Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Kevin, Arita terlihat begitu antusias. Arita hampir saja tidak percaya ketika mendengar jika Kevin tadi kebetulan bertemu dengan Nania. Arita ingin mendengar kisah Nania–sahabat yang dulu pernah dikhianatinya."Serius kamu sudah bertemu dengan Nania?" tanya Arita masih tidak percaya."Ya, masa Kevin bohong sih, Ma," ucap Kevin mencoba meyakinkan Arita."Ya siapa tau aja kan," balas Arita sembari melirik ke arah Kevin sesekali.Tapi tiba-tiba saja kepala Arita teringat tentang persahabatan mereka dulu. Arita dan Nania selalu kemana-mana bersama, ternyata waktu sudah lama sekali berlalu. Jangankan bertemu, untuk saling bertukar kabar saja merek sangat sulit. Maka dari itu betapa antusiasnya Arita sekarang ketika mengetahui Kevin tadi bertemu dengan sahabatnya itu."Bagaimana kabar Nania? Dia baik-baik saja kan?" tanya Arita keadaan Kevin penuh dengan semangat.Kevin mengangguk, "Sejauh mata memandang, dia masih terlihat sehat dan baik-baik aja
Bab 276Kevin dan Sintia menghela napasnya lega setelah mendengar kesanggupan Arita yang mau menemui sahabat lamanya. Kevin juga bersyukur dalam hatinya karena wanita yang telah melahirkannya itu, tak lagi menyimpan dendam di dalam hatinya. "Jadi deal besok ya kita menemui Nania, Vin. Kamu udah ada kontaknya, 'kan?" tanya Arira lagi memastikan.Matanya memancarkan binar penuh harap saat akan bertemu lagi dengan Nania."Iya, Ma, tadi aku sempat minta kontaknya Raya, jadi nanti aku hubungi dia dulu buat janji bertemu besok, gimana?" Kevin menimpali ucapan Arita."Iya, Vin. Mama setuju, pokoknya ngikut aja gimana enaknya menurutmu, Vin." Arita langsung saja setuju tanpa berpikir lagi. Tatapannya tampak menerawang jauh, membayangkan bagaimana pertemuannya dengan Nania esok nanti. Isi kepalanya bahkan berbisik berisik, menyusun kata-kata yang akan diucapkan saat mereka bertemu lagi nanti. Sintia hanya tersenyum simpul melihat interaksi ibu dan anak itu. Ya, memang sudah seharusnya masa l
"Bu, jadinya kapan Ibu berangkat ke Kalimantan, aku dan Sintiya akan mengantar ibu ke bandara, tapi mesti kami jadwalkan dulu Bu agar tidak bentrok dengan pekerjaan?" tanya Kevin.Sebenarnya dia sangat berat melepaskan Arita, meskipun Arita adalah ibu tirinya tetapi dia sudah menganggapnya ibu kandungnya."Ibu berencana berangkat besok pagi tapi sebelum berangkat ke Kalimantan, Ibu ingin menengok kakakmu di penjara, ibu selalu kepikiran tentangnya," ucap Arita, meskipun dia merasa malu untuk mengatakan hal tersebut akan tetapi Anita tidak punya pilihan, saat ini hanya Kevin harapannya setelah David masuk penjara."Kalau begitu kita sekarang aja Bu, berangkat ke penjara, mumpung masih ada waktu untuk besuk," ucap Kevin."Ya sudah aku bersiap-siap sekarang," jawab Arita.Kevin kemudian mendatangi istrinya yang saat ini berada di kamar, wanita tersebut masih asyik merapikan pakaian-pakaian yang selesai di setrika.Kevin tersenyum melihat istrinya yang sangat rajin, di tambah Sintiya yan
"Ada apa memanggil ku kemari?" tanya Sintya begitu ketus. Dia mengambil duduk tepat di sisi Arita yang juga bersebelahan langsung dengan Kevin. Namun, tak sekali pun netra Sintya menatap ke arah David yang ada di depan mereka. Jujur saja sebenarnya Sintya sendiri merasa tak enak karena sikap ketusnya ini pada David, tetapi kemarahan dan kebencian yang masih terbesit benar-benar tak dapat wanita itu lawan hingga berakhir gagal mengontrol dirinya sendiri."Maaf atas perilaku ku dahulu kepada dirimu. Aku sungguh menyesal. Aku tahu sikapku itu pasti tak akan pernah bisa termaafkan. Tetapi tak apa, diberi kesempatan untuk meminta maaf seperti ini pun aku sudah sedang. Dan hal ini akan selalu aku ucapkan kala kita bertemu sebagai tanda penyesalanku. Aku benar-benar menyesal," ujar David dengan binar mata yang memang dipenuhi banyak sesal. Tetapi sayang sekali hal seperti itu seakan masih tak dapat meluluhkan hati Sintya yang sudah terlanjur benci."Aku benar-benar senang kalian masih mau da
Bab 279Arita masih termanggu mendengarkan segala penuturan David. Melihat bagaimana seriusnya wajah anaknya itu mengakui kesalahan yang dia perbuat sungguh membuat Arita yakin bahwa mungkin semua iin adalah suatu karma bagi dirinya.Wanita itu duduk terhenyak selama menunggu David dan Kevin berdialog. Dia hanya menyimak dan sesekali menanggapi karena dadanya begitu bergemuruh dan sekujur tubuhnya gemetar setelah semua pengakuan dari David.Saat Arita memperhatikan baju tahanan yang dikenakan David membuat dirinya semakin ingin menangis. Tangsi wanita itu akhirnya pecah saat matanya dengan anak kandungnya itu beradu pandang antara ibu dan anak.“Hiks!!” Air mata Arita sungguh tak bisa dibendung lagi. “Hatinya begitu perih sekaligus marah karena anak kandungnya yang manja itu ternyata sudah melakukan hal tak senonoh kepada seorang gadis.Ibu mana yang tidak terguncang ketika anaknya ternyata sudah melakukan hal cabul dan kini ditangkap.Melihat Arita yang menangis membuat David langsun
Raya berdiri di depan rumah dengan tatapan bingung, matanya tak kedip untuk benar-benar memastikan orang-orang yang tengah berkunjung ke rumah mamanya. Tidak lama dari itu, Raya langsung saja berjalan ke arah Nania. Raya menata Nania penuh tanda tanya.Tatapan Raya seolah-olah berkata, 'kenapa mereka datang secara tiba-tiba?' itu yang kira-kira Raya tanyakan lewat tatapan matanya. Meskipun sebenarnya Raya sudah bisa menebak apa yang terjadi. Hanya saja dia benar-benar ingin memastikan saja."Ekhm," dehem Ravi yang langsung menggenggam jemari Raya.Ravi harus tetap menjaga Raya agar tidak melakukan sesuatu yang buruk. Walau tidak mungkin juga sih Raya melakukan hal buruk. Tapi, tidak ada salahnya Ravi berjaga-jaga."Eh, sampai lupa. Ayo semuanya langsung masuk saja," ajak Nania yang langsung menyuruh mereka semua masuk ke rumahnya."Terimakasih banyak Tante, tetapi tidak perlu repot-repot," ucap Sintya yang terlihat menolak untuk masuk."Aduh, kapan lagi main ke sini. Sekalinya main ja
Bab 281Usai menempuh perjalanan udara hampir empat jam lamanya, akhirnya mereka bertiga sampai di tempat tujuan dengan selamat. Di bandara Kevin bahkan tak segan menunjukkan perhatiannya pada kedua wanita yang disayanginya itu. Kevin Lah yang membawa barang bawaan mereka yang jumlahnya tak sedikit.Dari bandara, mereka harus mengendarai mobil untuk sampai ke rumah. Sekira satu jam waktu yang dibutuhkan agar mereka sampai di rumah."Wah, akhirnya sampai juga di rumah," ucap Arita saat melangkahkan kakinya masuk.Wanita itu langsung membawa langkahnya menuju ke sofa untuk menyandarkan punggungnya yang lelah.Pun dengan Sintia. Wanita ibu hamil itu tampak kepayahan, dan Kevin pun sigap membantunya untuk bisa duduk di sofa."Kalian istirahat saja dulu, biar aku yang mengeluarkan barang-barang dari bagasi," pesan Kevin pada keduanya.Mereka mengangguk bersamaan. Baik Sintia maupun Arita sama-sama sedang melepaskan rasa penat setelah perjalanan yang cukup jauh dan lumayan lama. Kevin kelu
Saat ini Kevin dan Sintia baru saja menyelesaikan ritual sarapan mereka. Kevin menatap ke arah Sintia yang sedang meminum susu formula untuk kebaikan janin dan tubuhnya sendiri atas saran dan anjuran dokter.Melihat sang istri yang sudah mulai hamil besar dan meminum susu itu, pandangan Kevin begitu dalam dan sangat tak terbaca. Rasanya, ada perasaan yang sukar untuk ia jelaskan saat ini.Marah atas apa yang sudah dialami oleh istri tercintanya itu. Rasanya ia sangat ingin membunuh siapapun yang sudah menyakiti istrinya itu meski hanya sekedar mematahkan ujung rambut saja.Dan di sisi lain, ada rasa cinta yang semakin dalam. Bagai jurang tak berdasar.Sedangkan Sintia yang merasa sedang diperhatikan begitu dalam oleh Kevin, pun tersadar. Ia menaruh gelas susu yang sudah kosong dan menatap suaminya itu dengan penuh tanya. "Ada apa?" tanya Sintia dengan suaranya yang begitu renyah dan merdu.Kevin tak menjawab. Ia hanya mengulas senyuman tipisnya. Lalu ia pun berdiri dari tempat dudukny