Share

Bab 22

Aku tersenyum kecut saat melihat wajah itu begitu menyedihkan. Bahkan, kedua netra itu terlihat sembab karena terlalu lama menangis. Jujur ... aku bahagia melihat Ibu semenderita ini.

Aku dan Mama kembali menuruni anak tangga hingga sampai pada anak tangga terakhir. Tanpa berpamitan, kami langsung melenggang pergi. Peduli setan jika dianggap tak punya sontan.

"Raya, kamu mau ke mana, Nak?" Tiba-tiba Ibu menghadang langkah kami.

"Aku mau pulang, Bu," ucapku dengan nada ketus.

Mama menarik pergelangan tanganku hingga akhirnya kami pun kembali melangkah. Tak kami pedulikan Ibu yang terus membuntuti dan berusaha menghentikan langkah kami.

"Raya, semua bisa dibicarakan, Nak. Jangan pergi, jangan tinggalkan Ibu, Nak. Bagaimana dengan David. Raya ... jangan gegabah, Nak. Kamu hanya sedang emosi sesaat."

Seketika langkahku dan juga Mama berhenti di teras rumah. Mendengar penuturan perempuan yang sempat kuhormati karena menyandang gelar sebagai ibu mertua itu emosi serasa naik ke puncak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Nir Wati
Karna koin jadi males mau baca .........
goodnovel comment avatar
grace.agrivina
thor koin nya jgn byk2 lah! mau baca aja ribet ih
goodnovel comment avatar
Inon Chantiik
ayo raya jangan kena rayu lagi ceraikan si brengseknya dan ambil hartamu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status