Keduanya saling kecup dengan sepenuh rasa seakan sudah lama terpisah. Evan menghisap bibir bawah sang ibu guru hingga terdengar rintihan dari mulut Valen. Setelah ciuman dari Evan mulai agak pelan, Valen sedikit mendorong tubuh Evan. "Jangan di sini. Jangan di dalam mobil seperti ini," kata Valen sambil menatap penuh kerinduan kepada Evan.Valen tidak mengerti mengapa pria yang sebenarnya bukan miliknya ini sudah mulai mencuri hatinya, karena itu, sikap Evan yang agak menjauh padanya pada hari ini, membuat dia sempat khawatir.Valen khawatir akan kehilangan Evan, pria yang mulai singgah dalam hatinya apalagi setelah hubungan panas yang mereka lakukan semalam.Evan menatap Valen. Dia melihat kegalauan di hati Valen. Dia melihat kesedihan Valen. Karena itu, setelah menghela nafas sekali, Evan berkata, "boleh. Tapi dimana?""Bagaimana kalau kita makan malam dulu? Aku lupa makan. Lagian, aku ingin curhat.""Kenapa? Kamu bisa sakit, Valen."Valen tidak menjawab. Masih malu mengatakan
"Hahaha. Kok dibuka, sih?" kata Valen sambil ngintip di bawah sana.Evan baru menyadari kalau Valen mengintip yang sedang dia lakukan di bawah sana.Buru-buru Evan memakai tangannya untuk menutup propertinya yang keluar karena berkembang besar sehingga penuh sesak kalau tetap terkurung di dalam celananya.Valen menaikkan wajahnya ke atas sambil tersipu malu. Walaupun, dia sudah pernah melihat pusaka milik Evan itu, tapi saat ini, dia tetap merasa malu saat kembali melihat benda besar itu.Mungkin karena saat ini mereka berdua berada di tempat umum sehingga dia merasa malu. Selain malu, ada sesuatu yang mendesir di dada Valen saat dia melihat benda itu."Kok aku terus mengingat benda itu, sih? Ugh, pasti karena ukurannya yang gede.""Apa?""Hah? Kamu bisa mendengar kata-kataku?" Valen jadi sangat kaget."Iya. Kamu bilang punyaku gede.""Aku kira aku mengatakannya dalam hati tadi. Duh, malunya." Wajah Valen merah seperti kepiting rebus karena malu dengan kata-katanya tadi.Tapi, kata-k
Evan baru saja memutuskan untuk melangkah pulang ke rumahnya, ketika pintu kamar di depannya ini terbuka.Valen menatap Evan. Dia melihat keraguan di wajah Evan, juga melihat keraguan di mata Evan, antara ingin masuk ke kamarnya atau ingin menghindarinya.Karena itu, Valen ingin membuat Evan mendapatkan kepastian. Dia langsung memegang tangan Evan dan menariknya masuk ke dalam kamar.Setelah itu, Valen mendorong tubuh Evan di dinding sebelah pintu kamarnya. Dia langsung menutup pintu kamarnya dan mengecup bibir bawah Evan dengan penuh nafsu.Valen langsung menempelkan tubuhnya pada tubuh Evan, menggesek-gesekkan tubuhnya di permukaan tubuh Evan sambil mulutnya mengecup Evan dengan dahsyat.Ciuman panas Valen ini, membuat pergerakan hebat mulai terjadi lagi di bagian bawah tubuh Evan.Batang kejantanan Evan yang sebelumnya sudah turun, kini naik lagi. Batang itu mulai berontak lagi karena merasakan sensasi yang terjadi saat tubuh Valen menggesek-gesek batang itu.Gesekan demi gesekan y
Sekarang ini, dengan tubuh Valen sudah berada di atas tubuh Evan, maka, dia mulai berkreasi di atas tubuh Evan.Valen ingin membuat Evan tergila-gila padanya. Karena itu, setelah memperbaiki posisinya, dia tancapkan milik Evan itu makin dalam di dalam liang kewanitaannya.Setelah itu, Valen mulai bergoyang menjepit milik Evan di dalam liang kewanitaannya.Evan semakin terbuai. Dia merasakan kenikmatan yang berlipat ganda dari goyangan Valen yang membuat batang jumbo milik Evan terjebak dalam gairah yang luar biasa.Valen menaik-turunkan tubuhnya dengan semangat. Dia melakukan gerakan cepat nan menawan membuat desahan Evan semakin jelas terdengar.Evan menikmati jepitan Valen ini di batang kebanggaannya. Evan menikmati pijatan nikmat yang sangat fasih dilakukan oleh Valen, sehingga batang kejantanan Evan terjepit dengan pasnya."Ah ... enak. Ini sunguh enak, sayang. Ini enak." Desah Evan yang makin terbawa hasrat.Setelah selama bertahun-tahun harus menunggu dengan sabar Riris akan mau
Setelah beberapa saat, Valen mulai menggoyangkan pinggulnya untuk menandingi hujaman-hujaman yang dilakukan Evan dari arah belakang.Valen melakukan goyangannya tanpa disuruh Evan. Dia melakukannya karena ada gelombang hasrat yang mulai terasa seiring dengan tersentuhnya titik-titik sensitif di kedalaman liang kewanitaannya.Tusukan Evan itu, dengan cepatnya mengantarkan Valen dalam kabut kenikmatan yang memaksanya untuk mulai bergerilya, menandingi gerakan Evan.Evan masih terus menancapkan batang miliknya untuk dia cabut kembali hingga menyisakan kepalanya, setelah itu, dia tancapkan lagi ke dalam dengan cepatnya.Hujaman-hujaman dari batang besar milik Evan ini, membuat Valen mulai terbuai, mendesah dalam cengkeraman nikmat yang amat sangat luar biasa."Owh ... ini enakkkk. Ini enak. Evan. Oh ...""Iya, Valen. Ahhhh ... ini enakkk.""Terusin, sayang. Ahhhh.""Iya, sayang. Iya. Ahhhh ..." Evan makin menggencarkan serangannya."Makanya, sayang. Nanti kalau aku ajak ketemu lagi, kamu
Dengan posisi berdiri seperti ini, Evan terus memasukkan batang miliknya ke dalam liang kenikmatan Valen.Valen sendiri, menerima masuknya batang ini dengan menggigit bibir.Valen kembali merasakan perihnya saat liang kewanitaannya dimasuki benda besar yang berukuran tidak normal itu.Evan tidak peduli dengan ekspresi kesakitan di wajah Valen itu. Evan terus memasukkan batang kebanggaannya hingga kedalaman sana.Evan tahu kalau sedikit lagi, ekspresi kesakitan itu akan berubah jadi ekspresi menahan nikmat.Evan yakin kalau Valen sudah mulai terbiasa diterobos oleh batang besar miliknya ini. Evan yakin kalau liang kewanitaannya Valen itu, pasti sudah lebih akrab dengan benda jumbo miliknya ini.Evan menggerakkan tubuhnya ke depan dengan pelan untuk dia tarik lagi ke belakang. Evan melakukannya berulang-ulang dengan gerakan lambat hingga rasa perih yang tadi dirasakan Valen, dengan cepat menjadi rasa nikmat.Valen menikmati terobosan penuh kenikmatan yang dilakukan Evan di bawah sana.S
"Aduh ... ini enak, Evan. Aduh." Valen terus mendesah ketika tusukan-tusukan Evan semakin gencar menghantam tubuhnya."Aduh ... lebih cepat lagi, Evan. Lebih cepat sampe mentok. Auhhhh ..."Evan mengikuti kemauan Valen itu. Dia menggencarkan tusukannya. "Aduh. Punya kamu enak banget, Valen. Oh ..."Valen menandingi goyangan Evan dengan goyangan ngebor. Dia memutar-mutar benda jumbo yang masuk keluar di liang kewanitaannya itu.Valen mencengkeram kepala burung itu di kedalaman sana, pinggulnya terus memutar, memijat-mijat batang keras milik Evan yang masih keluar masuk di liang kenikmatannya."Owh ... ini enak banget, Evan.""Iya. Ahhhh ... ini enak.""Aku ingin selalu seperti ini, Evan.""Iya, Valen. Aku juga. Ahhh ...""Kamu bisa nikmati aku kapan saja, Evan. Ahhhhh ...""Iya. Ahhhhh ... aku mau banget."Keduanya terus berpacu dalam gerakan-gerakan yang semakin membuat mereka nyaman.Valen sangat menyukai benda besar milik Evan ini. Benda besar ini benar-benar membawanya dalam dunia
Evan dan Valen terus bergerak. Terus saling goyang, sama-sama berusaha meraih kenikmatan hingga akhirnya Valen berteriak kencang tanda dia sudah berhasil mencapai puncaknya.Evan juga menyusul beberapa saat kemudian. Dia sengaja membuat Valen mendapatkan puncak kenikmatan lagi, kemudian dia pun segera menyudahi permainan.Sebelum cairan cintanya menyembur di dalam tubuh Valen cepat-cepat Evan menariknya keluar hingga menyembur di luar.Setelah itu, keduanya terlentang dengan nafas memburu. Keduanya sama-sama puas menikmati permainan cinta dahsyat yang mereka alami tadi.Setelah ngos-ngosan agak hilang, Valen putuskan untuk memeluk Evan. "Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Evan."Evan tidak menjawab karena bagaimanapun dia seorang suami. Dia tidak bisa mencintai wanita lain. Hanya saja, memang dia sangat tertarik kepada Valen, apalagi Valen hadir di tengah dahaga dan kesepian yang amat sangat dan sakit hati yang dialami Evan karena perselingkuhan Jojo itu. **Di tempat lain, di malam