Home / Pernikahan / Surgaku Yang Hilang / Bab 94. Hasutan Untuk Aqila

Share

Bab 94. Hasutan Untuk Aqila

Author: Desi Diah Pangesti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Bunda...” panggil Qila seraya mendongak menatap wajah Siska. Gadis kecil itu kini tengah memakai mukena berwarna merah maroon sembari memegang iqro di tangan kanannya. Ia baru saja belajar membaca bersama dengan sang Bunda.

Siska sendiri melihat sang putri nampak sedang gelisah, entah apa yang sedang gadis kecil itu pikirkan, “ada apa, Sayang?” tanyanya sembari mengusap lembut kedua pipi Aqila.

Bukannya menjawab justru Aqila menundukkan pandangannya seraya menghela napas kecil.

“Hey, Sayang. Ada apa?” Siska mengangkat tubuh kecil Aqila ke dalam pangkuannya. Mengangkat dagu putri kecilnya itu agar kembali menatap dirinya.

“Qila sangat bosan, Bunda. Setiap hari Qila hanya bersama nenek dan kakek. Kalau enggak di rumah, ya ke toko. Qila mau pergi jalan-jalan kaya waktu sama ayah dulu. Qila bosen banget di rumah ini, Qila pengen tinggal di rumah kita lagi, Bunda...” rengek Aqila dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 95. Ditindas Ya Dilawan

    Beberapa minggu sudah terlewati. Siska semakin sibuk dengan pekerjaannya dan Aqila sudah kembali membaik. Namun, sayangnya sudah beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi mantan suaminya selalu tidak bisa. Hingga pagi siang ini saat mengantarkan dokumen ke ruangan Haris, ia mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya. Walau memang selama ini obrolan mereka hanya seputar pekerjaan saja, karena Siska selalu berusaha menjauh dari Ilham. Bahkan wanita itu sering sekali membuat alasan agar tak berlama-lama berada di ruangan atasannya itu. Ajakan makan siang pun selalu ia tolak dan beberapa minggu ini juga Siska sering kali melihat Haris tengah keluar bersama dengan Syakira. Membuat Siska sendiri menjadi lebih tenang, karena dengan begitu Rosalinda pasti tidak akan lagi berpikir yang tidak-tidak mengenai dirinya. Tok... Tok... Tok... “Assalamualaikum, Pak,” seru Siska dari luar. “Waalaikum salam, iya silahkan masuk.”

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 96. Akibat Terlalu Dalam Mencintai

    Perlahan Siska kembali mengangkat kepalanya, melihat sosok Haris yang kini tengah berdiri di hadapannya. Tubuh laki-laki itu yang begitu tinggi membuat Siska harus sedikit mendongakkan kepalanya. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan perlahan. “Saya belum ada pikiran sejauh itu, Pak,” balas Siska sembari tersenyum tipis. Haris melipat kedua bibirnya ke dalam, lalu ia menyunggingkan senyum terbaiknya seraya berkata, “iya, Siska. Saya paham, semoga masa lalumu nggak membuatmu jadi trauma sama laki-laki, ya. Nggak semua laki-laki itu sama.” Siska mengangguk pelan dan tetap dengan senyum di bibirnya. Kadang ia juga teringat dengan perkataan Rosalinda sewaktu pertama kali mereka bertemu, tentang Haris yang telah jatuh hati kepadanya. Kalau Siska perhatikan Haris ini memang sangat jauh lebih tampan dari mantan suaminya. Bahkan sikapnya yang ramah, tegas dan bijaksana membuat banyak wanita langsung jatuh hati kepada lelaki

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 97. Playing Victim

    Akan tetapi, untungnya Siska dengan cepat langsung mengindar dan segera menekan tombol lift. Ia tak mengira bahwa Syakira akan bertindak sebrutal ini kepadanya, dan begitu pintu lift terbuka ternyata sudah ada beberapa karyawan yang tengah berdiri di depan sana. Menyaksikan Syakira yang sedang terduduk ke lantai dalam keadaan sepatu high heels nya yang hanya satu. Sedangkan Siska langsung saja keluar dari dalam lift itu diikuti dengan tatapan tajam dari Syakira. “Tolong...” ringis Syakira seraya memegangi kedua sikunya. Beberapa karyawan yang semula hanya diam mematung menyaksikan keadaan Syakira langsung segera membantunya berdiri dan membawanya keluar dari dalam lift. “Bu Syakira.... ada apa, Bu? Kenapa Ibu bisa terjatuh.” Syakira tidak langsung menjawab pertanyaan dari bawahannya itu, ia kini justru sedang menyeka kedua sudut matanya seraya menatap sendu ke arah Siska, “mungkin saya ini memang masih awam bekerja,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 98. Dipecat Atau Tidak?

    “APA-APAAN KAMU INI!” teriak Haris dengan lantang, namun bukannya takut atau apa karyawan itu justru menatap Haris dengan nyalang. “Dia pantas dapetin itu, Pak. Kalau Bu Syakira nggak bisa buat ngebales sikap kurang ajar dia, biar saya aja yang ngewakilinnya.” Karyawan itu hendak melepaskan cengkraman tangan Haris dari lengannya dan bermaksud untuk kembali melanjutkan aksinya. Namun, kini Syakira sudah berdiri di hadapannya seraya menggeleng pelan. “Jangan! Kamu nggak perlu balas perbuatan dia ke saya. Kamu nggak perlu menjadikan diri kamu sama sepertinya,” ujar Syakira pelan, lalu tersenyum tipis. “Tapi, perempuan itu akan semakin sok di kantor ini kalau nggak ada yang ngelawan dia, Bu. Nggak papa kalau sekiranya Pak Haris bakalan mecat saya gara-gara ini. Saya ikhlas, asal saya bisa ngasi pelajaran ke sekretaris nggak tahu diri itu,” balasnya dengan lantang dan napasnya kini sudah semakin memburu. Menatap Siska

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 99. Tolong Jauhi Saya, Pak?

    Hari ini Siska diperbolehkan untuk pulang lebih awal, bahkan saat ini ia tengah berada di rumah sakit bersama dengan Haris. Laki-laki itu sangat khawatir dengan Siska, apalagi saat melihat luka lebam pada kening wanita itu. Setelah menyelesaikan rapat di jam 2 siang tadi, Haris langsung bergegas mengantarkan Siska. Walau wanita itu sudah menolaknya, tetapi Haris tetap bersikeras. Keadaan Siska pun juga tidak memungkinkan jika harus pulang sendiri. Kepalanya masih terasa sangat pusing. “Bagaimana keadaannya, Dok?” seru Haris, namun pandangannya masih tertuju pada Siska yag tengah terbaring di atas kasur beroda. Wanita itu tengah memejamkan matanya, sembari sesekali berseringai karena rasa nyeri yang berdenyut pada keningnya. Dokter perempuan itu tampak menghela napas panjang, ia mengikuti arah pandanganHaris dan menatap Siska dengan iba, “benturannya sangat keras, Pak. Tetapi, sebenarnya yang membuat rasa pusing itu bertahan

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 100. Kebencian Yang Tidak Mendasar

    Sepulang dari kantor Syakira mampir terlebih dahulu ke rumah Rosalinda. Sebenarnya wanita itu juga sangat kesal karena Haris sama sekali tak memperdulikkannya dan justru lebih memilih untuk menunggu Siska di rumah sakit. “Gara-gara Nindi gue jadi harus kehilangan waktu sama Haris,” gumam Syakira seraya memainkan ponselnya. Ia tengah duduk di kursi halaman belakang dekat kolam renang sembari menunggu Rosalinda datang. Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan bugar itu tengah mengambilkan minuman untuk Syakira. Salah satu wanita yang kini tengah Rosalinda usahakan agar Haris mau menerimanya sebagai seorang istri. Baginya Syakira itu sudah sangat komplit dan sefrekuensi dengan dirinya. Segala pembicaraan mereka selalu nyambung dan sama-sama memiliki hobi traveling. Jelas saja hal itu membuat Rosalinda sangat menyetujuinya. Apalagi orangtua Syakira juga seorang kalangan yang sama dengan dirinya. Tidak ada alasan

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 101. Pertanyaan Tanpa Jawaban

    Waktu menunjukan pukul 19:35 dan Siska tengah menyenderkan tubuhnya sembari menatap layar ponselnya. Ia melihat beberapa video putri kecilnya yang tengah mengaji, rekaman itu dikirim oleh Ika beberapa menit yang lalu. “Sholehah ya, nak,” gumam Siska lirih sembari tersenyum simpul, kemudian tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka dan seketika itu juga ia pun refleks menolehkan kepalanya. Siska menautkan kedua alisnya saat seorang laki-laki bertubuh tinggi besar masuk ke dalam ruang rawat inapnya. Lelaki itu memakai jas berwarna navy dan tengah tersenyum dengan sangat ramah ke arahnya. Ia membawa dua buah paper bag berukuran sedang dan kini berjalan semakin mendekat ke arah Siska. Wanita itu masih saja terpaku melihat seseorang di hadapannya ini, rasanya ia pernah melihatnya. Namun, tidak tahu kapan dan di mana tempatnya. Siska sama sekali tidak bisa mengingatnya, tapi memang wajahnya sangat tidak asing untuknya. “As

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 102. Di Mana Pertanggung Jawaban Ilham?

    Drttt... Drttt... Drttt... Berulang kali ponsel Siska berdering, menandakan ada beberapa pesan WhatsApp yang masuk. Namun, wanita itu sengaja mengabaikannya dan justru memejamkan kedua matanya dalam posisinya yang masih duduk bersender. Ia tak mau memikirkan apapun yang akan membuat kepalanya semakin pusing. Hari ini sudah banyak sekali hal yang membuatnya penat, ingin sekali ia sejenak untuk beristirahat dari segala permasalahannya. Hingga beberapa saat kemudian Ika pun telah datang bersama dengan Fatya dan juga beberapa sahabat Siska yang lain. Wanita itu bahkan tak tahu jika Ika telah memberitahukan keadaannya yang sedang tidak baik-baik ini kepada mereka. “Assalamualikum....” ucap Ika pelan sembari berjalan ke arah Siska, namun kedua matanya justru fokus pada dua paper bag di atas nakas. “Waalaikumsalam,” balas Siska yang sudah kembali membuka kedua matanya setelah mendengar suara pintu yang terbuk

Latest chapter

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 110. Keihklasan (Tamat)

    Satu bulan sudah Ilham kembali ke Indonesia. Hampir setiap hari lelaki itu selalu mengunjungi putri kecilnya dan tak jarang pula mengajaknya pergi keluar. Sebenarnya ia juga sangat ingin kembali membangun kedekatan dan memperbaiki hubungannya dengan Siska. Namun, sayang sekali. Hal tersebut sama sekali tak mampu untuk Ilham wujudkan dan hanya menjadi sebuah angan belakang. Hampir setiap kali Ilham datang Siska tak pernah berada di rumah. Kalau pun sedang di rumah ia hanya akan menemui Ilham sebentar untuk memberikan minuman dan sebuah makanan ringan. Lalu, kemudian melanjutkan aktivitasnya sendiri. Sama halnya dengan sore hari ini. Siska dan Ibu tengah sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Bapak dan Aqila tengah duduk bersantai di teras rumah sembari menikmati secangkir kopi dan brownis basah buatan Siska. “Ayah...” panggil Aqila lirih seraya mendongakkan kepalanya. Menatap wajah sang Ayah yang kini tengah memangku tubu

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 109. Ada Sesuatu Yang Ibu Sembunyikan

    Sebelum menjawabnya Siska terlebih dahulu menatap Ibunya, dan Ibunya tersebut menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa beliau menyetujuinya. Seketika itu juga Ilham langsung tersenyum dengan lebarnya, walau Siska sendiri belum memberikan jawaban. “Ya sudah, ayo kita pulang,” seru Ibu, beliau membalikan tubuh untuk mengambil tas yang masih berada di atas kursi taman. “Ibu sama Siska naik apa?” tanya Ilham lirih. “Taksi,” jawab Siska, ia hendak mengambil alih tubuh Aqila dari gendongan Ilham. Namun, ternyata putri kecilnya itu justru semakin erat memeluk leher Ayahnya. “Nggak, Bunda!” Aqila menggeleng pelan, “Qila mau sama Ayah aja,” lanjutnya. Ilham begitu senang dengan sikap manja putri manisnya ini. Bahkan posisi wajah mereka kini tengah berhadap-hadapan, hanya berjarak lima senti saja. Padahal sebelum pertemuan ini gadis kecilnya itu juga tak selengket ini kepadanya. Justru Aqila sediki

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 108. Pertemuan Singkat Yang Manis

    Mendengar namanya dipanggil lelaki itu pun menoleh ke kanan dengan wajah datarnya. Namun, beberapa detik kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya kepada Aqila dan juga Siska. Senyumnya terukir dengan sangat lembutnya, bahkan saat ini kedua matanya mulai berbinar bersamaan dengan bibir yang bergetar pelan. “Qila Sayang,” ucapnya begitu lirih sembari mengusap pucuk kepala Aqila yang masih nampak kebingunan. Sedangkan Siska, kini wanita itu justru tampak terkesiap dengan apa yang kini tengah berada di hadapanya. Seolah tak percaya dan begitu ragu, benarkah yang saat ini sedang berdiri tepat di depannya ini adalah Ilham? Sang mantan suami yang sudah berbulan-bulan lamanya tak pernah terlihat. “Ini beneran kamu, Mas?” ucap Nabila lagi, kedua matanya tampak terbelalak. Seolah begitu kagum dengan sosok lelaki yang juga berada di hadapannya ini. Namun, lagi-lagi tetap tak mendapatkan respon. Lelaki itu justru teta

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 107. Kembalinya Ilham Dengan Perubaha

    Hari-hari berjalan dengan damai. Akhirnya setelah bertubi-tubi masalah selalu hadir 5 bulan Siska benar-benar bisa merasakan sebuah ketenangan. Ia tengah sibuk bekerja, mengembangkan tokonya dan melakukan promosi sebanyak-banyaknya. Perlengkapan di tokonya juga sudah semakin banyak lagi, serta bapak dan ibunya tidak perlu capek-capek untuk melayani para pembeli. Karena, Siska sudah mempekerjakan 3 orang di tokonya itu. Mungkin Ibu dan Bapak hanya sesekali saja ke sana untuk memantau. “Alhamdulillah ya, Nduk. Perlahan tokonya semakin ramai dan keuangan sudah kembali membaik. Maaf kalau Ibu sama Bapak cuma bisa nyusahin kamu aja, Nduk.” Ibu mengusap lembut punggung tangan Siska. Kini mereka tengah duduk di kursi taman. Memperhatikan Aqila yang tengah bermain-main dengan teman sebayanya di hari minggu ini. Siska menatap Ibu dengan lekat, “Ibu ini ngomong apa, sih? Nggak ada yang namanya nyusahin, Bu. Apa yang udah Siska lakuin sekarang ju

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 106. Akhirnya Memilih Resign

    Tidak hanya Lestari, bahkan fatya pun juga cukup geram mendengarnya. Pasalnya mereka benar-benar menganggap perkataan Haris baru saja menerangkan bahwa lelaki itu menggunakan Siska sebagai umpan untuk menyeleksi para karyawannya. “Bener-bener ya kamu ini, Haris. Mana bisa kamu memperalat Siska kaya gitu, kamu nggak kasian sama dia? Hah?! Emang paling bener dia nggak perlu kerja di perusahaanmu lagi, ya. Di luar sana masih banyak kok yang bakalan nerima karyawan kompeten sepertinya. Nggak usah bertahan di perusahan toxicmu itu,” sentak Fatya yang sudah mulai tak bisa lagi menahan amarahnya. Sedari ia sudah berusaha untuk tenang dan sabar, tapi mendengar hal itu jelas saja emosinya langsung meledak. Dengan cepat Haris pun langsung menggelengkan kepalanya dan segera menjelaskan kesalapahaman itu, “tunggu-tunggu! Ini nggak seperti yang kalian pikirkan. Sumpah... saya nggak ada maksud untuk menjadikan Siska umpan. Saya suka sama dia makanya sa

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 105. Negoisasi Antara Haris dan Sahabat Siska

    “Apa sudah lebih baik?” tanya Dewi, sembari mengusap lembut lengan kanan Siska. Sore ini setelah pulang bekerja, Dewi menyempatkan diri untuk kembali menengok sahabatnya itu. Sedangkan, Fatya dan juga Linda masih ada urusan sehingga mereka akan tiba saat malam nanti. Begitu juga dengan Ika, malam ini ia tidak bisa ikut menemani Siska di rumah sakit karena ada urusan mendadak. Siska tersenyum tipis seraya mengangguk pelan, “udah kok, Dew. Dokter bilang besok juga udah boleh pulang.” “Lalu, apa lagi kata dokternya? Nggak ada yang bahaya kan sama kepala kamu?” tanya Dewi tampak cemas. “Untuk sekarang masih belum diketahui, Dew. Mungkin satu minggu lagi hasilnya akan keluar.” “Masih pusing banget, enggak? Kalau emang masih pusing sebaiknya besok jangan pulang dulu ya, Sya. Urusan orangtua sama anak kamu biar kita yang urus. Tadi, sebelum ke sini juga aku sempetin mampir ke rumah orangtua kamu, kok,” ujar Dewi,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 104. Siska Pembawa Dampak Negatif

    Malam ini di tengah rasa cemas, khawatir, dan bercampur bimbang Haris dengan terpaksa harus mengikuti keinginan Rosalinda untuk makan malam di luar bersama Syakira. Jangan anggap lelaki itu tidak menolaknya, sudah berulang kali Haris tidak mau, tetapi Sang Mama tetap saja memaksannya. Padahal malam ini ia ingin menemani Siska di rumah sakit, sekaligus menyelesaikan percakapan mereka yang ia anggap belum sepenuhnya selesai. Masih banyak hal yang ingin Haris katakan untuk membuat wanita itu mau memberinya kesempatan dan kepercayaan. Namun, sayangnya keadaan sama sekali tak mendukungnya. “Makan, Haris!” seru Rosalinda, sedari tadi wanita itu memperhatikan putranya yang terus sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan dirinya dan juga Syakira. “Haris nggak lapar, Ma,” balas Haris lirih, lalu menghela napas panjang karena sedari tadi Siska tak mau mengangkat panggilan telepon atau pun membalas pesan-pesannya. Ingin rasanya saat ini juga ia k

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 103. Siska Meminta Haris Untuk Mengabaikan Perasaannya

    Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya Ika sendiri sangat malu. Apalagi kenyataannya dia tak mempunyai hak untuk memiliki rasa cemburu itu, bahkan sekedar dekat dengan bosnya itu pun tidak. Lalu, kenapa dia harus marah dengan Ika waktu itu? Ahhh... Ika sendiri juga tak paham tentang persoalan rasa seperti ini. Sungguh rumit dan tak bisa dijelaskan. “Iya, Kaa. Aku juga udah jaga jarak banget sama Pak Haris setelah ditegur sama Bu Rosalinda, beliau ngelarang aku buat deketin anaknya. Padahal aku sendiri juga nggak ada fikiran sampai ke sana. Nggak tahu kenapa Bu Rosalinda dan Syakira justru beranggapan yang enggak-enggak tentang aku,” balas Siska, sedih rasanya kalau semakin banyak orang yang tak menyukai dirinya seperti ini. “Namanya juga manusia, Siska. Mereka pasti berasumsi sendiri-sendiri, karena para pembenci nggak akan peduli dengan semua kebaikan yang udah kamu berbuat. Di mata mereka apa yang kamu lakukan itu akan selalu buruh,” sambun

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 102. Di Mana Pertanggung Jawaban Ilham?

    Drttt... Drttt... Drttt... Berulang kali ponsel Siska berdering, menandakan ada beberapa pesan WhatsApp yang masuk. Namun, wanita itu sengaja mengabaikannya dan justru memejamkan kedua matanya dalam posisinya yang masih duduk bersender. Ia tak mau memikirkan apapun yang akan membuat kepalanya semakin pusing. Hari ini sudah banyak sekali hal yang membuatnya penat, ingin sekali ia sejenak untuk beristirahat dari segala permasalahannya. Hingga beberapa saat kemudian Ika pun telah datang bersama dengan Fatya dan juga beberapa sahabat Siska yang lain. Wanita itu bahkan tak tahu jika Ika telah memberitahukan keadaannya yang sedang tidak baik-baik ini kepada mereka. “Assalamualikum....” ucap Ika pelan sembari berjalan ke arah Siska, namun kedua matanya justru fokus pada dua paper bag di atas nakas. “Waalaikumsalam,” balas Siska yang sudah kembali membuka kedua matanya setelah mendengar suara pintu yang terbuk

DMCA.com Protection Status