya Virgolin. "Apel darimana?!" "Airin tadi mengambilnya dari penginapan. Tunggu sebentar, aku ambilkan untukmu." Virgolin segera pergi untuk mengambil buah apel, tak lama kemudian Virgolin sudah kembali lagi dengan membawa satu buah apel."Apel yang segar," Pisceso menerima apel dari tangan Virgolin dan langsung memakannya. "Apa yang kalian bicarakan tadi dengan Jidan?!" tanya Virgolin. "Perjalanan kita sebentar lagi sampai. Setelah melewati bukit itu, desa yang akan kita tu
Bruughh ,,,Airin membuka lebar-lebar pintu kamar Virgolin. "Tabib, tabib ada apa?!" "Aaaaaa!" Virgolin menjerit histeris bahkan sampai berdiri ketakutan di atas tempat tidur.Pisceso menerobos masuk ke dalam kamar dengan tangan memegang pedang panjangnya. "Ada apa?!""Pisceso," panggil Virgolin.Airin dan Pisceso mendongak menatap Virgolin yang berdiri di atas tempat tidur. "Ituuuu!" tunjuk Virgolin ke lantai kamar yang nampak redup karena hanya mengandalkan pencahayaan dari lampu minyak.Pisceso, Airin dan beberapa pengawal istana yang baru saja masuk spontan melihat ke lantai, seekor kecoa besar warna coklat sedang berdiri manis menggerak-gerakkan kumisnya yang panjang. "Cepat singkirkan kecoa itu!" jerit Virgolin ketakutan.Hanya dalam satu pijakan dari kaki Pisceso, kecoa tersebut langsung hancur tak berbentuk. Satu pengawal langsung mengambil kecoa yang sudah tak bernyawa lagi dan membuangnya keluar diikuti pengawal yang lain.Airin menghela napas. Tadi sudah sangat khawatir,
Virgolin memandang bulan yang menjadi satu-satunya penghias langit kelam. Rambut hitamnya yang panjang terurai dibiarkan begitu saja dimainkan angin malam. Tanpa sadar, Pisceso tak lepas menatap wajah Virgolin. "Wajahnya semakin cantik terkena cahaya rembulan. Kenapa aku tak bisa mengalihkan pandanganku setiap kali menatap wajahnya? Apa mungkin aku ,,,, akhh, tidak, tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku dan Virgolin akan sama-sama menderita jika kita berdua saling menyukai karena cepat atau lambat, Virgolin akan pulang ke dunianya," ratap Pisceso dalam hatinya. "Pisceso," gumam Virgolin tanpa mengalihkan tatapan dari bulan."Iya.""Jika suatu saat nanti aku sudah berada di duniaku, apa kamu akan merindukan ku?!" tanya Virgolin pelan.Deeeg ,,, hati Pisceso berdesir mendapat pertanyaan seperti itu sehingga tak mampu berkata apa-apa. Virgolin menoleh pada Pisceso. "Jujur saja, semakin lama aku semakin terbiasa berada di duniamu ini. Jika suatu saat nanti aku kembali ke duniaku ,,," Vir
Pujian yang diberikan Pisceso membuat hati Virgolin berbunga-bunga padahal kata pujian cantik sering didapat ketika masih berada di dunianya, tapi entah kenapa saat sekarang Pisceso memujinya dirinya cantik, hatinya sangat senang sekali. Tak lama Airin datang dengan satu orang wanita yang lebih tua. Keduanya langsung mengatur makanan di atas meja. "Wangi sekali," hidung Virgolin kembang kempis mencium aroma wangi dari makanan yang ada di depannya. Selesai semua makanan dihidangkan, Airin dan wanita tersebut pergi lagi, meninggalkan Putra Mahkota Pisceso bersama Virgolin untuk menikmati sarapan pagi berdua. "Sepertinya ini lezat," tunjuk Virgolin pada roti yang ditumpuk mirip pancake. "Di sini juga ada makanan seperti ini. Di duniaku, hampir setiap hari aku sarapan roti seperti ini. Walau rotinya berbeda, tapi ini sepertinya lezat.""Kalau begitu makanlah," Pisceso mengambilkan sepotong roti dan menaruhnya di atas piring Virgolin. "Kamu harus makan banyak, karena setelah ini kita a
"Biasanya hama wereng datang disaat musim hujan dan juga hama ini tidak bertahan lama.""Awal-awalnya seperti itu. Hama wereng coklat ini datang disaat musim hujan, tapi semakin lama malah semakin tidak terkendali," jelas pak tua tersebut. "Desa kami seperti sedang mendapat kutukan.""Tidak mungkin desa kalian mendapat kutukan seperti itu. Aku tidak percaya hal seperti itu," jelas Virgolin menenangkan. "Ini hanya masalah hama wereng saja, tidak ada hubungannya dengan kutukkan. Ditempatku juga ada hal seperti ini."Pria tua tersebut menghela napas. "Sebelum hama wereng melanda, banyak kejadian aneh di desa ini. Ribuan tikus menyerang tanaman padi kami yang siap dipanen.""Tikus?!" "Iya. Semua warga bergotong royong membasmi tikus-tikus tersebut. Tapi untungnya, padi kami masih bisa diselamatkan, walau sebagian sudah ada yang rusak. Tikus juga membawa penyakit, anak-anak kami banyak yang sakit tertular penyakit yang dibawa tikus," keluh pak tua."Menderita banget hidup kalian," tutur V