Share

240 POV Author

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Jenifer terus saja mengeluarkan suara rintihan kesakitan. Sebelah tangannya memegang perut bagian bawah dengan raut wajah mengerut terlihat menahan rasa sakit.

"Sabar, Jen. Sebentar lagi kita akan segera sampai," kata Yusuf yang mulai khawatir pada istri mudanya itu.

Sama halnya dengan Khaila, dia yang duduk di samping Jenifer nampak mengelus-elus bahu Jenifer.

"Iya, Mba Jenifer. Sabar ya," timpal Khaila turut cemas.

Khaila dan Jenifer memang bersekongkol. Mereka tengah berakting di hadapan Yusuf. Perut Jenifer tidak kenapa-kenapa karena mereka hanya berpura-pura demi menjatukan nama baik Mia.

"Ini semua gara-gara, Mia. Pasti wanita itu yang telah menaruh minyak goreng di kamar lantai dua," tuduh Khaila di dekat Yusuf.

"Sudahlah jangan bicara seperti itu, Khaila. Jangan membuat fitnah." Yusuf langsung menyangkal.

"Tidak fitnah, Mas. Namanya wanita dimadu pasti Mia kalap dan cemburu. Mia sendiri yang telah menyiapkan kamar di lantai dua itu." Khaila
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
zurnita zurnita
klo nulis tu yg bener thor , ude dari nana kau dapat , istri periksa kehamilan , suami ngk mendpinggi , dari judul ma alur cerira nya aja dah berantakan , cocok , penderitaan tiada henti
goodnovel comment avatar
Evi
Dulu waktu aku pendarahan masuk IGD suamiku ttep nemenin aku tuh. Yg ngurus administrasi segala macam suami aku. Masak itu ruang IGD gk boleh suaminya masuk sih aneh bgt.
goodnovel comment avatar
Fussy
thor rada rada pe.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   241 Masih POV Author

    "Tapi, Mas. Aku tidak mau diurus suster. Aku ini bukan bayi atau jompo. Aku masih bisa melakukan aktivitas sendiri kok." Tiba-tiba Jenifer mengelak."Tuh kan, Mas. Bisa kamu dengar baik-baik. Mba Jenifer ini memang wanita mandiri. Dia tak mau merepotkan siapa pun. Maka Mas Yusuf harus benar-benar memperhatikannya," celoteh Khaila turut memanas-manasi saja.Namun, tak ada balasan lagi dari Yusuf. Pria tampan dengan perawakan berisi itu tampak menatap ke arah depan, tak mau lagi menanggapi celotehan Khaila."Mas Yusuf harus bilang pada Mia kalau Mba Jenifer akan pindah ke kamar di lantai satu. Mba Jenifer akan tinggal di rumah kita selama masa kehamilan," saran Khaila sambil menaikan sebelah alisnya pada Jenifer seperti tengah memberikan kode."Itu tidak ada dalam surat perjanjian," balas Yusuf menanggapi."Jangan pikirkan surat perjanjian, Mas. Tapi pikirkan kesehatan Mba Jenifer yang tengah mengandung anak kamu, Mas. Calon penerus perusahaan Zubair. Jangan biarkan semuanya diatur ole

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   242 Kembali Ke POV Mia

    Aku menghela napas kesal. Lagi-lagi harus berpapasan dengan Khaila di waktu yang tidak tepat."Terserah kamu saja, Khaila. Saya memang tak punya kuasa di rumah ini." Aku melanjutkah langkah. Tenggorokan ini rasanya kering membutuhkan segelas air minum."Tunggu!" Khaila menahan langkahku."Apa lagi?" Aku menghentikan langkah."Jangan pernah sekali-sekali mengganggu, Mba Jenifer. Dia sedang hamil anak Mas Yusuf. Jadi kami harus legowo menerimanya," pinta Khaila menekan tanpa sopan santun."Saya tidak pernah mengganggu siapa pun. Sebaliknya, jika hidup saya diganggu dan diusik, maka saya tak akan tinggal diam," balasku tanpa merasa takut. Segera kulanjutkan langkah tanpa perduli dengan panggilan Khaila lagi. Kepala ku pusing, lebih baik membuat kopi saja di dapur. "Bu Mia, ngopi sendirian?" Ijah menyapaku. Dia baru saja tiba entah muncul dari mana."Iya, Jah. Temani saya ngopi yu. Saya tidak punya teman di sini, selain kamu," balasku."Siap, Bu." Kulihat Ijah membawa sesuatu di tangann

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   243 Ada Barang Bukti

    Mas Yusuf tampak terkejut. Sementara aku tak terlalu, karena aku merasa ucapan Khaila sering mengandung kebohongan."Siapa, Khaila?" Suamiku bertanya pada adiknya."Siapa lagi kalau bukan istri tuamu, Mas Yusuf," jawab Khaila dengan tatapan sinis dia melemparkan tuduhan padaku."Tidak!" Segera kubantah dengan tegas."Khaila, tolong jangan menuduh seperti itu." Mas Yusuf pun membantah."Mas Yusuf, pikir baik-baik. Siapa di rumah ini yang benci terhadap, Mba Jenifer," tekan Khaila yang tampak berusaha meyakinkan Mas Yusuf dengan tuduhannya.Bagaikan ular yang berbisa, tuduhan Khaila kali ini benar-benar meracuni pikiran Mas Yusuf."Saya memang tidak suka dengan, Jenifer. Tapi saya bukan wanita selicik itu. Jaga ucapan kamu, Khaila," bantahku dengan tegas tak mau kalah. Enak saja dia menuduhku tanpa bukti. Aku tak terima dengan tuduhan yang tak kulakukan sama sekali."Halah, mana ada maling ngaku!" cibir Khaila.Sementara Jenifer nampak duduk dengan anggunnya tanpa ikut mencampuri. Dia s

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   244 Hewan Lucu Apa?

    "Tidak ada, Bu," jawab Ijah. Mengejutkanku."Loh, bukannya tadi ada di tong sampah belakang?" Aku mengernyitkan dahi."Sudah saya cari, Bu. Tapi tidak ada. Padahal baru beberapa menit saja," jawab Ijah Lagi."Sudahlah, tak usah memperkeruh suasana. Kalian berdua pandai berkilah ya," sindir Khaila tersenyum tipis. Pun dengan Jenifer yang kulihat.'Ada apa dengan mereka? Sepertinya ada yang sudah mereka manipulasi,' batinku bergumam."Tidak ada yang berkilah. Belasan menit lalu Ijah baru saja membuang plastik bekas minyak horeng ke dalam tong sampah belakang, yang telah ia temukan di lantai dua. Kamu pikir Ijah berbohong?" Balasku pada Khaila."Lalu mana buktinya?" Khaila menantangku. Sementara Jenifer hanya diam dengan senyuman tipis merasa aman dan menang."Ijah kamu boleh kembali belakang," perintaku pada Ijah."Saya yakin ada seseorang yang telah mengambil barang bukti itu. Seseorang yang licik yang pandai berdusta," sindirku pada dua wanita yang ada di ruangan ini."Sudahlah, Mia.

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   245 Tikus Got!

    Aku dan Mas Yusuf tersentak. Kami saling melempar tatapan terkejut."Bukankah itu suara, Jenifer?" Mas Yusuf bertanya kepadaku."Iya, Mas. Kenapa ya?" Aku pura-pura berbalik tanya. Padahal sepertinya aku tahu penyebab Jenifer berteriak."Aarrgghh! Tolong!" Suaya Jenifer kembali menggelegar.Aku dan Mas Yusuf secara bersama-sama melangkah dengan cepat menuju sumber suara yakni kamar sebelah yang ditempati Jenifer.Hanya beberapa langkah saja, kami berdua sudah sampai di depan pintu kamar Jenifer. "Aarrgghh! Tolong!" Suara Jenifer kembali terdengar menggelegar dengan teriakannya.Mas Yusuf mengetuk pintu. "Jenifer, ada apa?" Terlebih dahulu bertanya."Tolong, Mas. Tolong!" Teriakan Jenifer dari dalam.Mas Yusuf memutar handle pintu yang ternyata tidak dikunci. Sepertinya Jenifer memang sengaja tak mengunci pintu.Pintu telah terbuka lebar. Ada debaran perasaan cemas di dalam dada, khawatir kalau rencanku akan ketahuan oleh suamiku ini.Mas Yusuf segera menyalakan lampu karena suasana d

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   246 Tertancap Paku

    Jenifer melanjutkan langkahnya. Langkah yang kali ini terlihat cepat. Nah itu dia terlihat kuat kok, mengapa tadi minta dipapah Mas Yusuf ke kamarnya dengan alasan lemah. Ah dasar muka dua!Tak mau lama mendumel dalam hati, gegas kulanjutkan niat ke ruangan tempat dispenser berada. Kuambil segelas air mineral dan meneguknya dengan lahap."Bu!" Suara sopran berdesis. Kumenoleh segera. Rupanya Ijah tengah tertawa kecil sambil membekap mulutnya."Permaisuri tengah histeris ketakutan. Apa yang kamu letakan di sana, Jah?" tanyaku berbisik pada Ijah yang tengah menahan gelak tawanya."Ini rumah steril, Bu. Tak pernah akan ada makhluk menjijikan. Saya pastikan itu," jawabnya berbisik pula."Lalu, apa?" Aku mengangkat kedua tangan, amat penasaran."Hanya mainan yang tampak real saja. Saya pegang remotnya. Saya bisa kendalikan dari balik dinding luar rumah," jelas Ijah. Dia sudah kesulitan menahan tawanya.Aku menggelengkan kepala seraya mengangkat kedua ibu jari. "Kamu benar-benar cerdas. You

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   247 Wanita Itu Pasti Berdusta

    Ijah menggelengkan kepala. Ia juga nampak menelisik. Aku masih merasakan perih pada telapak kaki. Sementara Ijah mencari sesuatu di lantai. Mungkin masih khawatir ada teman-teman paku payung yang lain."Bu, masih banyak di lantai." Ijah mengambil beberapa paku payung. Rupanya tak hanya satu.Ya ampun, kerjaan siapa ini. Jahat sekali."Pastikan tak ada paku yang lainnya, Jah. Jangan sampai mencelakai orang lain," perintahku pada Ijah."Ya, Bu." Ijah dengan teliti mencari benda runcing dan kecil itu.Tak habis pikir. Benda itu telah mencelakaiku sampai berdarah. Apa ini ulah, Jenifer? Ya, aku pikir ulah siapa kalau bukan dia."Sudah bersih, Bu. Saya akan buang benda tajam ini." Ijah langsung berjalan menuju ruang belakang. Mungkin dia akan segera membuang benda berbahaya itu.Aku berjalan dengan sebelah kaki. Satu kaki kuangkat karena masih terasa bengkak. Aku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Kamar pribadi harus selalu dikunci. Setelah kejadian ini aku harus banyak berhati-hati.

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   248 Aku Punya Rencana

    Aku menggelengkan kepala. Bisa-bisanya Khaila menuduhku."Lalu, Mas Yusuf percaya dengan laporan, Khaila?" tanyaku pada suamiku. Sedikit kesal. Bahkan tak ada senyuman sedikit pun di bibir ini."Saya tidak mudah percaya tanpa bukti. Hanya saja saya sempat terkejut dan hampir termakan laporan, Khaila. Saya melihat cairan merah menetes keluar dari telapak kaki Jenifer," jawab Mas Yusuf. Ia tampak merasa bersalah denganku."Saya tidak melakukan itu, Mas. Saya tidak sepicik itu. Saya malah menjadi korbannya." Aku meyakinkan Mas Yusuf."Sudahlah jangan dibahas lagi." Mas Yusuf mengakhiri. Dia memijat pelipisnya."Bagaimana hasil penyelidikan hari ini, Mas?" Aku mengalihkan topik."Masih nihil. Tapi sedikit banyaknya saya sudah tahu kalau ternyata Jenifer pernah membuat skandal di kantor," jelas Mas Yusuf."Skandal apa, Mas?" Kian merasa penasaran saja."Menurut penyelidikan hari ini bersama Anjani. Skandal yang pernah dibuat Jenifer kala itu, dia pernah mengalihkan data keuangan perusahaa

Bab terbaru

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   328 Cappadocia

    Satu bulan kemudian."Mas, koper punya saya mana?" Mia mencari koper miliknya. Mereka kini dalam perjalanan menuju bandara. Perut Mia kali ini sudah terlihat menonjol ke depan. Semakin nampak kalau dia tengah hamil.Sejak satu minggu yang lalu semua telah dipersiapkan. Mulai dari tiket, paspor dan perlengkapan yang lainnya. Yusuf juga telah konsultasi ke Dokter kandungan Mia. Beruntung janin yang ada dalam perut Mia dalam keadaan sehat dan bisa diajak jalan-jalan ke luar negri."Sepertinya sudah dimasukan Ijah ke dalam bagasi," jawab Yusuf menerka saja. Padahal dia tak terlalu yakin. Ia mengusap kening mengiyakan saja dari pada salah. Maklum semenjak hamil, Mia jadi sering baperan dan Yusuf paham akan hal itu."Baguslah, Mas. Soalnya saya tak melihatnya tadi. Mungkin karena Ijah telah merapihkannya." Mia bergelayut manja di dada bidang milik suaminya. Sementara supir yang mengemudikan mobil tetap fokus ke jalan raya.Bersamaan dengan itu ponsel Mia nampak berdering ada panggilan masuk

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   327 Naik Daun

    Hampir satu jam Yusuf mengantri di cafe martabak itu. Dia memijat pelipis karena baru kali ini dia rasakan rasanya menunggu sungguh membosankan."Mas, apa masih lama?" Akhirnya memberanikan diri bertanya karena sudah merasa kesal."Sebentar lagi kok, Pak. Hanya tinggal satu orang lagi," jawab pelayan cafe dengan ramahnya."Oke baik." Yusuf memutuskan untuk menunggu lagi. Semua itu semata-mata demi sang istri tercinta yang tengah mengandung buah hatinya.Dengan tambahan waktu lima belas menit akhirnya dua dus martabak pesanan Mia telah selesai dibuat dan kini sudah berada dalam genggaman. Yusuf segera kembali ke rumah. Dia sudah tidak sabar ingin melihat senyuman istrinya malam ini. Apalagi imbalannya yang akan menengok dede bayi dalam kandungan, tentu saja semakin membuat dia semangat.Perjalanan malam ini sangat cepat karena suasana jalanan yang sepi Yusuf tiba di rumah lebih cepat. Ia segera masuk ke kamar menenteng dus martabak pesanan istrinya."Sayang, ini pesanan kamu." Yusuf me

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   326 Hamil

    Sampai satu hari berganti, keadaan Mia masih saja tetap sama. Tubuhnya lemas ia tak berdaya. Mual muntah. Setiap kali ada makanan yang masuk maka kembali ia muntahkan.Yusuf yang siaga, segera membawa istrinya ke Dokter. Ia tak akan membiarkan Mia kesakitan.Yusuf kini tengah memunggu di depan ruang pemeriksaan. Salah satu perawat memanggilnya atas perintah Dokter. Dia segera menghadap dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Dokter."Selamat, Pak!" Dokter wanita berlesung pipit itu menyodorkan tangannya ke hadapan Yusuf. Yusuf mengernyitkan dahi saat Dokter yang telah memeriksa istrinya itu malah mengajak berjabat tangan."Selamat untuk apa, Dok?" Yusuf kemudian bertanya karena tak paham."Selamat karena Bu Mia positif hamil. Sebentar lagi Pak Yusuf akan jadi seorang Ayah," jelas wanita berjas putih itu.Tentu saja Yusuf menyeringai senang mendengar berita yang baru saja di dengarnya."Apa!" Yusuf langsung beranjak menghampiri Mia yang duduk di atas ranjang rumah sakit usai dipe

DMCA.com Protection Status