Share

Petuah Suami

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-05 16:14:25

Bukankah Anak Abi cuma ada dua orang? Yang sulung bernama Haris dan kecil bernama Yoga?

Kang Wirna mengangguk.

“Benar! Sekarang cuma ada dua orang karena anak sulung Abi sudah meninggal. Ia meninggal ketika sedang lucu-lucunya. Baru pandai manggil ‘Bapak’.” ucap Kang Wirna dengan mata menerawang seakan mengumpulkan kenangan pahit di masa lalu. Bahkan aku lihat matanya berlinang.

Ooh...

Aku tercekat ikut pilu.

“Anak Abi meninggal karena sakit yang tidak jelas. Sudah banyak rumah sakit yang kami datangi serta Dokter, namun tidak ada yang bisa menjelaskan anak Abi sakit apa.” lanjutnya.

“Padahal...” Kang Wirna tercekat. “’Padahal itu adalah anak Abi satu-satunya saat itu.” Akhirnya Kang Wirna benar-benar menangis.

Ooh...

Aku makin tercekat pilu. Aku dapat merasakan kesedihan Kang Wirna karena kehilangan anaknya. Beberapa bulan bergaul dengan Kang Wirna aku bisa merasakan kalau Kang Wirna sebenarnya sangat menyayangi anak-anaknya. Namun kepada Sarmini istrinya, Kang Wirna seakan menaruh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Bersujud

    Semenjak tersiar kabar Kang Wirna menikah denganku, di kampungnya mungkin sudah terjadi kegaduhan. Kang Wirna pun terlihat tidak nyaman. Namun di hadapanku ia berusaha bersikap tenang. Aku menunggu saja reaksi darinya. Aku memilih seperti tidak terlalu memikirkan hal itu.Ponsel Kang Wirna tidak lagi dikunci. Aku bebas melakukan apa saja di ponsel miliknya jika siang hari atau saat Kang Wirna ada di rumah. Namun aku masih menahan diri tidak terlalu over acting. Cukup melihat dan memperhatikan sikap Kang Wirna yang tampak gelisah.Pada suatu hari aku mengajak Kang Wirna bertamu ke rumah temanku karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan temanku itu. Beberapa menit berbincang dengan temanku, Kang Wirna permisi untuk membeli rokok. Satu jam lebih Kang Wirna belum juga kembali. Hatiku mulai curiga kalau dirinya menelepon Sarmini. Namun kemarahanku tidak kuperlihatkan di hadapan temanku.“Mungkin sepeda motor Kang Wirna mogok lagi.” Kataku kepada temanku setelah hampir dua jam aku m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Telepon Dari Sarmini

    “Begitulah ceritanya!” ujarku kepada Risma setelah aku selesai menceritakan semua kejadian-kejadian yang tengah terjadi dalam rumah tanggaku dengan Kang Wirna, kepada sahabatku Risma lewat pembicaraan video call siang itu. Kang Wirna sedang tidak berada di rumah, ia sedang menemui Siregar untuk meminjam uang kepada rentenir itu.Wajah Risma kulihat menegang. Aku tahu ia cukup terkejut mendengar ceritaku yang panjang lebar seperti yang diceritakan Kang Wirna kepadaku semalam.“Hm, aku melihatmu dengan Kang Wirna seakan datang dari dua dunia yang berbeda bahkan berlawanan arah.” Komentar Risma akhirnya terdengar juga setelah cukup lama ia merenung berdiam diri.Risma juga memanggil Kang Wirna dengan embel-embel ‘Kang’ walau umur Kang Wirna jauh di bawah usianya. Itu sebagai penghargaannya kepadaku, temannya. Kepada Kang Wirna, aku meminta ia menyapa Risma dengan panggilan ‘Kak’. Itu sebagai panggilan penghargaan kepada orang yang lebih tua, agar tercipta komunikasi yang saling mengharga

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Perlakuan Manis Yang Membunuh

    Di atas sebatang kayu tumbang aku duduk termenung. Sinar matahari yang sangat menyengat siang itu terhalang oleh daun pohon petai Cina yang tumbuh merimbun.“Ya Allah, apa yang harus aku lakukan dalam menjalani skenario yang telah engkau suguhkan ke jalan hidupku ini.” desahku dengan mata membasah.Untuk kehilangan Kang Wirna aku sungguh tidaklah sanggup. Kang Wirna adalah suami terbaik yang ada di muka bumi ini. Setidaknya itu menurutku.Kuingat kejadian sekitar sebulan yang lalu. Kala itu sekitar pukul sepuluh malam, kami pulang berziarah untuk sekedar membaca doa dan surat Yassin di pusara seorang syekh atau ulama yang sudah meninggal. Di tengah jalan kami harus berhenti karena ban belakang motor yang kami kendarai bocor. Kang Wirna menuntun sepeda motor sewaan itu dan aku membantu mendorong dari belakang.Sekitar lima belas menit mendorong sepeda motor tersebut, kami menemukan pondok kecil di pinggir jalan yang masih buka menerima jasa tempel ban. Kang Wirna segera menyerahkan sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Rencana Jadi Penulis

    “Sudah kenyang, Bi?” tanyaku setelah nasi ludes di piringku.“Tambah Mi!” seru Kang Wirna.“Oh, Abi banyak makan sekarang. Pasti sebentar lagi badan Abi makin berisi dan makin tampan.” ucapku sambil memasukkan nasi dan lauk pauk serta sayur ke piring.Kang Wirna bangkit dan menuju kran air lalu mencuci tangannya. “Sekarang aja Abi sudah agak gemuk Mi! Kata teman-teman Abi, Abi makin bersih dan terurus.” Kang Wirna duduk kembali di atas dipan dan menjulurkan tangannya meminta piring yang aku pegang. Aku pikir Kang Wirna ingin melanjutkan makan sendiri dan aku menyerahkan piring itu kepadanya.“Oh, teman Abi bilang begitu ya? Syukurlah Bi.” sahutku sambil memperhatikan tangan Kang Wirna menjumput nasi dengan jari tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menenteng piring.“Aak... Mi!” ujar Kang Wirna membuka mulutnya sendiri namun tangannya menyodorkan sesuap nasi ke mulutku. Ternyata ia memerintahkan aku membuka mulutku karena ia ingin gantian menyuapiku.Kupandangi wajahnya sejenak l

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Bercinta Dengan Suami Adalah Ibadah

    Hari selanjutnya aku mulai sibuk merancang sketsa cerita yang hendak aku buat. Aku ingin memulai dengan cerita seorang patriot yang berjiwa nasionalisme saja. Kalau cerita tentang cinta aku lihat sudah sangat banyak berserakan di setiap platform novel online.Namun memulai sebuah usaha tentu bukanlah hal yang mudah. Beberapa kali aku merasakan kecewa karena platform yang kuharap dapat mengubah nasibku ternyata tidak sesuai dengan harapanku.Tanpa putus asa aku terus mencari platform yang benar-benar bersahabat dan berlaku adil kepada penulisnya. Akhirnya aku menemukannya dan mulai kutuliskan kisah menarik sesuai dengan imajinasiku yang mulai liar mengembara.Waktu malam ketika Kang Wirna bekerja aku gunakan untuk menulis cerita. Sedangkan waktu siang adalah untuk mengurusnya dan melayani hasratnya yang selalu saja membara.Kusadari betul bahwa pasanganku lebih muda dariku. Menjaga stamina setiap hari wajib aku lakukan agar suamiku tidak kecewa. Dan hasilnya Kang Wirna benar-benar mera

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Pembicaraan Dengan Sarmini

    Sampai tiga hari seterusnya hidupku dengan Kang Wirna terasa nyaman. Namun aku yakin ini belum berakhir. Sarmini tentu akan mencari cara untuk bisa menghubungi Kang Wirna semenjak ponsel Kang Wirna tidak bisa digunakan.Sore itu Sarmini mengirim banyak chat ke nomor ponselku. Isinya sudah tentu memaki-maki aku. Aku tidak membalas satu pun pesan darinya. Bahkan aku tidak lagi membacanya. Jika ada pesan masuk dari nomor tak dikenal aku segera menghapusnya tanpa membuka atau membaca terlebih dahulu. Aku menyibukkan diriku dengan membuat cerita yang kuharapkan bisa membantu keadaan yang sudah sangat darurat berhubung tiga bulan lagi Kang Wirna akan habis kontrak di PT.W. Setelah abis kontrak dipastikan Kang Wirna akan menganggur dan harus mencari pekerjaan yang baru. Aku memutar otak memeras pikiran mencari jalan keluar. Sementara Sarmini terus saja meneror lewat teman-teman Kang Wirna. Tak jarang teman tongkrongan Kang Wirna mengirim pesan lewat ponselku menyuruh Kang Wirna main ke rum

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Talak Satu

    Aku berjalan ragu mendekati Kang Wirna yang masih memerah wajahnya bagaikan udang dicelupin minyak panas. Ia menatapiku dengan pandangan tegas. Aku dibuatnya keder juga. Aku baru tahu kalau Kang Wirna juga bisa marah seperti ini. Kalau dia bukan suamiku tentu tidak ada sedikit pun gentarku walau jika ia menggertakku. Namun karena jabatannya adalah suamiku, itulah yang membuat aku segan kepadanya.“Ini Bi...!” ucapku sambil menyodorkan ponselku.Kang Wirna menerimanya sekalian menarik tangan kiriku ke dalam kamar.“Duduk di sini dan tunggu Abi selesaikan satu persatu.” ucapnya tidak sekeras tadi. Aku yakin emosinya sudah mulai menurun walau pandangan matanya masih agak beringas.Kang Wirna terlihat mencari-cari nomor kontak di ponselku. Dan ketika telah menemukannya ia langsung menelepon. Aku belum tahu siapa yang Kang Wirna telepon. Aku hanya duduk mematung di atas kasur sedangkan Kang Wirna berjalan mondar-mandir dengan ponsel ditempelkan ke sebelah telinganya.“Halo... Haris panggil

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Restu Ibu Mertua

    Aku meninggalkan Kang Wirna di kamar kami untuk membuat minuman untuknya. Aku yakin dirinya cukup gerah dengan kejadian yang baru saja ia alami. Yang memberatkan dia pasti masalah anak-anaknya. Kuletakkan secangkir teh hangat di hadapan Kang Wirna seiring berderingnya nada panggilan di ponselku. Kulirik benda pipih yang tergeletak di atas lantai beralaskan karpet tipis di kamarku itu. Nomor baru lagi.“Aduuh... Siapa lagi ini? Sampai kapan masalah ini selesai?” keluhku dalam hati.Aku memandang Kang Wirna yang juga menatap ke arahku.“Jawablah Bi...!” ucapku.Otakku terasa sudah berbulu oleh masalah Kang Wirna yang datang silih berganti. Capek hati.“Halo...!” Kang Wirna menjawab seseorang yang menelpon di ponselku. Aku hanya diam dan sedikit tegang.“Cager Maak...!” ucap Kang Wirna.Aku langsung paham yang menelepon adalah Mak Kang Wirna atau Ibu mertuaku. Aku tidak berani berlancang ria ikut campur. Karena ini baru pertama kalinya aku dengar Kang Wirna berbicara dengan Mak di hadap

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08

Bab terbaru

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Kembali Bersama

    "Apa-apaan sih kamu, Wirna..?? Dasar laki-laki tak berguna!" teriak Sarmini langsung mendorong tubuh Wirna hingga laki-laki itu hilang keseimbangan dan jatuh ke tanah. Sarmini naik pitam lalu memungut sepotong kayu yang kebetulan ada ditempat itu lalu ia mengayunkan kayu itu ke kepala Wirna. "Plaaak...!"Kayu tersebut mendarat dengan keras namun bukan mengenai kepala Wirna tapi malah menghantam bahu Amelia yang lebih dulu menjatuhkan diri memeluk dan melindungi tubuh Wirna yang tak berdaya di tanah hingga pukulan Sarmini mengenai bahunya. "Oough..!" Amelia mengaduh tertahan. "Amii..! Oh ...!" Wirna berteriak keras lalu segera bangkit sembari memeluk tubuh Amelia dan mengusap bahu wanita yang ia cintai itu. Lalu dengan mata membesar ia menatap Sarmini yang masih mengayun-ayunkan sepotong kayu ditangannya. "Apa sih kamu? Segitu kasarnya tak punya perasaan!" bentak Wirna sambil menunjuk wajah Sarmini. Beberapa orang yang sudah berkerumun di tempat itu mulai bergerak melerai dan sala

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Penguburan

    Kematian Haris membuat Wirna sangat terpukul. Ia tidak hentinya menyalahkan diri sendiri. Hal itu membuat Amelia menjadi iba. Bagaimana pun mereka berdua pernah saling mencintai walau hanya delapan bulan saja berumah tangga. Namun kasih sayang bukanlah tergantung lama atau singkatnya tempo bersama. Walau Amelia sudah tidak lagi mencintai Wirna, namun ia masih menyayangi layaknya kepada insan yang tengah ditimpa musibah. "Sudahlah! Jangan menangis lagi. Haris sudah tenang di alamnya." bisik Amelia lirih. Ia berdiri disamping Wirna yang masih berjongkok di sisi tanah yang masih berwarna merah yang telah mengubur jasad Haris. "Pergilah dan tinggalkan aku sendiri!" sahut Wirna juga lirih namun terdengar jelas oleh Amelia. Suara itu benar-benar mengandung luka yang dalam. "Baiklah, aku akan pergi!" sahut Amelia lalu memutar tubuh perlahan dan mulai melangkah meninggalkan pusara Haris dan tanpa ia sadari Sarmini mengikutinya dari belakang. "Kau benar-benar telah berhasil menghancurkan

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Tebusan Sumpah

    "Bapak.. Ibu.." tersendat dan terbata-bata Haris memanggil Wirna dan Sarmini yang berada di samping tempat tidurnya. Kedua orang tuanya itu juga menangis sangat sedih menyaksikan penderitaan anak sulung mereka. "Haris, maafkan Bapak. Bapak yang bersalah Haris. huhuhu..." Wirna menggenggam kadang membelai tangan kanan Haris. Lelaki itu terlihat sangat terpukul didera penyesalan yang tiada berguna. Dalam hati ia yakin kalau apa yang terjadi kepada Haris saat ini adalah tebusan sumpah yang pernah ia ucapkan sendiri. Sementara itu mata Haris hanya memandang kosong ke arah kedua orang tuanya secara bergantian. Sedangkan Sarmini mengelus lengan kiri Haris yang cacat. Hati ibu mana yang tidak teriris melihat putranya tak berdaya dan tergolek penuh luka. Kepala Haris diperban dengan selang terpasang dihidung dan beberapa peralatan medis lainnya yang menempel ditubuh kecil Haris. 'Pak, Bu. Berhentilah bertengkar. Setelah Haris pergi, tolong jaga Riski sebaik mungkin. Haris lelah dan ingin

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Jebakan Salma

    Kepergian Mois membawa Amelia meninggalkan rumah sakit meninggalkan kekesalan dan kekecewaan di hati Salma. Entah sudah berapa kali wanita muda itu memaki-maki sendiri. "Nggak abis pikir deh sama pikiran Bang Mois. Kok dia malah lebih tertarik kepada perempuan tua itu dibanding aku yang jauh lebih muda dan lebih cantik. Huh..! Dunia sekarang emang makin edan, makin banyak saja lelaki muda yang lebih memilih pasangan lebih tua. Haah... gagal sudah usahaku untuk mendapatkan Bang Mois. Padahal aku sudah menyukainya sejak pertama bertemu di saat persiapan pesta pernikahanku dengan Mas Farzan empat tahun lalu. Andaikan aku lebih dulu mengenal Bang Mois tentu aku akan menolak ajakan Mas Farzan untuk menikah." Salma terus saja mengoceh dan bersungut-sungut di pojok sebuah ruangan rumah sakit yang mulai tenang. Tidak ada lagi gerombolan orang-orang berkerumun seakan tidak pernah ada keributan disana. Orang-Orang yang tadi berkerumun telah kembali ke urusan masing-masing. Ada yang kembali k

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Sekedar Penjaga

    "Jangan berbuat sekasar itu! Kelewatan!" bentak lelaki yang tiba-tiba saja muncul itu terdengar berdesis bagaikan ular cobra yang siap menyemburkan bisanya. Suasana yang tadi riuh dan panas mendadak sunyi serta mencekam. Semua mata tertuju ke arah Sarmini dan lelaki asing yang terlihat bertatapan disertai pertentangan bathin. "Siapa kamu?" tanya Sarmini juga mendesis. Matanya menyipit dan ia berusaha melepaskan tangannya yang masih dicengkram lelaki dihadapannya tersebut. Namun si lelaki asing semakin memperkuat cengkramannya hingga Sarmini makin meringis. "Siapa aku tidaklah penting. Tapi jika kamu masih menyakiti Amelia, maka aku akan selalu muncul. Ingat itu!" ancam si lelaki tersebut lalu melemparkan tangan Sarmini ke samping. "Siapa laki-laki ini? Ia sangat tampan dan masih muda. Jangan-jangan dirinya adalah adik kandung Amelia." hati Sarmini bertanya-tanya seraya memandangi lelaki yang baru saja melepaskan cengkraman ditangannya. "Tapi mengapa ia terlihat seperti mencintai

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Keributan Di Rumah Sakit

    Hari itu Amelia tidak datang ke kantor polisi untuk menemui Mois. Kabar dari rumah sakit membuat Amelia harus membatalkan rencananya untuk menemui calon suaminya yang sudah lima hari mendekam di dalam tahanan tersebut. Kasus Mois akan segera naik ke persidangan jika berita acara sudah dianggap sempurna. Dengan bergegas Amelia berjalan di koridor rumah sakit tempat Haris mendapat perawatan. Di sana sudah ada Wirna yang juga terlihat menunggu resah. "Ami!" sapa Wirna langsung menyambut kedatangan Amelia dengan sikap mesra. Ia kembali merengkuh bahu wanita itu dan berjalan bersama menuju ruang dokter. "Bagaimana keadaan Haris, Bi?" tanya Amelia cemas. Entah karena hatinya telah mencair terhadap Wirna atau hanya terbawa keadaan saja, tapi yang jelas sikap Amelia sangat jauh melunak kini terhadap Wirna. Mereka terlihat sangat kompak dan akur bahkan sepintas terlihat mesra layaknya seperti dulu sebelum mereka berpisah. "Ayolah kita ke ruangan Dokter! Abi juga belum sampai kesana. Tadi p

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Hanya Tatapan Luka

    Pintu ruang tahanan terbuka lebar. Mois dikawal menuju sebuah ruangan tempat ia diizinkan untuk menerima tamu. "Pasti Amelia yang datang." terka hati Mois dengan menyunggingkan senyum bahagia dibibirnya. Dirinya sangat merindukan wanita yang dicintanya itu. "Silahkan!" ucap petugas polisi yang mengantar Mois ke ruang khusus tersebut. "Terima kasih!" sahut Mois mengangguk sopan. Pintu segera ditutup si petugas dan terdengar bunyi dari lubang kunci tanda pintu tersebut dikunci sang petugas dari luar. Mois membalikkan tubuhnya menghadap ke arah sepasang kursi tamu yang ada di dalam ruang yang tidak begitu besar itu. Disana hanya ada dua buah kursi dengan posisi berhadapan yang dibatasi oleh sebuah meja yang tidak begitu lebar. Agak tercenung Mois melihat seorang wanita yang duduk menunggunya disana. Wanita itu bukan Amelia yang ia kira, tapi seorang perempuan bertubuh ramping dan terlihat lebih muda. Rambutnya tergerai indah berwarna coklat coca-cola. Bergegas Mois mendekat dan l

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Dua Kemungkinan Saja

    Sirene ambulan meraung memecah terik panas matahari sore itu. Tubuh kecil Haris tergolek tidak berdaya di atas bangsal ambulan tersebut. Pakaian yang membungkus tubuhnya sebagian besar telah dibasahi darah. Bau anyir memenuhi kabin bagian belakang mobil penyelamat yang terus melaju kencang membelah keramaian jalan. "Haris..., bangun Nak..! Bapak tidak mau melihatmu seperti ini, huhuhu.." Wirna tiada hentinya meratapi nasib malang yang menimpa putra sulungnya tersebut. Ia tertunduk lesu di samping kanan bangsal tempat tubuh Haris tergolek lemah dan tak sadarkan diri. Tidak berbeda dengan Wirna, Amelia juga melakukan hal yang sama. Wanita yang sudah menganggap Haris seperti anak kandungnya itu tiada hentinya menangis. Ia terduduk lesu disebelah kiri Haris. Amelia tidak sanggup lagi berkata-kata, hanya seribu rasa berkecamuk di dalam hatinya. Ada rasa penyesalan mengapa ia tidak menyadari dari semula kalau pembicaraannya dengan Wirna akan di dengar Haris dan akan membuat bocah polos

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Pertengkaran Sengit

    "Duduklah Kang!" Amelia mempersilahkan Wirna yang masih berdiri kaku. Mereka seperti orang baru kenal saja. "Iya!" sahut Wirna singkat kemudian duduk di sebuah sofa di ruang tamu rumah Amelia. Amelia juga melakukan hal yang sama. Ia menduduki sebuah sofa yang posisinya berhadapan dengan Wirna. Diantara mereka berdua dipisahkan oleh sebuah meja kaca yang tidak begitu lebar. Beberapa detik berlalu begitu saja. Belum ada yang memulai untuk bicara. "Aku sangat senang melihatmu sudah sembuh sekarang, Kang. Dan aku mohon maaf atas semua perbuatan yang telah dilakukan oleh Mois terhadapmu." akhirnya Amelia bicara juga dan memecah kebuntuan diantara mereka berdua. Ucapan Amelia yang kaku membuat wajah Wirna memerah. Tampaknya ia sangat tidak suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Amelia. Bukan kalimat itu yang ia harapkan keluar dari bibir Amelia. "Aku...? Kang..? Sejak kapan Ami memanggil Abi seperti itu? Sejak Ami sudah pandai berselingkuh dengan lelaki jahanam itu, hah?" hardik Wirn

DMCA.com Protection Status