Sesampainya di sekolah, Valen mengajar dengan semangat. Kadang-kadang dia tersenyum saat melihat Karly. Entah kenapa dia merasa Karly ini seperti anak yang dia kandung di rahimnya sendiri. Sepanjang hari dia banyak memberikan perhatian kepada Karly. Dia tahu walaupun anak ini belum terlalu mengerti akan persoalan orang tuanya tapi anak ini mungkin terluka melihat pertikaian antara orang tuanya pasca perselingkuhan yang dilakukan Jojo itu. Karena itu, sedapat mungkin dia memberikan banyak perhatian kepada Karly, hingga membuat iri beberapa teman Karly lainnya yang tidak mendapatkan perhatian seperti perhatiannya pada Karly. Tapi Vallen tidak memperdulikan semua itu. Di hatinya ada hanya ada Karly, dan tanpa dia sadari dia telah melakukan hal-hal yang menjurus seperti memberikan perhatian yang sangat besar kepada Karly, supaya nantinya dia betul-betul bisa menjadi ibu bagi Karly, menggantikan Jojo yang telah mengecewakan ayahnya Karly itu. Saat menunggu jemputan, Valen juga sudah be
Valen menunggu hingga dia melihat di aplikasi WA-nya sudah tertulis berdering, yang berarti panggilan WA-nya ke nomornya Evan sudah masuk. Sekarang dia menunggu. Menunggu hingga terdengarnya suara yang dia rindukan, yaitu suaranya Evan. Tapi kemudian apa yang dia nantikan itu tidak terjadi karena panggilan teleponnya ini tidak pernah diangkat di seberang sana. Tidak mau patah semangat, Valen kembali menekan tombol Panggil untuk kembali memanggil nomornya Evan ini. Tapi kali ini nomor yang dia panggil ini cuma terlihat tampilan memanggil, yang berarti nomor handphonenya Evan sudah tidak lagi aktif. Ini mencurigakan. Karena sebelumnya nomor WA-nya Evan masih aktif. "Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak mau menjawab panggilan teleponku? Dan kenapa dia menonaktifkan handphonenya? Apa dia sengaja menghindariku?Atau Apakah dia sedang ada meeting di kantornya yang tidak bisa diganggu? Apakah itu yang terjadi atau dia berencana untuk kembali kepada istrinya dan melupakan aku? Apakah dia
Roy tertawa mendengar kata-kata Valen itu. Sambil melirik layar handphonenya dia mengambil minuman untuk Valen. Dia cukup puas karena Evan sudah membaca pesan WA yang dia kirimkan tentang kedatangan Valen ke meja barnya. "Apa kamu ingin orange juice?" tanya Roy. "Apa itu minuman yang biasa diminum Evan di sini?" tanya Valen balik. "Tentu saja tidak. Di masa SMA-nya dia adalah pemabuk bahkan sampai masa kuliah-nya. Dia adalah pemimpin tawuran. Aku sempat mengira dia akan menjadi kepala preman tapi ternyata nasib berkata lain. Dia memilih untuk menjadi anak yang alim, menjauhi teman-temannya yang berantakan dan kemudian menjadi bapak yang sangat baik dan suami yang sangat baik bagi istrinya.""Sebelum istrinya menghancurkan hubungan mereka itu, kan?""Ya. Mereka adalah pasangan serasi sebelum istrinya menghancurkan dirinya. Aku tidak pernah melihat dia sedepresi sekarang ini. Dia sempat ingin bunuh diri. Dia begitu hancur karena pengkhianatan istrinya itu.""Kasihan dia.""Ya. Oh iy
Kata-kata Roy tidak digubris oleh dua orang pria mabuk ini mereka mulai mencolek bagian buah dada Valen. Valen berteriak marah atas perbuatan mereka. "Kalian kurang ajar! Jangan menggangguku!""Katakan berapa kami harus membayarmu semalam. Kami berdua ingin main bertiga denganmu," kata pria yang di sebelah kiri. Roy yang melihat keadaan semakin berbahaya bagi Valen ini, berusaha mengontak satpam Cafe ini untuk datang mengatasi keadaan. Tapi saat itulah salah satu di antara pria mabuk itu sudah mendapatkan pukulan dari arah belakang. Pukulan itu membuat pria yang berada di sebelah kiri Valen langsung mengaduh kesakitan dan melepaskan tangannya dari Valen. Sementara pria lainnya yang berada di sebelah kanan sudah ditarik oleh seseorang dari belakang kemudian orang itu memukul pria itu hingga pria itu jatuh terduduk ke lantai. Valen segera menoleh ke belakang dan di sana dia segera melihat mata teduh yang selama dua minggu ini selalu membuat dia tenang yaitu mata teduh dari Evan, p
Evan menggelengkan kepalanya. "Aku takut.""Takut kenapa?" tanya Valen sambil menatap pria yang berada di sampingnya yang sedang mengemudikan mobil ini. "Aku takut membuat aku seperti mempermainkan kamu seharusnya aku tidak melakukan ini.""Apa maksudmu? Kamu tidak mempermainkan aku, Evan! Aku ikhlas. Aku cuma ingin bersamamu.""Masa depanmu cerah, Valen. Kamu masih muda. Seharusnya kamu bersama dia yang seusia kamu, bukan bersama aku.""Aku memilih untuk bersamamu. Kamu Jangan jadikan itu alasan!" Valen mulai meninggikan nada suaranya. "Seseorang yang mencintai itu harus memberikan yang terbaik untuk orang yang dia kasihi. Dan aku yakin kamu bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku saat kamu meninggalkan aku. Apalagi aku cuma seorang pria yang terjebak dalam pernikahan yang tidak berbahagia dengan seorang wanita tukang selingkuh, dan aku tidak mampu untuk meninggalkan wanita itu dan membiarkan anak-anakku menjadi korban perceraian orang tua.""Tapi kalau kamu terus bertahan d
Keduanya saling kecup dengan sepenuh rasa seakan sudah lama terpisah. Evan menghisap bibir bawah sang ibu guru hingga terdengar rintihan dari mulut Valen. Setelah ciuman dari Evan mulai agak pelan, Valen sedikit mendorong tubuh Evan. "Jangan di sini. Jangan di dalam mobil seperti ini," kata Valen sambil menatap penuh kerinduan kepada Evan.Valen tidak mengerti mengapa pria yang sebenarnya bukan miliknya ini sudah mulai mencuri hatinya, karena itu, sikap Evan yang agak menjauh padanya pada hari ini, membuat dia sempat khawatir.Valen khawatir akan kehilangan Evan, pria yang mulai singgah dalam hatinya apalagi setelah hubungan panas yang mereka lakukan semalam.Evan menatap Valen. Dia melihat kegalauan di hati Valen. Dia melihat kesedihan Valen. Karena itu, setelah menghela nafas sekali, Evan berkata, "boleh. Tapi dimana?""Bagaimana kalau kita makan malam dulu? Aku lupa makan. Lagian, aku ingin curhat.""Kenapa? Kamu bisa sakit, Valen."Valen tidak menjawab. Masih malu mengatakan
"Hahaha. Kok dibuka, sih?" kata Valen sambil ngintip di bawah sana.Evan baru menyadari kalau Valen mengintip yang sedang dia lakukan di bawah sana.Buru-buru Evan memakai tangannya untuk menutup propertinya yang keluar karena berkembang besar sehingga penuh sesak kalau tetap terkurung di dalam celananya.Valen menaikkan wajahnya ke atas sambil tersipu malu. Walaupun, dia sudah pernah melihat pusaka milik Evan itu, tapi saat ini, dia tetap merasa malu saat kembali melihat benda besar itu.Mungkin karena saat ini mereka berdua berada di tempat umum sehingga dia merasa malu. Selain malu, ada sesuatu yang mendesir di dada Valen saat dia melihat benda itu."Kok aku terus mengingat benda itu, sih? Ugh, pasti karena ukurannya yang gede.""Apa?""Hah? Kamu bisa mendengar kata-kataku?" Valen jadi sangat kaget."Iya. Kamu bilang punyaku gede.""Aku kira aku mengatakannya dalam hati tadi. Duh, malunya." Wajah Valen merah seperti kepiting rebus karena malu dengan kata-katanya tadi.Tapi, kata-k
Evan baru saja memutuskan untuk melangkah pulang ke rumahnya, ketika pintu kamar di depannya ini terbuka.Valen menatap Evan. Dia melihat keraguan di wajah Evan, juga melihat keraguan di mata Evan, antara ingin masuk ke kamarnya atau ingin menghindarinya.Karena itu, Valen ingin membuat Evan mendapatkan kepastian. Dia langsung memegang tangan Evan dan menariknya masuk ke dalam kamar.Setelah itu, Valen mendorong tubuh Evan di dinding sebelah pintu kamarnya. Dia langsung menutup pintu kamarnya dan mengecup bibir bawah Evan dengan penuh nafsu.Valen langsung menempelkan tubuhnya pada tubuh Evan, menggesek-gesekkan tubuhnya di permukaan tubuh Evan sambil mulutnya mengecup Evan dengan dahsyat.Ciuman panas Valen ini, membuat pergerakan hebat mulai terjadi lagi di bagian bawah tubuh Evan.Batang kejantanan Evan yang sebelumnya sudah turun, kini naik lagi. Batang itu mulai berontak lagi karena merasakan sensasi yang terjadi saat tubuh Valen menggesek-gesek batang itu.Gesekan demi gesekan y
"Apa itu?" tanya Evan tanpa melihat ke arah Jojo."Ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta denganku. Momen yang pernah kamu bilang padaku. Momen saat pertama kalinya kamu melihatku. Momen saat kamu menatap wajahku dan bagai terkena magic, menembus hingga di kedalaman hatimu sehingga hari-harimu selanjutnya, kamu habiskan hanya untuk memikirkanku. Ingatlah itu, Evan. Please ..." pinta Jojo.Evan terdiam. Momen seperti yang diceritakan Jojo itu, memang adalah momen indah yang pernah dialami Evan belasan tahun yang lalu. Saat dia pertama kali bertemu dan jatuh cinta pada Jojo.Tapi kemudian Evan mendengus dan berkata, "Aku akui. Momen itu pernah menjadi saat terindah dalam hidupku. Pernah menjadi saat paling membahagiakan dalam hidupku. Tapi, semuanya sudah hilang lenyap tersapu angin saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan perselingkuhan yang kamu lakukan dengan Rahul itu!""Please, Evan. Berikan aku satu kesempatan. Ingatlah momen itu, momen yang membuat kamu bersemangat untu
Beberapa waktu kemudian, sebuah acara megah dilangsungkan di kompleks mega proyek, mega building yang sebelumnya sebenarnya akan dinamakan Jojo Land itu, kini berubah nama menjadi Valen Land.Selain perubahan nama, acara pada hari ini, juga bertajuk acara peresmian untuk mega proyek yang sudah dijalankan dibuat selama belasan tahun terakhir ini dan memakan areal terbesar di negeri ini bahkan terbesar se Asia Tenggara. Mega proyek ini menyerap banyak sekali tenaga kerja dan menjadi kebanggaan negeri ini karena di tempat ini, ada banyak sekali gedung-gedung tinggi yang dibangun, yang tingginya bahkan menyaingi gedung-gedung tinggi di Dubai. Gedung-gedung itu ada yang berupa perkantoran, perhotelan, apartemen yang di bagian bawahnya ada mall-mall besar yang siap untuk menantang mall-mall yang sudah ada di kota ini.Banyak sekali petinggi negeri yang hadir dalam acara ini karena ini adalah proyek prestisius yang membuat banyak petinggi negeri yang diundang yang langsung menyempatkan dir
Tubuh Valen sudah agak condong ke depan, tidak lagi berposisi duduk seperti tadi, dia agak condong ke depan dan melepaskan dua tangannya dari pegangan tangan Evan.Karena tubuh Valen yang agak condong ke depan ini, membuat Evan langsung menyentuh tonjolan di bukit kembar yang terawat bagus milik Valen ini.Tonjolan itu sudah tegak karena sejak tadi merasakan kenikmatan yang berkesinambungan sehingga saat jari-jari tangan Evan mulai menyentuh tonjolan itu, maka hal ini menjadikan arus kenikmatan yang lebih lagi bagi tubuh Valen.Batang gede milik Evan masih berukuran maksimal dan masih terus menyentuh bagian-bagian sensitif di dalam tubuh Valen sehingga Valen menggelinjang semakin hebat dan ditambah dengan sentuhan-sentuhan jari yang sangat berpengalaman yang dilakukan oleh Evan, membuat beberapa saat kemudian Valen langsung menjerit kencang lagi, dia mendapatkan lagi kenikmatan yang dia cari.Setelah itu, Valen langsung merebahkan tubuhnya ke pembaringan di samping Evan dengan tubuh m
Valen kembali menarik-narik rambut Evan, pertanda ada suatu rasa yang tidak tertahankan yang sedang dia rasa.Valen terus berteriak-teriak, meracau tanpa arti, menjerit untuk mengungkapkan apa yang sedang dia rasakan saat ini.Hingga akhirnya Valen berteriak kencang seiring dia merasakan ada suatu cairan yang meninggalkan tubuhnya.Valen terhenyak dalam kenikmatan, merasakan puncak kenikmatan pertamanya pada malam ini dan puncak kenikmatan itu diraihnya dengan sangat istimewa karena dilakukan dengan penuh kenikmatan oleh seorang pria yang sangat mempesona hatinya.Evan tersenyum mendapati kalau aksinya mulai berhasil. Itu terbukti dengan basahnya bagian inti tubuh wanita yang dia cintai ini.Evan ingin berkreasi, lidahnya kembali menyusuri benda kenyal milik Valen di depan wajahnya ini.Hingga beberapa saat kemudian, dengan ahlinya, Valen yang sudah sempat merasakan puncak pertamanya, kini mulai menggerak-gerakkan pinggulnya tanda hasratnya mulai naik lagi.Evan sangat senang melihat
Tak henti, Valen mengerang nikmat. Gemas menahan geli yang diwujudkan Evan di tubuhnya. Diremasnya pundak Evan dengan sentuhan yang tidak kalah panas.Evan masih merajalela di bagian dada Valen, membuat gairah Valen semakin melonjak tinggi.Lidah Evan melakukan variasi di pucuk bukit kembar nan ranum ini. Kadang menjilat, kadang menghisap untuk membuat Valen semakin berhasrat.Jerit dan rintihan Valen, sesekali terdengar, melukiskan betapa dia telah hanyut terbawa arus kenikmatan yang mencekam jiwanya.Jeritan dan rintihan itu juga menandakan kalau Valen semakin melambung dalam gairah yang tak bertepi.Evan mengerti kalau kekasih cantiknya ini telah semakin terlena dalam menikmati kebersamaan mereka.Karena itu, Evan tidak mau kehilangan momentum ini, tangan kanannya dengan lembut ia gerakkan untuk merebahkan tubuh indah Valen ke permukaan satu-satunya ranjang di kamar ini.Mata Valen terbuka dan menatap ke arah baju yang dipakai oleh Evan.Tanpa berkata-kata Valen seolah meminta Evan
Evan sempat ke apartemen sebelah untuk menemui anak-anaknya. Setelah itu, dia kembali kembali ke apartementnya Valen. Saat Valen membuka pintu apartemennya, dia melihat Evan berbincang-bincang dengan beberapa orang yang terus memanggil Evan dengan sebuah 'bos besar."Setelah mereka pergi, Valen bertanya, "kenapa mereka memanggilmu bos besar, Evan?" tanya Valen sambil menggeser tubuhnya agar Evan bisa masuk ke dalam apartemennya. "Mereka adalah karyawanku. Mereka adalah anak buahku.""Berarti kata-katamu sebelumnya, itu memang betul. Kamu memang memiliki banyak gedung seperti yang kamu bilang tempo hari?""Ya dan aku sementara siapkan sebuah megaproyek yang terdiri dari apartemen, hotel, mall dan perkantoran khusus untukmu dan akan aku beri nama Valen Land.""Valen Land?""Ya." Evan tersenyum. Sebenarnya dia tahu, mega proyek itu awalnya dia siapkan untuk Jojo. Mega proyek itu sudah dia siapkan sejak belasan tahun yang lalu untuk wanita yang sangat dicintainya saat itu, tapi belaka
Saat Evan turun ke arah gundukan harta karun Valen, dia mulai menggigit lembut kulit Valen... membawanya ke dalam mulut dan menggigitnya dengan lembut.Lalu pindah ke tempat lain dan mulai lagi. Evan mencium bau kewanitaan yang indah dari cairan panasnya Valen saat dia mendekati gundukan Valen.Pinggul Valen menekuk ke atas mencoba mendorong liangnya ke wajah Evan. Evan menjilat dengan lembut di atas dan di sekitar gundukan Valen dan kemudian melanjutkan untuk mencium dan menjilati paha lainnya. Rasa frustrasi Valen memuncak, Evan mendengar erangan keras Valen dan berjuang untuk melepaskan tidak hanya ikatannya tetapi juga gairah pria di atas tubuhnya itu. Saat Evan mencapai bagian atas paha Valen yang lain, tangan Evan mengembara di sepanjang bagian dalam paha dan dengan lembut menyentuh liangnya Valen.Jari-jari Evan meluncur di sepanjang pintu masuk yang licin saat lidahnya menyusuri paha Valen. Kaki Valen merapat lagi mencoba menangkap tangan dan kepala Evan saat tubuhnya berg
Evan menarik syal yang disembunyikan Valen di bawah bantal. Mengikat kedua tangan Valen dengan erat, Evan mengikatnya ke kepala tempat tidur. "Apa yang kamu lakukan?" Valen bertanya setengah dari rasa takut dan setengah dari keinginan."Saya ingin kamu merasakan efek penuh dari pijatan ini dan memastikan bahwa kamu tidak bisa pergi sampai saya selesai memuaskanmu," kata Eva sambil tersenyum sambil mengambil lebih banyak minyak pijat."Aku akan membiarkan kakimu tidak terikat sehingga kamu bisa bergerak saat aku menyentuh dan merasakan seluruh tubuhmu sebelum aku memasukkan batangku yang keras dan panas ke dalam liangmu yang mengepul," kata Evan sambil mulai mengoleskan lebih banyak minyak ke payudara Valen. "Ohhh sayang buat aku sangat terangsang sampai aku mulai berteriak." Valen mulai berteriak. Dia menggoyangkan tubuh untuk menguji ikatannya.Tangan dan jari-jari Evan berkeliaran di atas dan di bawah payudara Valen, menarik... mencubit... saat Valen bergerak perlahan di bawahn
Batang Evan mulai berkedut dan mengeras karena keindahan tubuh Valen yang terpampang di depan matanya. Pinggul Valen bergerak sedikit membiarkan batangnya Evan bersandar pada gundukannya. Valen mulai memijat batangnya Evan. "Ohhh" Evan mengerang sambil menutup mata dan merasakan sensasi dari jari-jari Valen. "Itu adalah batangku yang sudah mengeras dan dia milikmu untuk kamu lakukan sesukamu" bisik EvanSaat mereka berbaring tertindih tempat tidur. Ujung jari Valen mengusap lembut sisi dan perut Evan, turun ke pinggang Evan dan kembali lagi. "Ohhh sayang, rasanya enak sekali," erang Evan lirih. Valen merasakan pinggul Evan mulai bergerak sedikit demi sedikit saat hasrat seksual Evan mulai bangkit kembali.Valen memposisikan dirinya lebih jauh ke bawah pada tubuh Evan, mengangkangi paha Evan dan melihat pantat bulat Evan yang bagus menatap wajahnya. Valen terus menambahkan lebih banyak minyak ke seluruh tubuh Evan saat tangannya bergerak perlahan di sisi dan punggung Evan. Aro