Share

Bab 115: Bayangan di Rinai Hujan

Bab 115: Bayangan di Rinai Hujan

Aku mengayuh sepedaku dengan suasana hati yang tak keruan, morat-marit, dan entah bagaimana bentuknya jika diterjemahkan ke dalam bentuk bidang dimensi tiga. Pikiranku terbang serabutan entah ke mana, serupa asap dupa yang melayang meninggalkan bokornya. Ke angkasa, mungkin, atau terbawa angin yang berlalu dari mobil-mobil yang melintas di sebelahku.           

Hujan gerimis turun dengan tiba-tiba, namun aku tetap melanjutkan kayuhan sepedaku yang rasanya begitu berat malam ini. Aku seperti kuda dengan gerobak pedati, seakan sedang menarik beban dengan bobot ribuan kati.           

Sekelebat cahaya kilat membelah langit kota Bandar Baru yang gelap, disusul kemudian dengan suara gemuruh dari guntur yang bersambung-sambungan tanpa jeda dan tanpa irama. Aku terus saja men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status