“Kamu sedang menggodaku, Arum?” tanya Danu.
Kini dia menatap Arum dengan kerlingan mata nakalnya. Arum terkekeh sambil mencubit gemas pipi Danu.
“Siapa juga yang menggodamu. Udah, buruan masuk mobil. Aku pengen cepat pulang!!!”
Danu mengangguk, membimbing Arum masuk ke dalam mobil kemudian secepat kilat membawa mobilnya menjauh dari sana. Hari sudah semakin larut membuat jalanan sepi dan memudahkan Danu untuk melajukan mobilnya.
Arum berulang menguap lebar. Ia duduk bersandar sambil memejamkan mata. Dalam hitungan detik, ia sudah masuk ke alam mimpi. Danu yang mengemudi di sebelahnya hanya mengulum senyum.
“Cepat sekali sih tidurnya. Pantas saja dulu saat menikah, dia selalu tidur lebih awal,” gumam Danu.
Tanpa Arum ketahui, mobil Danu sudah merapat di depan sebuah rumah pantai. Suara deburan ombak dan angin laut menyambut kedatangan Danu. Danu melirik Arum dan wanita cantik itu masih terlelap.
&ldq
“Kita harus menyetujui pernikahan Danu dan Arum, Pa!!” ujar Nyonya Lani. Tuan Prada yang sedang asyik menikmati kopinya tampak terkejut dan menoleh ke arah Nyonya Lani. Alis pria paruh baya itu mengernyit menatap penuh tanya ke arah istrinya. “Kamu tidak sedang mabuk, kan? Tumben sekali kamu berkata seperti itu. Padahal selama ini kamu yang mati-matian menentang pernikahan Danu dan Arum. Bahkan kamu sengaja membuat Arum tidak betah di sini saat itu.” Nyonya Lani tersenyum meringis sambil meremas tangannya. “Aku sudah sadar, Pa. Mereka ternyata saling cinta dan kita tidak bisa memisahkan orang yang saling cinta. Benarkan? Sama seperti kita, Pa.” Tuan Prada tidak menyahut hanya menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu, Ma. Pasalnya Danu sudah memberi harapan lebih dulu ke Nadia. Lagi pula aku juga sudah kadung berjanji ke Tuan Rafael jika akan menikahkan mereka berdua pada akhirnya.” “APA!!!” Seketika Nyonya Lani tercengang, matanya membola dan hampir keluar dari tempatnya. Mungkin
“Nadia kenapa?” tanya Danu.“Nona Nadia pingsan di apartemennya dengan luka sayatan di tangan,” jelas Bu Vita.“APA!!!”Seketika Danu terkejut. Ia bangkit dari duduknya dan terlihat cemas.“Terus dia di mana sekarang?”“Saya sudah membawanya ke rumah sakit, Tuan.”Danu berdecak sambil melirik ke arah Budi. Budi hanya diam siap menunggu perintah Danu.“Bud, apa jadwalku setelah ini?” tanya Danu kemudian.“Dua jam ini kosong, Tuan. Namun, setelah makan siang ada pertemuan dengan klien.”Danu menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala.“Ya udah, antar aku ke rumah sakit, Bud.”Budi mengangguk. “Baik, Tuan.”Mereka bertiga keluar beriringan menuju rumah sakit. Selang beberapa saat Danu sudah lebih dulu masuk ke ruangan tempat Nadia dirawat. Ia terbaring lemah dengan pergelangan tangan yang
“Nona, hari ini kita ada kunjungan keluar kota,” ujar Lisa pagi itu.Arum hanya manggut-manggut tanpa menjawab ucapan Lisa. Belakangan ini, jadwalnya semakin padat. Dia semakin sering diundang hadir sebagai pembicara di acara fashion. Ada juga yang mengundang dirinya hadir sebagai juri.Sejak Arum membuka maskernya dan menunjukkan jati dirinya, tawaran kerja sama semakin membludak. Lisa sampai kewalahan mengatur jadwal Arum. Apalagi menjelang pernikahan keduanya, Arum sudah mewanti Lisa untuk mengkosongkan jadwalnya seminggu sebelum dan sesudah pernikahan. Sama halnya dengan Danu.“Oh ya, Nona. Untuk permintaan Anda menjadi juri acara fashion show yang diadakan bersamaan pesta pernikahan Anda sudah saya tolak. Anda sudah bilang kalau tidak mau diganggu, kan?”Arum tersenyum sambil mengangguk.“Iya, terima kasih, Lisa. Aku yakin mereka bisa mencari orang lain nantinya.”Lisa tersenyum. “Namun, barusan
“HUSS, Citra!! Kamu jangan ngomong sembarangan!!” seru Nyonya Lani.Wanita paruh baya itu bahkan meminta Citra menutup mulutnya. Spontan Citra menutup mulut dengan kedua tangan. Mereka berjalan sedikit menjauh dari rumah mode Arum.“Aku gak bohong, Ma. Bukannya gara-gara dokter itu, Kak Danu cemburu. Mama masih ingat, kan?”Nyonya Lani terdiam, tersenyum sambil menganggukkan kepala berulang.“Apa kakakmu tahu jika Arum masih berhubungan dengan dokter tersebut?”Citra mengendikkan bahu. “Aku gak tahu, Ma. Yang jelas jika Kak Danu tahu, pasti dia marah. Lalu ujung-ujungnya mereka bertengkar dan batal menikah.”Mata Nyonya Lani sontak membola penuh seakan siap keluar.“JANGAN!! Jangan sampai itu terjadi, Citra. Kita yang rugi jika mereka tidak jadi menikah.”Citra menoleh ke arah Nyonya Lani dan menatap mamanya dengan aneh.“Jadi Mama sudah sepenuhnya berpiha
“HEI!!” seru Dokter Sandy.Pria tak dikenal itu menoleh dan tampak terkejut. Ia bergegas bangkit, lalu dengan terburu berlari pergi meninggalkan beberapa peralatan mekaniknya di sana. Dokter Sandy mendekat, matanya menyipit sambil merunduk memperhatikan peralatan yang tertinggal di sana.“Sialan!! Dia mau mengutak-atik mobil Arum.”“Siapa yang Anda maksud, Dok?” Sebuah suara terdengar di belakang Dokter Sandy.Dokter Sandy menoleh dan melihat Danu sedang berdiri di depannya. Pria tampan itu mengenakan setelan jas dan pesonanya memang begitu sempurna. Terang saja Arum lebih memilih Danu daripada dirinya.“Sepertinya ada yang ingin mencelakai Arum, Tuan.”Seketika Danu terperangah kaget. Matanya menuju ke peralatan yang tergeletak di dekat kaki Dokter Sandy.“Saya menemukan ini di sini bersama seorang pria. Sayangnya, pria itu keburu lari ketika saya datang,” jelas Dokter Sandy
“Apa katamu?? Gagal??” seru Nadia.Nadia tampak marah begitu tahu orang suruhannya batal menyabotase mobil Arum. Ia terdiam sesaat dengan bahu naik turun mengolah udara.“Kamu tidak bisa masuk ke apartemennya dan sekarang kamu gagal menyabotase mobilnya. Rugi aku sudah membayarmu mahal,” cercah Nadia.Di seberang sana seorang pria berpakaian serba hitam hanya diam sambil berulang menghela napas panjang.“Pokoknya aku gak mau tahu. Kamu harus membuat mereka batal menikah. Aku akan membayar tiga kali lipat upahmu kalau kamu berhasil!!!”“Iya, baik, Nona. Saya akan lakukan apa pun sesuai permintaan Nona.” Akhirnya pria berpakaian serba hitam di seberang sana itu menyahut.“Bagus!! Jangan telepon aku, jika tidak mendapat kabar baik.”Nadia langsung mengakhiri panggilannya dan terdiam sambil melipat tangan di depan dada.“Kenapa juga aku harus memperkerjakan orang bod
“TUNGGU!! KAMI BUKAN PENJAHAT!!” seru salah satu dari pria itu.Lisa menghentikan gerakannya dan menatap tak percaya. Mereka berdiri di depan lift dengan pintu yang terbuka. Arum yang bersiap lari, kini terdiam dan menoleh ke arah mereka.“Kami disuruh Tuan Danu, Nona,” lanjut salah satu pria tersebut.Arum dan Lisa sontak tercengang mendengarnya.“Kami bodyguard yang disewa Tuan Danu untuk menjaga Nona Anjani.”Arum dan Lisa makin terkejut. Mereka menatap tanpa kedip ke arah dua pria tersebut.“Kalau Anda tidak percaya, silakan hubungi Tuan Danu, Nona.” Lagi-lagi salah satu dari dua pria itu bersuara.Mereka kini sudah berada di luar lift dan masih berdiri menjaga jarak.“Baik, biar saya yang menelepon!!” putus Arum akhirnya.Beberapa saat kemudian …“Kenapa kamu gak bilang jika mengirim bodyguard untukku?” tanya Arum di panggilan.
“Tuan … ,” desis Budi.Danu tampak marah dan buru-buru mendorong tubuh Nadia menjauh. Danu sangat kesal dengan ulah Nadia, apalagi wanita itu sengaja menggigit bibirnya agar dia tidak bisa melepaskan ciumannya.“Sialan kamu, Nadia,” sergah Danu penuh amarah. Dia tampak menyeka bibirnya yang berlumuran darah dengan punggung tangan.“Tuan, Anda baik-baik saja?” Budi mendekat sambil membawakan tisu.Danu langsung menyahut tisu dari Budi dan mengusap bibirnya. Sementara Nadia terkekeh melihatnya. Hanya Arum yang masih bergeming di tempatnya melihat kejadian itu tanpa suara.Nadia kini mengalihkan pandangannya ke Arum. Ia tersenyum menyeringai sambil berjalan mendekat ke arah Arum.“Kenapa diam saja? Kaget melihat calon suamimu berciuman denganku?” Nadia bersuara dengan sinis dan tubuh gemulai ke arah Arum.“ARUM!!! Jangan dengarkan dia!! Dia yang kurang ajar!!” seru Danu.