Yuhu ... 🍃
_____
Tujuh puluh juta. Total biaya renovasi rumah orang tua Keira. Ia menggigit jari sesaat setelah dijelaskan tukang borongan juga tetangganya yang memang sudah terkenal sering pimpin proyek renovasi rumah.
"Karena yang atas kita bongkar total, Mbak, kabel-kabel listrik juga harus kami ganti. Nanti saya panggil orang yang tau dan bisa rapihin kabel."
"Tapi mahal sekali, Pak, saya belum sanggup. Apa bahan-bahannya semahal itu?" Keira masih coba negosiasi.
"Bisa, Mbak, tapi saya nggak jamin kokoh. Harga segitu sekaligus ganti genteng, karpetnya, plester anti bocor, dan lainnya. Saya ngecek dinding belakang juga mulai rapuh, Mbak. Maksud saya, sekalian semua aja mana yang harus di renov, sekalian, jadi Mbak Keira nggak bolak balik habisin uang."
"Langit-langit rumah, juga kita ganti aja. Di cat ulang semua."
Hai lagi ... 🍃______"Duh, nggak deh, kalau kita numpang tinggal sama Reynan. Apa kata tetangga, Mal ...!" Keira memprotes hal tersebut. Sementara Kemal miris melihat rumah mereka. Tak bisa ditiduri juga."Ya terus Mbak maunya gimana? Udah mau malam, mau cari kontrakan? Nggak gampang. Mau di hotel? Belagu amat kita stay di sana. Harga semalamnya bisa buat makan tiga hari. Jangan ngaco, deh, Mbak."Benar juga, Keira tak berpikir ke sana. Ia melirik Kemal yang berdiri di garasi masih memakai baju kerja. Koper pakaian mereka sudah rapi dan siap angkut, tapi mau ke mana?"Besok udah mulai renov, Mbak. Lo mau kita ngegembel? Di depan mata ada yang sedia buka pintu lebar buat kita, kenapa harus ditolak? Pacar lo juga, kan? Lo nggak kumpul kebo karena ada gue dan nanti Bapak Ibu. Gratis juga." Kemal menggebu-gebu, jika menuruti gengsi Keira, pasti maunya di hotel, tapi Kemal sadar itu bukan pilihan bijak.Keira menggaruk pelipisnya, berpikir lagi, iya ... nggak ... iya ... nggak ... iya ..
Lanjut kuy 🍃Reynan tak bisa tidur, di kamar lain ada kekasih hati yang terlelap, mungkin.Ia miringkan tubuh, berpikir kapan waktu yang tepat untuk membawa Keira ke bunda. Jika adiknya sudah tau karena Reynan suka cerita saat mereka berteleponan.Reynan mendengar suara pintu terbuka, ia segera beranjak berjalan cepat keluar kamar. Terlihat Keira berjalan ke arah teras, memakai baju tidur celana panjang dengan atas lengan pendek warna marun.Keira berdiri menatap rumah yang akan di renovasi esok hari. Ia takut biayanya jadi membengkak, tak enak hati dengan Reynan."Kenapa?" Kedua lengan kekar itu memeluk bahu Keira dari belakang. Sempat terkejut tapi Keira tak mempersoalkan pelukan itu. Ia butuh dada untuk bersandar."Aku nggak enak sama kamu, Nan. Uangmu pasti keluar banyak nanti. Aku cicil ya, tolong terima."Reynan mengeratkan pelukan, ia tempelkan pipinya di atas kepala Keira lagi."Nan, jawab, dong," cecar Keira.Reynan memejamkan mata, begitu nyaman memeluk janda cantik itu. Ra
Cie cie ... 🍃______Keira menampar keras wajah Bastian. Sembarangan peluk-peluk, kesal sekali Keira jadinya."Pergi kamu!" usir marah Keira. Bastian tak peduli, ia kembali memeluk paksa Keira dan suara Rini menjatuhkan baskom menjadi pemisah pelukan."Bapak jangan sembarangan peluk bos saya, ya! Saya panggil pekerja bangunan di depan biar Bapak disemen, mau!" omel Rini.Keira menatap garang."Sini, Mbak!" Rini menarik mundur Keira kemudian Minah menyiram Bastian dengan segayung air."Pergi Bapak! Nggak tau sopan santun! Mbak Keira kacarnya Mas Reynan! Jangan asal main peluk!" Minah juga tak kalah emosi. Bastian basah kuyup dari wajah hingga pakaian kerjanya lepek. Ia hanya bisa menatap nanar Keira yang begitu menunjukkan kilat kebencian untuknya.Bastian pergi, tak pamitan secara verbal tapi hanya tersenyum masam. Ia usap wajahnya yang basah sambil berlalu. Keira berkacak pinggang, tapi berterima kasih dengan kedua asistennya juga."Ayo kita ke dalam, Mbak, kue siap di panggang. Mba
Nah lho ... 🍃______Cinta itu buta, tapi tetap harus pakai logika jika tidak yang ada malapetaka.Supermarket tujuan Keira dan Reynan cukup ramai, ya namanya juga hari sabtu apalagi di Jakarta, ya, kan?Keranjang belanja di dorong Reynan, lelaki itu sangat santai karena memakai kaos lengan panjang warna krem, celana pendek selutut warna hitam dan sandal santai. Sepertinya mulai tertular Keira cara berpakaian sehari-harinya."Mbak, aku mau cerita ke kamu?" Reynan berdiri mepet di sisi kanan Keira yang sedang membaca bagian belakang sereal. Keira memang suka sarapan atau untuk makanan selingan. Sereal, susu plain ditambah potongan buah.Semenjak mulai kerja kantoran makanan itu jadi sering ia konsumsi karena hemat waktu."Cerita apa?" Keira meletakkan kotak sereal bentuk bintang itu ke dalam keranjang belanja. Ia be
Met baca 🍃_______Reynan makan malam bersama dengan semua anggota keluarga Keira. Ibu dan Keira memasak, bapak beberes kamar karena kamar Kemal dipakai bapak dan ibu, Kemal jadi tidur bersama Keira dengan kasur lipat di lantai."Makan yang banyak, Nak Reynan, maaf masaknya tumisan dan ikan pesmol. Keira tadi bilang bosen masak daging-dagingan.""Iya, Bu. Jujur aja, saya mau dimasakin apa aja sama Mbak Keira pasti saya makan, nggak mau pilih-pilih."Ines melirik. "Mas Reynan bukannya picky eater, perasaan dulu kalau nggak makan pake daging mogok makan, deh." Kedua alis mata Ines naik turun. Sengaja meledek sepupunya. Reynan mencebik bibir atasnya, kesal dan malu."Oh, gitu," timpal Keira seraya tersenyum penuh makna ke Reynan yang berdeham."Tapi bagus, dong, jadinya sekarang Mas Reynan makan semuanya. Perub
Back again 🍃_______Keira tampil rapi dan sopan, seperti ciri khasnya walau kali ini tak memakai kaos, jeans dan sandal. Pakaiannya cukup menunjukkan sisi dewasanya yang sudah berada diambang angka 29 tahun.Blouse, celana denim coklat muda, sepatu teplek warna hitam, tas tangan, ia jadikan outfitnya sore itu.Ia berdiri di loby kantor, menunggu Reynan yang katanya sudah absen sore.Benar saja, dari kejauhan sudah terlihat tubuh tinggi tegapnya. Berjalan dengan senyum mengembang menghampiri Keira."Cantik banget," pujinya seraya mengusap pelan kepala Keira."Ya, dong. Biar tetap bisa imbangin kamu." Mendengar itu Reynan tertawa. Baru hendak menggandeng tangan Keira, ia dipanggil teman kerjanya, berlari sambil menggendong bayi."Titip anak gue bentar, gue mau ke toilet, kebelet. Eh, halo, Mbak ... calonnya Rey, ya... salam kenal! Sebentar, ya!" Wanita itu terbirit-birit ke toilet. Keira menatap bingung juga aneh."Emang boleh kerja bawa anak?" tanyanya."Boleh. Dia doang, anaknya dir
Met baca 🍃_________"Aku nggak suka sama ide kamu," protes Reynan saat mereka mampir jajan malam hari di roti bakar warung tenda langganan Reynan dekat komplek perumahannya."Nggak setujunya kenapa? Bukannya ini jadi cara aku buat buktiin aku bisa sukses?""Kenapa tolak bantuanku." Lirikan Reynan tajam, tapi Keira tak terpengaruh, ia tau emosi Reynan masih cukup belum matang, beda dengan dirinya."Kamu udah terlalu banyak, Nan. Aku yakin bisa untuk atasi." Reynan diam, ia tak mau berdebat dengan Keira karena akan kalah juga.Akhirnya Reynan ikuti keputusan calon istrinya. Rasa khawatir coba ia kesampingkan juga. Masalah pernikahan, keduanya sepakat akan menunda hingga rumah selesai.Suasana juga sedang panas, ia tak mau tergesa-gesa takut situasi semakin memburuk."Masih sakit bekas tamparan Bunda, Nan?" Jemari Keira mengusap wajah Reynan yang tersenyum tipis."Lebih sakit lihat kamu ditampar Bunda dan dihina." Ia menatap Keira dengan perasaan tak enak hati."Aku nggak apa-apa. Ayo
Met baca, ih nggak kerasa udah 40an bab ya 🍃______Buka lowongan menjadi rencana Keira selanjutnya. Rumah yang di renovasi sudah selesai, ia begitu haru dan senang karena bangunan kokoh. Terhitung total biaya tak sampai enam puluh juta, Keira lega karena uang Reynan tak perlu membengkak.Dapur baru yang dibangun di garasi rumah juga apik, pintu sambung langsung ke dalam rumah dari area dapur tersebut juga ada, jadi jika butuh sesuatu tak perlu lewat teras depan."Mas, freezee besarnya kapan sampai?" Keira bicara di ponsel dengan pengantar barang belanjaannya. Ia baru membeli freezeer besar dan show case."Oh, udah di jalan, oke makasih, ya." Kemudian Keira kembali mengawasi Rini dan Minah yang sedang menata makanan untuk catering kantor. Kembali 100 porsi mereka handle.Kali ini Ervan selain menjadi petugas pengantar, juga ikut kerja dengan Keira sebagai salah satu timnya. Ervan yang melepas usaha minuman dan jusnya ke ibu bapak juga sepupunya, begitu senang saat Keira memintanya be