Bab 279Arita masih termanggu mendengarkan segala penuturan David. Melihat bagaimana seriusnya wajah anaknya itu mengakui kesalahan yang dia perbuat sungguh membuat Arita yakin bahwa mungkin semua iin adalah suatu karma bagi dirinya.Wanita itu duduk terhenyak selama menunggu David dan Kevin berdialog. Dia hanya menyimak dan sesekali menanggapi karena dadanya begitu bergemuruh dan sekujur tubuhnya gemetar setelah semua pengakuan dari David.Saat Arita memperhatikan baju tahanan yang dikenakan David membuat dirinya semakin ingin menangis. Tangsi wanita itu akhirnya pecah saat matanya dengan anak kandungnya itu beradu pandang antara ibu dan anak.“Hiks!!” Air mata Arita sungguh tak bisa dibendung lagi. “Hatinya begitu perih sekaligus marah karena anak kandungnya yang manja itu ternyata sudah melakukan hal tak senonoh kepada seorang gadis.Ibu mana yang tidak terguncang ketika anaknya ternyata sudah melakukan hal cabul dan kini ditangkap.Melihat Arita yang menangis membuat David langsun
Raya berdiri di depan rumah dengan tatapan bingung, matanya tak kedip untuk benar-benar memastikan orang-orang yang tengah berkunjung ke rumah mamanya. Tidak lama dari itu, Raya langsung saja berjalan ke arah Nania. Raya menata Nania penuh tanda tanya.Tatapan Raya seolah-olah berkata, 'kenapa mereka datang secara tiba-tiba?' itu yang kira-kira Raya tanyakan lewat tatapan matanya. Meskipun sebenarnya Raya sudah bisa menebak apa yang terjadi. Hanya saja dia benar-benar ingin memastikan saja."Ekhm," dehem Ravi yang langsung menggenggam jemari Raya.Ravi harus tetap menjaga Raya agar tidak melakukan sesuatu yang buruk. Walau tidak mungkin juga sih Raya melakukan hal buruk. Tapi, tidak ada salahnya Ravi berjaga-jaga."Eh, sampai lupa. Ayo semuanya langsung masuk saja," ajak Nania yang langsung menyuruh mereka semua masuk ke rumahnya."Terimakasih banyak Tante, tetapi tidak perlu repot-repot," ucap Sintya yang terlihat menolak untuk masuk."Aduh, kapan lagi main ke sini. Sekalinya main ja
Bab 281Usai menempuh perjalanan udara hampir empat jam lamanya, akhirnya mereka bertiga sampai di tempat tujuan dengan selamat. Di bandara Kevin bahkan tak segan menunjukkan perhatiannya pada kedua wanita yang disayanginya itu. Kevin Lah yang membawa barang bawaan mereka yang jumlahnya tak sedikit.Dari bandara, mereka harus mengendarai mobil untuk sampai ke rumah. Sekira satu jam waktu yang dibutuhkan agar mereka sampai di rumah."Wah, akhirnya sampai juga di rumah," ucap Arita saat melangkahkan kakinya masuk.Wanita itu langsung membawa langkahnya menuju ke sofa untuk menyandarkan punggungnya yang lelah.Pun dengan Sintia. Wanita ibu hamil itu tampak kepayahan, dan Kevin pun sigap membantunya untuk bisa duduk di sofa."Kalian istirahat saja dulu, biar aku yang mengeluarkan barang-barang dari bagasi," pesan Kevin pada keduanya.Mereka mengangguk bersamaan. Baik Sintia maupun Arita sama-sama sedang melepaskan rasa penat setelah perjalanan yang cukup jauh dan lumayan lama. Kevin kelu
Saat ini Kevin dan Sintia baru saja menyelesaikan ritual sarapan mereka. Kevin menatap ke arah Sintia yang sedang meminum susu formula untuk kebaikan janin dan tubuhnya sendiri atas saran dan anjuran dokter.Melihat sang istri yang sudah mulai hamil besar dan meminum susu itu, pandangan Kevin begitu dalam dan sangat tak terbaca. Rasanya, ada perasaan yang sukar untuk ia jelaskan saat ini.Marah atas apa yang sudah dialami oleh istri tercintanya itu. Rasanya ia sangat ingin membunuh siapapun yang sudah menyakiti istrinya itu meski hanya sekedar mematahkan ujung rambut saja.Dan di sisi lain, ada rasa cinta yang semakin dalam. Bagai jurang tak berdasar.Sedangkan Sintia yang merasa sedang diperhatikan begitu dalam oleh Kevin, pun tersadar. Ia menaruh gelas susu yang sudah kosong dan menatap suaminya itu dengan penuh tanya. "Ada apa?" tanya Sintia dengan suaranya yang begitu renyah dan merdu.Kevin tak menjawab. Ia hanya mengulas senyuman tipisnya. Lalu ia pun berdiri dari tempat dudukny
Bab 283Wanita berambut panjang itu terbelalak tidak percaya, bagaimana David tega membuat pengakuan dan di rekam segala sehingga membuat Kevin mengetahui kalau dirinya lah yang menjadi dalang semua masalah yang menimpa Sintiya.Merasa dirinya tidak bisa mengelak lagi dari bukti yang di berikan oleh Kevin, Amanda langsung menjatuhkan tubuhnya di kaki Kevin. Biarlah dia di anggap tidak punya harga diri tetapi saat ini dia tidak mungkin memilih salah satu pilihan yang diberikan Kevin.“Maafkan aku Vin, ampuni aku, aku mengaku bersalah, tapi jangan hukum aku seberat itu Vin, aku hidup bukan untuk diriku sendiri, aku adalah tulang punggung keluarga, kenapa sampai aku berbuat nekat melalukan apa saja karena aku tidak punya pilihan, itu semua kulakukan karena rasa cintaku kepadamu sehingga membuatku buta Vin,” ucap Amanda kemudian menangis tersedu-sedu.“Aku harus terlihat bersedih dan teraniaya, agar Kevin mengampuni aku, jika lelaki itu sanggup menerima keadaan Sintiya, itu artinya dia ber
Amanda menghela napas kesal mendengar pertanyaan Kevin itu. Lebih kesal lagi dengan gaya Kevin yang lagaknya sudah seperti orang paling berpangkat di sana. "Ck, aku sudah cukup sabar bahkan sampai mempermalukan diriku sendiri karena terus memohon. Tetapi Anda malah justru semakin berlagak layaknya Bos saja." Amanda berdecak sebal. Dia benar-benar tak habis pikir dengan tingkat percaya diri tinggi yang dimiliki oleh pria di hadapannya ini."Meskipun saya bersalah, tetapi tidak seharusnya Anda bersikap sampai seperti ini, Pak Kevin. Oh, apa perlu saya ingatkan jika perusahaan ini sama sekali bukan milik Anda? Lagi pula, pangkat Anda hanya sebagai apa sih di sini? Bisa-bisanya mengancam ingin mengeluarkan saya."Amanda tersenyum sinis ke arah Kevin. Sembari bersedekap dada, gadis itu tak lupa melayangkan tatapan remeh kepada pria di depannya itu. Bagi Amanda sudah cukup dirinya berbasa basi dan berakting merendah seperti tadi. Untuk apa terus bersandiwara jika kata maaf yang dia tuturkan
Bab 285Kevin menyeringai dan melayangkan pandangannya ke arah lain setelah mendengar kalimat demi kalimat yang Amanda lontarkan kepada dirinya. Kevin bisa merasakan bahwa gadis itu seperti sedang terintimidasi.“Hahaha!” Kevin terkekeh dan itu justru membuat Amanda yang mendengarnya jadi semakin kesal.“Kenapa kau tertawa!” ketus Amanda, gadis itu jadi merasa semakin tersinggung. Kevin baru saja menggertakkan lalu sekarang lelaki itu malah tertawa. “Tidak ada yang lucu!”“Kau yang lucu, Amanda.” Kevin memasukkan tangan ke dalam kedua saku celananya yang berwarna hitam. “Lucu sekali melihat kau marah-marah sambil meminta bukti, padahal kau sendiri pasti sedang panik dan takut kalau-kalau aku ternyata memiliki bukti.”Amanda melotot, melebarkan kedua matanya. Bagaimana lelaki itu bisa tau bahwa dirinya memang panik dan sangat terasa terintimidasi oleh gertakan Kevin. “Apa kepanikkan dan ketidaknyamanan tergambar jelas dari wajahku?” batin Amanda dalam hati.“Dengar ya, Amanda.” Kevin m
Amanda sudah bersiteru dengan Kevin sejak tadi. Dia benar-benar tidak mau kalah dari Pria yang ada di hadapannya. Sebisa mungkin Amanda akan selalu melakukan yang terbaik untuk membela diri. Walaupun pada kenyataannya dia benar-benar salah.Sudah berkali-kali Amanda mendapati ancaman dari Kevin. Bahkan Kevin selalu mengatakan hal-hal yang berulang-ulang. Hal itu membuat telinganya terasa sangat panas. Amanda rasanya ingin merobek mulut Kevin saat ini juga."Jangan diam saja kamu, malu sekali jika semuanya terbongkar. Namamu akan benar-benar tercoreng dan kamu akan menjadi artis dadakan, aku tidak segan-segan bertindak lebih jauh secepatnya. Berita tentang kebusukanmu akan tersebar dan orang-orang akan membicarakan hal itu," celetuk Kevin menatap Amanda yang sejak tadi hanya membisu.Pikiran Amanda sudah kacau karena Kevin terus menyudutkan dirinya. Entah mengapa Kevin begitu ingin dia pergi dari kantor ini. Kevin selalu mengatakan jika Amanda akan menanggung malu yang sangat luar biasa