“MAS!! Kok kamu bertanya tentang hal itu sekarang?” ucap Nadia.
Danu berdecak sambil menggelengkan kepala.
“Jawab saja pertanyaanku!! Benar atau tidak?”
Nadia terdiam, bergeming di tempatnya sambil menatap Danu dengan takut. Sementara Danu tidak melepas tatapannya sedikit pun dari Nadia. Dia sudah bosan mendengar hal tentang anak melulu keluar dari mulut Arum setiap mereka bersitegang. Salah dia sendiri juga tidak menyelesaikan hal itu saat lima tahun yang lalu.
“JAWAB, NADIA!!!” Danu menaikkan beberapa oktaf suaranya dan itu membuat Nadia terkejut.
Nadia menghela napas panjang sambil mengangkat dagu hingga matanya bertemu dengan mata elang Danu.
“Apa kamu lupa kalau kamu sudah menyepakati hal itu, Mas?”
Danu terdiam. Matanya terlihat kebingungan dengan kedua alis yang terangkat.
“Kamu sudah berjanji untuk membantuku saat itu. Kamu juga janji akan melakukan apa saja untuk me
“Apa maksudmu, Lisa?” tanya Arum dengan alis mengernyit.Ia sudah mengalihkan perhatian ke Lisa kali ini dan menyimpan ponselnya. Lisa tampak ketakutan dan menatap Arum dengan gugup.“Tadi Tuan Danu menelepon dan bilang ingin bertemu Nona. Saya bilang kalau Nona di sini bertemu Bu Fatma dan beliau bersikeras ke sini juga,” terang Lisa.Arum berdecak sambil menatap Lisa dengan sebal. Padahal Arum sengaja mengurangi pertemuannya dengan Danu. Bahkan ia sengaja mengalihkan panggilan Danu ke ponsel Lisa. Namun, pada akhirnya dia harus bertemu juga.Belum sempat Arum berkomentar, tiba-tiba Danu sudah berdiri di samping mobilnya dan mengetuk jendela mobil Arum. Untung saja Arum masih mengenakan masker sehingga dia tidak perlu kebingungan kali ini. Perlahan Arum membuka kaca jendela dan melihat ke arah Danu.“Bisa kita bicara sebentar?” pinta Danu.Arum terdiam sejenak, menarik napas panjang. “Saya sibuk, Tu
“Kamu pasti salah dengar, Lisa,” ujar Arum.Lisa hanya diam sambil melihat Arum dengan sudut matanya. Padahal Lisa yakin dengan pendengarannya dan tidak salah sama sekali. Hanya saja kenapa kini Arum malah berkata seperti itu. Lisa memaklumi dan tidak mau bertanya lebih lanjut.Mobil mereka masih melaju membelah kepadatan lalu lintas siang ini. Sepanjang perjalanan Arum terus melamun. Entah mengapa ulah Danu belakangan ini berhasil mengintimidasinya. Padahal kalau mau jujur, Arum malas memikirkannya.Dua minggu waktu yang ditentukan oleh Danu tiba. Hari ini, hari penentuan pemilihan desain milik Arum atau Citra yang dipakai untuk proyek pertama PH milik Danu. Ada Firman, beserta anggota tim yang lain ditambah klien mereka sedang berada di ruang meeting.“Oke, kita mulai saja. Silakan kamu duluan yang presentasi, Citra,” ujar Danu membuka suara.Citra tersenyum lebar berdiri di depan sambil menyiapkan presentasinya. Tidak lup
“Jadi kamu masih membenciku, Arum?” tanya Danu.Arum tidak menjawab malah melengos dan pura-pura menyalakan laptop. Budi yang ada di ruangan itu tampak serba salah. Dengan hati-hati, dia berjalan menuju pintu dan keluar dari sana.“Kamu tidak menjawab pertanyaanku?” Danu kembali bertanya.Arum berdecak, mengangkat kepala sambil menatap Danu penuh kebencian.“CUKUP, Mas!! Berhenti bersikap manis padaku. Ini bukan kamu dan aku tidak suka!!!”Danu tercengang mendengar ucapan Arum. Mata pria itu membola dan semakin tajam menatap Arum. Perlahan ia berjalan mendekat dan berhenti di depan meja Arum.“Jadi kamu pikir aku pura-pura melakukannya, begitu? Kamu suka aku yang bagaimana, Arum?”Arum tidak menjawab hanya mengendikkan bahu sambil menggeleng.“Kamu sedang menginginkan aku menjadi alatmu, kan? Itu sebabnya kamu bersikap manis padaku. Asal kamu tahu, aku gak mempan dengan tipu
“Ehm … Anda wangi sekali, Nona,” lirih Pak Sudibyo berbisik di telinga Arum.Arum mengerjapkan mata saat bibir pria itu menempel di telinganya. Ia berusaha sebisa mungkin mengembalikan kesadarannya. Sungguh, keadaan ini adalah hal yang paling ditakutkan Arum. Semua tubuhnya seakan tidak bisa digerakkan jika dia kembali teringat dengan kejadian memilukan sahabatnya itu.Kaki Arum seakan terpasung, lidahnya kelu tak bisa bersuara, bahkan untuk bernapas saja ia merasa tersenggal. Trauma itu benar-benar membuat Arum lemah. Perlahan Arum memejamkan mata sambil mengolah udara di dadanya. Kemudian dengan helaan napas berat, Arum mendorong tubuh Pak Sudibyo menjauh.Ia bangkit dari kursi lalu dengan gontai Arum berjalan menuju pintu. Pak Sudibyo yang didorong Arum dengan sepenuh tenaga terjungkal ke lantai dan butuh waktu untuk berdiri.“TUNGGU!! Tunggu Nona Anjani!!”Arum tidak mau dengar. Ia langsung berlari ke toilet, dala
“Apa yang terjadi?” gumam Arum.Ia sama sekali tidak ingat jika semalam bertemu Danu di depan toilet dan minta tolong padanya. Arum setengah sadar dan kehilangan konsentrasi jika traumanya datang. Hanya ketakutan, panik, cemas dan gelisah yang ia rasakan semalam.Arum spontan melihat tubuhnya di balik selimut. Ia langsung tercengang ketika melihat dirinya sudah berganti baju tidur.“Apa mungkin Mas Danu yang mengganti bajuku?” Arum bermonolog sambil mengetuk dagunya berulang.Belum habis semua tanya di benaknya, tiba-tiba Danu membuka mata dan langsung tersenyum saat melihat Arum sudah terjaga lebih dulu.“Nyenyak tidurnya semalam?” tanya Danu dengan suara serak khas bangun tidur.Arum terjingkat dan menoleh ke arah Danu. Alisnya mengernyit dengan mata yang menyipit melihat dengan sinis ke arah Danu. Ini mengingatkannya dengan kejadian lima tahun yang lalu. Dia selalu suka mendengar suara bangun tidur Danu
“Sampai kapan kamu marah terus?” tanya Danu.Arum dan Danu sedang duduk di depan meja makan. Ada beberapa menu makan pagi yang tersaji di sana. Satu jam yang lalu Budi datang mengantarkan baju ganti untuk Arum. Maunya Arum ingin langsung pulang, tapi dia juga bingung harus naik apa. Masalahnya dia meninggalkan mobilnya di kafe semalam. Arum yakin, Danu pasti akan bersikeras mengantarnya. Kalau sudah seperti itu, Danu akan tahu di mana tempatnya tinggal dan Arum tidak mau.“Mau aku pesankan yang lain untuk sarapan?” Kembali Danu bertanya.Arum tidak menjawab, tapi matanya sudah melirik ke pria di depannya. Pria tampan itu sudah berpakaian formal. Aroma parfum maskulin yang sama dengan lima tahun yang lalu menguar memenuhi tubuhnya.Kalau dipikir penampilan Danu memang tidak berubah hanya sikapnya yang berubah total dan Arum jadi kesal sendiri.“BUD!!!” Tiba-tiba Danu berseru memanggil asistennya yang berada di rua
“APA!!!? Kamu … kamu tidur dengan Arum?” tanya Nadia.Wanita berparas cantik itu sangat terkejut mendengar pernyataan Danu. Sementara Danu terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Ada Budi yang memperhatikan interaksi mereka berdua dan tampak serba salah. Perlahan tanpa suara, Budi berjalan keluar dari kabin apartemen.“Kamu bohong kan, Mas?” Kembali Nadia bertanya dan suaranya terdengar bergetar. Ia berharap Danu mengiyakan pertanyaannya. Namun, yang ada Danu malah menggelengkan kepala.“Enggak. Aku gak bohong. Semalam kami memang tidur bersama. Kamu pasti tahu apa yang dilakukan pria dan wanita jika tidur bersama.”Nadia melihat Danu dengan terluka dan Danu tampak tak peduli. Pria tampan itu sudah membalikkan badan dan berjalan menuju kamarnya. Sementara Nadia hanya bergeming di tempatnya. Matanya berkabut dengan bibir yang mengatup rapat. Wajahnya terlihat tegang penuh amarah tertahan.“Sialan kamu,
“Hei tunggu!!!” seru seseorang.Arum menoleh. Ia melihat seorang pria sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berada sambil memegang ponsel di telinganya. Arum mengernyitkan alis memperhatikannya. Pria itu tampak melihat ke arah lain bukan ke arahnya. Bisa jadi, ia tadi berbincang di telepon bukan sedang memanggil Arum.Arum menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Ia bersiap melanjutkan langkahnya menuju mobil. Namun, tiba-tiba ucapan pria itu membuat Arum berhenti melangkah.“Anda tenang saja, Nona Citra. Saya akan melakukan apa yang Anda minta.”Arum menoleh perlahan melihat pria yang sedang asyik menelepon membelakanginya itu. Untung saja penampilan Arum kini tersamarkan. Ia mengenakan masker dengan kacamata hitam dan long jaket yang menutup hampir seluruh tubuhnya.“Saya pastikan proyek itu gagal. Tugas saya hanya merusak wardrobe yang digunakan modelnya, kan?”Arum terperangah kaget dan melihat de