Saat ini Kevin dan Sintia baru saja menyelesaikan ritual sarapan mereka. Kevin menatap ke arah Sintia yang sedang meminum susu formula untuk kebaikan janin dan tubuhnya sendiri atas saran dan anjuran dokter.Melihat sang istri yang sudah mulai hamil besar dan meminum susu itu, pandangan Kevin begitu dalam dan sangat tak terbaca. Rasanya, ada perasaan yang sukar untuk ia jelaskan saat ini.Marah atas apa yang sudah dialami oleh istri tercintanya itu. Rasanya ia sangat ingin membunuh siapapun yang sudah menyakiti istrinya itu meski hanya sekedar mematahkan ujung rambut saja.Dan di sisi lain, ada rasa cinta yang semakin dalam. Bagai jurang tak berdasar.Sedangkan Sintia yang merasa sedang diperhatikan begitu dalam oleh Kevin, pun tersadar. Ia menaruh gelas susu yang sudah kosong dan menatap suaminya itu dengan penuh tanya. "Ada apa?" tanya Sintia dengan suaranya yang begitu renyah dan merdu.Kevin tak menjawab. Ia hanya mengulas senyuman tipisnya. Lalu ia pun berdiri dari tempat dudukny
Bab 283Wanita berambut panjang itu terbelalak tidak percaya, bagaimana David tega membuat pengakuan dan di rekam segala sehingga membuat Kevin mengetahui kalau dirinya lah yang menjadi dalang semua masalah yang menimpa Sintiya.Merasa dirinya tidak bisa mengelak lagi dari bukti yang di berikan oleh Kevin, Amanda langsung menjatuhkan tubuhnya di kaki Kevin. Biarlah dia di anggap tidak punya harga diri tetapi saat ini dia tidak mungkin memilih salah satu pilihan yang diberikan Kevin.“Maafkan aku Vin, ampuni aku, aku mengaku bersalah, tapi jangan hukum aku seberat itu Vin, aku hidup bukan untuk diriku sendiri, aku adalah tulang punggung keluarga, kenapa sampai aku berbuat nekat melalukan apa saja karena aku tidak punya pilihan, itu semua kulakukan karena rasa cintaku kepadamu sehingga membuatku buta Vin,” ucap Amanda kemudian menangis tersedu-sedu.“Aku harus terlihat bersedih dan teraniaya, agar Kevin mengampuni aku, jika lelaki itu sanggup menerima keadaan Sintiya, itu artinya dia ber
Amanda menghela napas kesal mendengar pertanyaan Kevin itu. Lebih kesal lagi dengan gaya Kevin yang lagaknya sudah seperti orang paling berpangkat di sana. "Ck, aku sudah cukup sabar bahkan sampai mempermalukan diriku sendiri karena terus memohon. Tetapi Anda malah justru semakin berlagak layaknya Bos saja." Amanda berdecak sebal. Dia benar-benar tak habis pikir dengan tingkat percaya diri tinggi yang dimiliki oleh pria di hadapannya ini."Meskipun saya bersalah, tetapi tidak seharusnya Anda bersikap sampai seperti ini, Pak Kevin. Oh, apa perlu saya ingatkan jika perusahaan ini sama sekali bukan milik Anda? Lagi pula, pangkat Anda hanya sebagai apa sih di sini? Bisa-bisanya mengancam ingin mengeluarkan saya."Amanda tersenyum sinis ke arah Kevin. Sembari bersedekap dada, gadis itu tak lupa melayangkan tatapan remeh kepada pria di depannya itu. Bagi Amanda sudah cukup dirinya berbasa basi dan berakting merendah seperti tadi. Untuk apa terus bersandiwara jika kata maaf yang dia tuturkan
Bab 285Kevin menyeringai dan melayangkan pandangannya ke arah lain setelah mendengar kalimat demi kalimat yang Amanda lontarkan kepada dirinya. Kevin bisa merasakan bahwa gadis itu seperti sedang terintimidasi.“Hahaha!” Kevin terkekeh dan itu justru membuat Amanda yang mendengarnya jadi semakin kesal.“Kenapa kau tertawa!” ketus Amanda, gadis itu jadi merasa semakin tersinggung. Kevin baru saja menggertakkan lalu sekarang lelaki itu malah tertawa. “Tidak ada yang lucu!”“Kau yang lucu, Amanda.” Kevin memasukkan tangan ke dalam kedua saku celananya yang berwarna hitam. “Lucu sekali melihat kau marah-marah sambil meminta bukti, padahal kau sendiri pasti sedang panik dan takut kalau-kalau aku ternyata memiliki bukti.”Amanda melotot, melebarkan kedua matanya. Bagaimana lelaki itu bisa tau bahwa dirinya memang panik dan sangat terasa terintimidasi oleh gertakan Kevin. “Apa kepanikkan dan ketidaknyamanan tergambar jelas dari wajahku?” batin Amanda dalam hati.“Dengar ya, Amanda.” Kevin m
Amanda sudah bersiteru dengan Kevin sejak tadi. Dia benar-benar tidak mau kalah dari Pria yang ada di hadapannya. Sebisa mungkin Amanda akan selalu melakukan yang terbaik untuk membela diri. Walaupun pada kenyataannya dia benar-benar salah.Sudah berkali-kali Amanda mendapati ancaman dari Kevin. Bahkan Kevin selalu mengatakan hal-hal yang berulang-ulang. Hal itu membuat telinganya terasa sangat panas. Amanda rasanya ingin merobek mulut Kevin saat ini juga."Jangan diam saja kamu, malu sekali jika semuanya terbongkar. Namamu akan benar-benar tercoreng dan kamu akan menjadi artis dadakan, aku tidak segan-segan bertindak lebih jauh secepatnya. Berita tentang kebusukanmu akan tersebar dan orang-orang akan membicarakan hal itu," celetuk Kevin menatap Amanda yang sejak tadi hanya membisu.Pikiran Amanda sudah kacau karena Kevin terus menyudutkan dirinya. Entah mengapa Kevin begitu ingin dia pergi dari kantor ini. Kevin selalu mengatakan jika Amanda akan menanggung malu yang sangat luar biasa
Bab 287"Aaarghh!!! Kesal, aku kesal, sumpah!" seru Amanda dengan menggebu-gebu. Ia bahkan berteriak sekencang-kencangnya saat di ruangannya. Ia sama sekali tak khawatir kalau suara teriakannya itu mungkin akan terdengar. Sebab, ruangannya itu sudah dilengkapi dengan peredam suara. Wanita itu benar-benar mati kutu setelah mendengar ancaman dari Kevin. Bahkan tak berkutik saat Kevin memberitahukan semua kebusukannya selama ini.Berkali-kali wanita itu mengumpat kesal karena Kevin yang sudah lancang membuka semua aibnya."Sumpah! Kevin sialan! Aku benci!" ucapnya lagi menumpahkan seluruh kekesalannya dengan memaki Kevin, setiap kali peringatan dan ancaman dari lelaki itu terngiang-ngiang di kepalanya.Amanda melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke sebuah dispenser air. Ia mengambil gelas miliknya dan menuangkan air dingin dari dispenser itu. Wanita cantik dengan pakaian yang selalu seksi dan modis itu langsung meneguk segelas air hingga tandas. Ditambah dengan gelas keduanya yang juga
Bab 288Jam menunjukan pukul lima sore. Amanda yang sejak tadi sudah menunggu-nunggu waktu pulang kantor datang akhirnya menghela napas tak sabar.“Akhirnya … jam pulang kantor datang juga,” gumam Amanda. Wanita itu mematikan komputernya setelah menyimpan beberapa dokumen yang sedang dikerjakannya.Berikutnya, Amanda pun bangkit dari kursi kerja dan membereskan barang-barang yang ada di atas meja. Kertas-kertas yang berisi dokumen itu dia rapikan dengan terburu-buru. Dimasukkannya lembaran kertas yang dirasa penting ke dalam map dan menyimpannya ke dalam lemari kabin.Amanda pun memeriksa ponselnya. Dia ingin memastikan apakah dirinya dan Pak Akbar benar-benar akan bertemu di luar untuk membahas suatu hal urgent.Dia membuka ruang obrolannya dengan Pak Akbar dan menanyakan apakah lelaki itu sudah selesai bekerja. Setelah mengirim pesan itu Amanda menjadi tidak sabaran menunggu.Akhirnya, dia pun menelpon Pak Akbar dan menyambungkan panggilan telepon pada pria itu.“Hallo? Iya, Amanda?
“Tidak, tidak, tidak,” gumam Amanda sambil menatap tak percaya ide yang di berikan Pak Akbar.“Aku tidak salah dengar kan Pak?” tanya Amanda.“Tentu saja pendengaranmu masih bagus, Amanda!” seru Pak Akbar.Bagaimana mungkin dia melenyapkan Kevin, orang yang dia cintai. Bahkan sampai saat ini perasaannya terhadap Kevin tidak pernah hilang, meskipun ada juga rasa kesal dan benci karena Kevin tidak pernah menerima perasaannya dan saat ini malah lelaki itu menginginkan dirinya masuk penjara atau menghilang selamanya dari hadapannya.Tapi jujur tidak terbersit sedikitpun niat dalam hatinya untuk melenyapkan Kevin. Bahkan dia selalu berharap suatu saat masih mempunyai kesempatan hidup bersama dengan lelaki itu apapun caranya.“Ta-tapi pak, aku tidak pernah berpikir untuk melenyapkan dia, aku mencintainya Pak,” jawab Amanda dengan raut wajah pucat pasi.“Kenapa kamu kaget seperti itu? Bukannya itu ide yang normal, jika dia menginginkanmu masuk penjara atau menghilang itu artinya dia sama sek