6. Mencari Jejak Arfan

Hilya duduk di depan laptop di kamar tidurnya, lampu meja yang redup menerangi ruang kecil itu. Hatinya masih penuh keraguan setelah percakapan dengan Ilham tadi. Kata-kata Ilham terus terngiang di telinganya, membuatnya semakin terjepit dalam kebingungan. Apa benar perjodohan yang sudah dijalani keluarganya adalah jalan yang benar untuknya? Atau apakah itu justru sebuah kesalahan yang akan ia sesali?

Malam itu, Hilya memutuskan untuk mencari lebih dalam mengenai Arfan, calon suaminya yang dijodohkan. Ia memulai pencariannya dengan membuka aplikasi media sosial. Hilya mengetik nama “Arfan” di kolom pencarian I*******m, berharap menemukan akun yang bisa memberinya sedikit gambaran tentang siapa Arfan sebenarnya.

Namun, setelah beberapa detik, ia terkejut. Banyak sekali akun yang menggunakan nama Arfan. Semua dengan foto profil yang berbeda-beda, dan tak satupun yang bisa memberinya jawaban pasti. Hilya membuka satu per satu akun tersebut, mencoba menemukan jejak yang bisa membantunya mengenali pria yang akan menjadi bagian dari hidupnya. Tetapi, setiap kali ia membuka profil, ia semakin merasa kebingungannya bertambah.

"Kenapa harus sesulit ini?" pikir Hilya sambil menggeser layar ponselnya. Semua akun yang ia buka tidak memberikan informasi yang cukup. Ada yang tampak seperti orang biasa, ada yang terlihat lebih sosial media savvy, namun tak ada satu pun yang memberinya kesan yang jelas tentang siapa Arfan yang sebenarnya.

“Apa benar, Arfan bukan orang pendiam dan baik-baik seperti yang diceritakan?” pikir Hilya, merasakan rasa frustrasi mulai merayapi dirinya. Ia tidak tahu harus percaya pada siapa. Ilham, dengan kata-katanya yang penuh rasa khawatir, atau Arfan yang bahkan belum sempat ia kenal lebih jauh.

Ia berhenti sejenak, memejamkan mata, berusaha menenangkan pikirannya. Tiba-tiba, pikiran itu datang. [Apa jika ini bukan sekadar tentang Arfan? Apa jika ini adalah ujian dari Tuhan]

Hilya menutup laptopnya dan terbangun dari kursinya. Ia merasa perlu untuk lebih mendalam. Dengan langkah kaki yang ringan, ia menuju ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu kembali ke kamar dan menata sajadah di tempat yang biasa ia gunakan untuk sholat malam. Hilya merasa hati dan pikirannya perlu disucikan, agar ia bisa mendapatkan jawaban dari Tuhan atas kebingungannya yang melanda.

Malam itu terasa lebih sunyi dan dalam, seolah langit mengerti betapa Hilya tengah diliputi ketidakpastian. Ia mulai mengangkat tangan, menghadap kepada sang Pencipta, memohon petunjuk.

"Ya Allah, Engkau mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Mu. Aku merasa bingung, Ya Allah. Aku takut jika keputusan ini salah. Aku takut jika aku memilih jalan yang tidak Engkau ridhoi. Ya Allah, tuntunlah aku. Berikan aku petunjuk, agar aku tidak terjebak dalam kebingunganku ini."

Hilya menangis, air matanya mengalir dengan harapan agar Tuhan mendengarkan doanya. Ia memohon agar hati dan pikirannya diberikan petunjuk yang jelas. Apakah perjodohan ini adalah jalan yang benar atau hanya sebuah cobaan yang akan membuatnya menyesal di kemudian hari? Apakah Arfan benar-benar pria yang baik, atau apakah ia hanya tampak seperti itu di mata orang lain?

Hilya merasakan ketenangan yang perlahan menyelimuti hatinya setelah berdoa, meskipun masih ada keraguan yang berputar dalam pikirannya. Ia tahu, perasaan ini tidak bisa diselesaikan dengan cepat. Tetapi, setidaknya, ia merasa ada sedikit kedamaian yang membuatnya lebih siap untuk menghadapi hari-hari mendatang.

Sebelum beranjak tidur, Hilya menatap langit-langit kamarnya, berpikir kembali tentang setiap percakapan yang telah terjadi dalam hidupnya. Ia merasa lebih bijak dengan setiap keputusan yang telah dibuat oleh orang tuanya, namun sekarang ia dihadapkan pada jalan yang harus ia pilih sendiri. Sebuah jalan yang penuh dengan ketidakpastian, namun juga penuh dengan harapan.

Dengan hati yang masih penuh pertanyaan, Hilya akhirnya terlelap. Namun dalam tidurnya, ia tidak bisa menepis bayangan Arfan yang terus muncul dalam pikirannya, seolah mengingatkannya akan langkah besar yang harus ia ambil.

[Apa yang akan terjadi jika Arfan ternyata bukan yang dia harapkan? Atau, apakah ini adalah awal dari sebuah perjalanan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya]

Semua itu masih menggantung di benaknya. Namun, Hilya tahu satu hal pasti—perjalanan ini baru saja dimulai.