SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 29Kali ini aku berhadapan dengan sosok Ravi yang jauh berbeda. Bukan seperti Ravi yang kukenal. Kali ini kami selayaknya benar-benar seperti seorang klien.Aku memperhatikan penjelasan Ravi dengan seksama. Apa-apa saja yang aku butuhkan untuk pengajuan gugatan cerai ke pengadilan agama. Dari keterangannya aku wajib mengumpulkan seperti surat nikah, kartu keluarga juga ktp. Hanya itu saja dan itu semua tentu saja aku miliki ditambah lagi syukurnya aku menyimpan surat-surat penting itu ke dalam koper kemarin saat aku keluar dari rumah ibu. Keterangan dari Ravi katanya proses akan sedikit memakan waktu yang lama mulai dari BAP nanti di tempat khusus hingga ke panggilan sidang pertama dan panggilan sidang ketiga bisa memakan waktu paling cepat itu dua bulan bisa bertambah menjadi empat, lima hingga delapan bulan kalau kasusnya sedikit rumit. Akan tetapi, untunglah aku memiliki bukti-bukti yang kuat soal perselingkuhan mas David dengan Nora juga obrolan
"Bebaskan David dan bersihkan namanya. Beri kami uang ganti rugi karena nama kami yang sudah kalian rusa sebesar 500 juta. Atau kalau tidak kami akan menuntut cafe juga butik yang dimiliki oleh Raya karena itu termasuk harta gono-gini." Aku dan mama saling berpandangan dan jujur saja terperangah mendengar ucapan yang kata ibu mertuaku itu adalah penawaran yang bagus"Hahahaha." Tawa mama membahana sampai-sampai mama meneteskan air mata karena sangking terbahaknya beliau tertawa. Bahkan, aku saja jika tidak menahan diri pun hampir ikut tertawa. Kalaulah diri ini tidak mengingat beliau adalah orang tua yang tetap harus kuhormati. "Kenapa kamu ketawa Nania? Memangnya ada yang lucu dari ucapanku tadi?" ucap ibu pada Mama. Aku melirik ke arah Kevin dan ternyata Kevin menundukkan wajahnya. Mungkin saja dia malu denganku dan mama karena ide konyol ibunya itu."Bukan hanya lucu, Arita, tapi juga bodoh. Ya, kamu itu bodoh bin tolol! Bagaimana bisa harta yang sudah ada sejak sebelum menikah d
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 31Arita lantas mengambil ponsel miliknya dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata na Nania lah yang tengah menghubunginya. "Nania? Ada apa ya? Apakah dia mau menerima tawaranku tadi?" human Arita. Ia lantas mengusap kasar air matanya dan juga membuang ingus yang sedari tadi keluar dari hidungnya. Arita menggeser tombol terima dan tersambunglah telepon tersebut hingga terdengar suara dari mantan sahabatnya itu di seberang sana. "Ada apa kamu menghubungiku? Apakah kamu sudah setuju dengan persyaratan yang aku berikan tadi? Baguslah kalau kau cepat sadar. Sehingga aku tidak perlu bersusah payah untuk ribut-ribut denganmu perihal masalah ini. Kurasa uang segitu bagiku tidaklah besar. Apakah artinya uang lima ratus juta dibanding dengan dua usaha yang dimiliki putrimu itu. Iya kan?" cerocos Arita tanpa memberi jeda untuk Nania berbicara. Nania sengaja memang ingin mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Arita terlebih dahulu. Nania masih berpik
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 32Arita lantas mengambil ponsel miliknya dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata na Nania lah yang tengah menghubunginya. "Nania? Ada apa ya? Apakah dia mau menerima tawaranku tadi?" human Arita. Ia lantas mengusap kasar air matanya dan juga membuang ingus yang sedari tadi keluar dari hidungnya. Arita menggeser tombol terima dan tersambunglah telepon tersebut hingga terdengar suara dari mantan sahabatnya itu di seberang sana. "Ada apa kamu menghubungiku? Apakah kamu sudah setuju dengan persyaratan yang aku berikan tadi? Baguslah kalau kau cepat sadar. Sehingga aku tidak perlu bersusah payah untuk ribut-ribut denganmu perihal masalah ini. Kurasa uang segitu bagiku tidaklah besar. Apakah artinya uang lima ratus juta dibanding dengan dua usaha yang dimiliki putrimu itu. Iya kan?" cerocos Arita tanpa memberi jeda untuk Nania berbicara. Nania sengaja memang ingin mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Arita terlebih dahulu. Nania masih berpik
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 33"Oke saya tunggu. Terima kasih." Setelah ponsel dimatikan Arita kembali merebahkan kepala dan tubuhnya. Kali ini dia tersenyum dan bersiap untuk mimpi indah sebab tidak lama lagi impiannya akan terwujud. ***"Kevin! Cepat kamu carikan orang yang mau beli dua motor ini sekarang!" titah Arita pada Kevin. Kevin yang sedang sibuk membalas pesan dari atasannya pun menoleh ke arah Arita sembari mengerutkan dahi. "Dijual, Bu? Untuk apa?" tanya Kevin heran pada Arita karena Kevin tahu kalau dua motor itu adalah motor kesayangan sang ibu angkat juga kakak angkatnya. Pasalnya salah satu dari motor itu orang tua Raya lah yang membelikannya. Yah, motor N-yamux yang lagi ngetrend itu lah yang orang tua Raya belika dengan dalih agar Raya tidak malu menaiki motor butut milik David. Motor yang pernah menjadi kebanggaan Arita di depan para tetangga kala David belum dibelikan mobil oleh orang tua Raya. Namun, kini ibu angkatnya rela menjual motor yang menjadi k
"Sudah siap? Yuk kita lets go!" ucap Nania yang tampak bersemangat. "Semangat banget, Ma?" tanya Raya. "Tentu saja semangat dong. Kan mau memiskinkan keluarga benalu dan tak tahu malu. Tentu harus semangat." Raya terkikik mendengar ucapan sang mama tercinta. Baginya Nania bukan hanya menjadi sosok ibu yang baik tapi juga menjadi sosok sahabat yang selalu ada di saat dirinya membutuhkan. Itulah kenapa Raya dan Nania tidak ada canggung meskipun status mereka ibu dan anak. "Yaudah ayo, Ma. Itu taksi online nya sudah datang." Raya dan Nania pun lekas berangkat menuju rumah Arita. Namun, sebelumnya Nania sudah menghubungi Guntur suaminya terlebih dahulu. Meskipun terbilang gaul dan kekinian baij Nania maupun Raya tetap tidak mengesampingkan adat dan tata krama. Hal itulah yang Nania dan Guntur tanamkan ada Raya sejak kecil. Seentara itu Nania dan Raya yang sudah di jalan menuju rumah Arita. Kini Arita sudah duduk berhadapan dengan calon pembeli motor miliknya juga milik Raya. Calon
Pov Raya"Eeeee ngelunjak, sini hadapi aku!" Arita sudah menyingsing lengan bajunya ke atas. Ia sudah bersiap untuk menghajar Nania begitu juga dengan Nania yang tidak mau kalah hingga akhirnya mereka dikejutkan oleh sebuah suara yang membuat mereka berhenti. Begitupun dengan Raya yang menghentikan kunyahan permen karet di mulutnya dan menoleh ke arah suara tersebut."Berhenti dan diam kalian semua!"****Kami bertiga secara serempak langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Kevin lah sosok yang muncul.Ah ... sial sekali, padahal lagi asyik-asyiknya menonton pertunjukkan seru, eh malah diberhentikan. Benar-benar datang di waktu yang tidak tepat.Terlihat Kevin melangkah ke arah kami."Tante, apa ada sesuatu yang penting hingga membuat Tante dan juga Mbak Raya datang ke sini?" ucap Kevin setelah berjalan dan menghentikan langkahnya di sebelah Mama dan juga Ibu."Tentu ada dong! Kalau tidak ada urusan penting, ogah banget menginjakkan kaki di rumah ini!" ketus Mama sembari berkac
Pov Kevin**Kepalaku terasa berdenyut nyeri saat aku melihat Ibu dan juga Tante Nania sedang bertengkar. Dan kesal sekali rasanya saat melihat Mbak Raya yang membiarkan mereka bertengkar. Aku berteriak dengan penuh rasa geram, meminta pada mereka agar menghentikan pertengkaran mereka. Ternyata Tante Nania datang ke sini untuk mengambil motor N-yamuk yang dulu Tante Nania belikan untuk Mbak Raya. Dan lagi-lagi Ibu membuat ulah. Ibu berusaha menahan motor itu agar tak jatuh ke tangan pemiliknya. Rasanya aku semakin jengah melihat tingkah Ibu yang semakin menjadi. Rasanya aku sudah benar-benar lelah dan malu pada Tante Nania. Aku pun memerintahkan Tante Nania dan Mbak Raya untuk segera mengambil motornya. "Dasar anak sialan! Lepaskan tanganku!"Aku pun melepaskan cekalan tanganku setelah motor yang dikendarai oleh Mbak Raya itu keluar dari halaman. Sempat Ibu berteriak histeris motor yang sempat menjadi kebanggaannya itu. "Sudahlah, Bu. Motor itu memang milik mereka," ucapku. C