Share

244 Hewan Lucu Apa?

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tidak ada, Bu," jawab Ijah. Mengejutkanku.

"Loh, bukannya tadi ada di tong sampah belakang?" Aku mengernyitkan dahi.

"Sudah saya cari, Bu. Tapi tidak ada. Padahal baru beberapa menit saja," jawab Ijah Lagi.

"Sudahlah, tak usah memperkeruh suasana. Kalian berdua pandai berkilah ya," sindir Khaila tersenyum tipis. Pun dengan Jenifer yang kulihat.

'Ada apa dengan mereka? Sepertinya ada yang sudah mereka manipulasi,' batinku bergumam.

"Tidak ada yang berkilah. Belasan menit lalu Ijah baru saja membuang plastik bekas minyak horeng ke dalam tong sampah belakang, yang telah ia temukan di lantai dua. Kamu pikir Ijah berbohong?" Balasku pada Khaila.

"Lalu mana buktinya?" Khaila menantangku. Sementara Jenifer hanya diam dengan senyuman tipis merasa aman dan menang.

"Ijah kamu boleh kembali belakang," perintaku pada Ijah.

"Saya yakin ada seseorang yang telah mengambil barang bukti itu. Seseorang yang licik yang pandai berdusta," sindirku pada dua wanita yang ada di ruangan ini.

"Sudahlah, Mia.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   245 Tikus Got!

    Aku dan Mas Yusuf tersentak. Kami saling melempar tatapan terkejut."Bukankah itu suara, Jenifer?" Mas Yusuf bertanya kepadaku."Iya, Mas. Kenapa ya?" Aku pura-pura berbalik tanya. Padahal sepertinya aku tahu penyebab Jenifer berteriak."Aarrgghh! Tolong!" Suaya Jenifer kembali menggelegar.Aku dan Mas Yusuf secara bersama-sama melangkah dengan cepat menuju sumber suara yakni kamar sebelah yang ditempati Jenifer.Hanya beberapa langkah saja, kami berdua sudah sampai di depan pintu kamar Jenifer. "Aarrgghh! Tolong!" Suara Jenifer kembali terdengar menggelegar dengan teriakannya.Mas Yusuf mengetuk pintu. "Jenifer, ada apa?" Terlebih dahulu bertanya."Tolong, Mas. Tolong!" Teriakan Jenifer dari dalam.Mas Yusuf memutar handle pintu yang ternyata tidak dikunci. Sepertinya Jenifer memang sengaja tak mengunci pintu.Pintu telah terbuka lebar. Ada debaran perasaan cemas di dalam dada, khawatir kalau rencanku akan ketahuan oleh suamiku ini.Mas Yusuf segera menyalakan lampu karena suasana d

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   246 Tertancap Paku

    Jenifer melanjutkan langkahnya. Langkah yang kali ini terlihat cepat. Nah itu dia terlihat kuat kok, mengapa tadi minta dipapah Mas Yusuf ke kamarnya dengan alasan lemah. Ah dasar muka dua!Tak mau lama mendumel dalam hati, gegas kulanjutkan niat ke ruangan tempat dispenser berada. Kuambil segelas air mineral dan meneguknya dengan lahap."Bu!" Suara sopran berdesis. Kumenoleh segera. Rupanya Ijah tengah tertawa kecil sambil membekap mulutnya."Permaisuri tengah histeris ketakutan. Apa yang kamu letakan di sana, Jah?" tanyaku berbisik pada Ijah yang tengah menahan gelak tawanya."Ini rumah steril, Bu. Tak pernah akan ada makhluk menjijikan. Saya pastikan itu," jawabnya berbisik pula."Lalu, apa?" Aku mengangkat kedua tangan, amat penasaran."Hanya mainan yang tampak real saja. Saya pegang remotnya. Saya bisa kendalikan dari balik dinding luar rumah," jelas Ijah. Dia sudah kesulitan menahan tawanya.Aku menggelengkan kepala seraya mengangkat kedua ibu jari. "Kamu benar-benar cerdas. You

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   247 Wanita Itu Pasti Berdusta

    Ijah menggelengkan kepala. Ia juga nampak menelisik. Aku masih merasakan perih pada telapak kaki. Sementara Ijah mencari sesuatu di lantai. Mungkin masih khawatir ada teman-teman paku payung yang lain."Bu, masih banyak di lantai." Ijah mengambil beberapa paku payung. Rupanya tak hanya satu.Ya ampun, kerjaan siapa ini. Jahat sekali."Pastikan tak ada paku yang lainnya, Jah. Jangan sampai mencelakai orang lain," perintahku pada Ijah."Ya, Bu." Ijah dengan teliti mencari benda runcing dan kecil itu.Tak habis pikir. Benda itu telah mencelakaiku sampai berdarah. Apa ini ulah, Jenifer? Ya, aku pikir ulah siapa kalau bukan dia."Sudah bersih, Bu. Saya akan buang benda tajam ini." Ijah langsung berjalan menuju ruang belakang. Mungkin dia akan segera membuang benda berbahaya itu.Aku berjalan dengan sebelah kaki. Satu kaki kuangkat karena masih terasa bengkak. Aku masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Kamar pribadi harus selalu dikunci. Setelah kejadian ini aku harus banyak berhati-hati.

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   248 Aku Punya Rencana

    Aku menggelengkan kepala. Bisa-bisanya Khaila menuduhku."Lalu, Mas Yusuf percaya dengan laporan, Khaila?" tanyaku pada suamiku. Sedikit kesal. Bahkan tak ada senyuman sedikit pun di bibir ini."Saya tidak mudah percaya tanpa bukti. Hanya saja saya sempat terkejut dan hampir termakan laporan, Khaila. Saya melihat cairan merah menetes keluar dari telapak kaki Jenifer," jawab Mas Yusuf. Ia tampak merasa bersalah denganku."Saya tidak melakukan itu, Mas. Saya tidak sepicik itu. Saya malah menjadi korbannya." Aku meyakinkan Mas Yusuf."Sudahlah jangan dibahas lagi." Mas Yusuf mengakhiri. Dia memijat pelipisnya."Bagaimana hasil penyelidikan hari ini, Mas?" Aku mengalihkan topik."Masih nihil. Tapi sedikit banyaknya saya sudah tahu kalau ternyata Jenifer pernah membuat skandal di kantor," jelas Mas Yusuf."Skandal apa, Mas?" Kian merasa penasaran saja."Menurut penyelidikan hari ini bersama Anjani. Skandal yang pernah dibuat Jenifer kala itu, dia pernah mengalihkan data keuangan perusahaa

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   249 Aw Ketahuan

    "Ih apaan itu!" Jenifer menjerit. Kedua kakinya meloncat-loncat seperti jiji terhadap sesuatu. Dia berdiri di samping Mas Yusuf tampak bergidik dengan kedua kaki masih melocat-loncat."Kamu apa-apaan sih, Jenifer?" Mas Yusuf yang melihat tingkah Jenifer tampak aneh."Itu geli banget, Mas. Apaan ya aku tidak tahu," jawab Jenifer. Kedua bahunya diangkat-angkat. Dia juga meluruskan jari telunjuknya ke bawah tempat duduknya barusan.Mas Yusuf langsung memeriksa. Tak ada apa pun ditemukan. "Tidak ada apa-apa, Jen!" "Aku gak tahu, Mas. Tadi keinjak sama aku. Jiji geli banget," jawab Jenifer kali ini nampak ketakutan. Rupanya dia masih trauma dengan malam lalu."Tak ada apa-apa. Kamu lihat saja," bantah Mas Yusuf dengan yakinnya."Mas, lihat," desisku memberi kode pada Mas Yusuf.Aku dan suamiku melihat Jenifer berdiri baik-baik saja. Tak terlihat wajah kesakitan lagi. Kaki Jenifer menapak dengan sempurna di atas lantai, tak seperti tadi yang nampak kesakitan."Kamu tampak baik-baik saja ya

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   250 Memanas-manasi

    Semenjak saat itu, kepercayaan Mas Yusuf pada Jenifer tambah memudar. Hari ini satu minggu telah berlalu semenjak pernikahan Mas Yusuf dan Jenifer, masih juga belum terbongkar tentang kebenaran siapa Ayah dari janin yang dikandung Jenifer.Sering terdengar Jenifer merengek, tapi tak diperdulikan oleh Mas Yusuf. Dia enggan mendengar rengekan palsu dari istri mudanya."Mas, bolehkan saya ijin keluar?" Hari ini tepat pukul sembilan pagi aku meminta ijin pada suamiku untuk keluar. Saat matahari mulai naik ke atas ubun-ubun, saat Mas Yusuf telah selesai sarapan. Lagi pula, kondisi telapak kakiku sudah mulai membaik dan aku bisa berjalan seperti biasanya."Kamu mau kemana?" Mas Yusuf bertanya. Dia menoleh ke arahku. Ke arah tempat dudukku di depan cermin rias."Saya ingin bertemu dengan, Siska. Ada suatu hal yang ingin saya bicarakan dengannya," jawabku yang sebenarnya."Boleh-boleh saja. Lagi pula jadwal therapi kan masih besok. Jadi saya akan ke kantor karena masih belajar di sana. Apa m

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   251 Tak Kenal Kok

    Mas Yusuf menatapku dalam. "Entahlah, saya merasa tak menginginkan itu. Saya tak ingin melihat kamu dekat dengan laki-laki lain," balasnya.Terukir senyuman di bibir ini. Aku tersipu malu. "Saya hanya mencintai kamu, Mas. Tak ada yang bisa menggantikan kamu di hati ini." Aku menekankan. Ini bukan sedang menggombal, tapi sungguh keluar dari lubuk hati yang paling dalam."Saya senang mendengar kata-kata itu dari kamu." Mas Yusuf membalas senyumanku.Sesampainya di tempat tujuan, aku mencium punggung tangan Mas Yusuf. Berpamitan lalu keluar dari mobil. Melambaikan tangan saat mobil Mas Yusuf berlalu dari hadapanku.Gegas segera kuberjalan masuk ke dalam caffe. Jangan sampai Siska terlalu lama menunggu karena aku akan merasa tidak enak.Kuedarkan pandangan ke setiap sudut caffe begitu kaki telah sampai di dalam. Kulihat Siska melambaikan tangannya memberi kode keberadaannya.Aku membalas lambaian tangannya. Gegas hampiri tempat duduk Siska."Sorry kalau lama," ucapku meminta maaf karena n

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   252 Pria Aneh Hari Ini

    Aku yang masih terkejut dengan kedatangan Mas Yusuf, segera berdiri. "Mas, kamu kok ada di sini?"Mas Yusuf menyodorkan benda pipih ke hadapanku. "Ponsel kamu ketinggalan di kursi mobil," katanya.Aku mengambil. Tak kusadari kalau ponselku tertinggal di mobil Mas Yusuf. "Terima kasih, Mas," ucapku mengukir senyum."Anda siapa ya?" Frans bertanya pada Mas Yusuf."Saya yang harusnya bertanya pada anda!" sentak Mas Yusuf membuatku mendongak mendengarnya."Mas dia hanya-""Saya kekasihya, Mia." Frans menyerobot jawabanku, dia berbohong dengan memotong ucapanku.Mas Yusuf terbelalak. Raut wajahnya penuh kekecewaan."Frans, jangan asal bicara kamu ya. Mas Yusuf adalah suami saya!" bantahku pada Frans.Kuraih pergelangan tangan Mas Yusuf. "Dia bukan kekasih saya, Mas. Dia-""Cukup, Mia," tukas Mas Yusuf mengangkat telapak tangannya, kemudian pergi tanpa mendengarkan penjelasan dariku. "Frans, kamu sudah gila!" bentakku pada Frans. Pria aneh itu malah mengukir senyum. Ah tak kuperdulikan.Se

Latest chapter

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   328 Cappadocia

    Satu bulan kemudian."Mas, koper punya saya mana?" Mia mencari koper miliknya. Mereka kini dalam perjalanan menuju bandara. Perut Mia kali ini sudah terlihat menonjol ke depan. Semakin nampak kalau dia tengah hamil.Sejak satu minggu yang lalu semua telah dipersiapkan. Mulai dari tiket, paspor dan perlengkapan yang lainnya. Yusuf juga telah konsultasi ke Dokter kandungan Mia. Beruntung janin yang ada dalam perut Mia dalam keadaan sehat dan bisa diajak jalan-jalan ke luar negri."Sepertinya sudah dimasukan Ijah ke dalam bagasi," jawab Yusuf menerka saja. Padahal dia tak terlalu yakin. Ia mengusap kening mengiyakan saja dari pada salah. Maklum semenjak hamil, Mia jadi sering baperan dan Yusuf paham akan hal itu."Baguslah, Mas. Soalnya saya tak melihatnya tadi. Mungkin karena Ijah telah merapihkannya." Mia bergelayut manja di dada bidang milik suaminya. Sementara supir yang mengemudikan mobil tetap fokus ke jalan raya.Bersamaan dengan itu ponsel Mia nampak berdering ada panggilan masuk

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   327 Naik Daun

    Hampir satu jam Yusuf mengantri di cafe martabak itu. Dia memijat pelipis karena baru kali ini dia rasakan rasanya menunggu sungguh membosankan."Mas, apa masih lama?" Akhirnya memberanikan diri bertanya karena sudah merasa kesal."Sebentar lagi kok, Pak. Hanya tinggal satu orang lagi," jawab pelayan cafe dengan ramahnya."Oke baik." Yusuf memutuskan untuk menunggu lagi. Semua itu semata-mata demi sang istri tercinta yang tengah mengandung buah hatinya.Dengan tambahan waktu lima belas menit akhirnya dua dus martabak pesanan Mia telah selesai dibuat dan kini sudah berada dalam genggaman. Yusuf segera kembali ke rumah. Dia sudah tidak sabar ingin melihat senyuman istrinya malam ini. Apalagi imbalannya yang akan menengok dede bayi dalam kandungan, tentu saja semakin membuat dia semangat.Perjalanan malam ini sangat cepat karena suasana jalanan yang sepi Yusuf tiba di rumah lebih cepat. Ia segera masuk ke kamar menenteng dus martabak pesanan istrinya."Sayang, ini pesanan kamu." Yusuf me

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   326 Hamil

    Sampai satu hari berganti, keadaan Mia masih saja tetap sama. Tubuhnya lemas ia tak berdaya. Mual muntah. Setiap kali ada makanan yang masuk maka kembali ia muntahkan.Yusuf yang siaga, segera membawa istrinya ke Dokter. Ia tak akan membiarkan Mia kesakitan.Yusuf kini tengah memunggu di depan ruang pemeriksaan. Salah satu perawat memanggilnya atas perintah Dokter. Dia segera menghadap dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Dokter."Selamat, Pak!" Dokter wanita berlesung pipit itu menyodorkan tangannya ke hadapan Yusuf. Yusuf mengernyitkan dahi saat Dokter yang telah memeriksa istrinya itu malah mengajak berjabat tangan."Selamat untuk apa, Dok?" Yusuf kemudian bertanya karena tak paham."Selamat karena Bu Mia positif hamil. Sebentar lagi Pak Yusuf akan jadi seorang Ayah," jelas wanita berjas putih itu.Tentu saja Yusuf menyeringai senang mendengar berita yang baru saja di dengarnya."Apa!" Yusuf langsung beranjak menghampiri Mia yang duduk di atas ranjang rumah sakit usai dipe

DMCA.com Protection Status