#Status_WA_Janda_Sebelah 30Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_30Banyak tanya bikin keselHah?!Mas Nicky meninggal? Mataku membelalak menatap Mami yang menangis tergugu. "Meninggal bagaimana, Mam?!" Aku menelan saliva. Mana mungkin Mas Nicky meninggal? Huhuuhu huhuuhu Mami tambah meraung. Juna menghela nafas. Lelaki itu terdiam sebentar. Sedangkan aku, rasanya tubuhku lemas, mendengar omongan Mami. Meski aku berusaha tak peduli dan melupakan Mas Nicky, tapi, bila mendengar berita dia meninggal, gemetar juga seluruh tubuhku. "Ivonne, sebaiknya kita naik ke atas aja. Kita bicara di dalam apartment." Juna membuka pintu mobil dan berjalan ke sisi pintuku untuk membuka. Juna juga membukakan pintu untuk Mami Utari. Selanjutnya, kami bertiga memasuki lift yang membawa naik ke apartment private ini.Berjalan menunduk, menyembunyikan perasaanku yang tak karuan ini dari Juna. Aku tak mau dia tahu, hatiku syok mendengar berita Mas Nicky meninggal. Rasanya,aku j
#Status_WA_Janda_Sebelah 31Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_31PenolakanTubuhku menggeliat, melepaskan pelukan Juna. Gegas kucuci tanganku dan mengelapnya hingga kering."Pulang lah, sudah malam." Juna menghela nafas, kemudian menatapku lekat. Aku pura-pura tidak melihat. Aku tahu, dia ingin menemaniku di sini. Tapi, selalu aku menolaknya. "Napa?" Tanyaku saat merasa jengah ditatap begitu. "Gapapa." Juna mengusap belakang telinganya. Bibirku tersenyum kecil. Juna ini, sukanya malu-malu. Aku tahu dari body language-nya, dia minta kiss, hihi."Udah sana pergi, aku mau tidur." Berdiri dengan melipat tangan di dada, aku berlagak galak. Juna nyengirr."Von, gua udah pesenin tiket buat Tante Utari besok pagi. Suruh naik taksi online saja. Lo nggak usah nganterin." "Kok gitu, kasihan kan?" Bibirku manyun. Juna tetap menggeleng."Biarkan dia berangkat sendiri. Kalau sudah di Bandara, dia juga tahu apa yang harus dia lakukan." "Baik lah." Mending aku iyain s
#Status_WA_Janda_Sebelah 32Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_32PoV DahliaSetelah meninggalkan Mami di daerah entah berantah, aku tancap gas dan ngebut tanpa tujuan. Pikiranku kalut dan takut. Kulirik Naura yang tertidur di kursi sampingku. Aku harus mencari tempat menginap malam ini. Aku harus menenangkan pikiranku dulu, baru mengambil langkah selanjutnya.Aku membelokkan mobil ke sebuah hotel yang tidak begitu besar. Kulihat jam di ponselku, sudah jam satu malam. Dengan menggendong Naura, aku melakukan check in. Semuanya berjalan lancar. Naura tidak rewel. Setelah aku buatkan susu, dia tidur lagi. Sepertinya, malam ini aku tidak bakal tidur. Benar-benar tidak tenang perasaanku. Apakah Nicky mati? Pertanyaan itu berulang-ulang hadir di otakku. Aku takut, sangat takut. Ku yakin, Nicky sudah mati waktu terjatuh dari tangga. Jadi aku hanya membuang mayat saja, tidak membunuhnya. Bagaimana kalau ada yang menemukan jasadnya? Apakah Polisi akan mengejarku,
#Status_WA_Janda_Sebelah 33Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_33Setahun kemudianSetelah aku mendengar sendiri omongan Tante Viyonna, aku jadi menjaga jarak dengan Juna. Lelaki itu masih baik padaku. Dia masih perhatian dan banyak menolongku. Bukannya aku nggak mau lepas seratus persen dari Juna, bukan! Aku masih butuh bantuan dia sampai aku melahirkan. Setelah itu, aku punya rencana sendiri.Jelang melahirkan, aku mau pulang ke Bandung. Rencana mau melahirkan di sana, yang dekat sama orang tuaku. Kalau kata Juna sih, suruh melahirkan di sini saja. Ntar Mama sama Papa yang dijemput ke sini. Tapi aku nggak mau. Melahirkan untuk yang pertama kali, kupikir lebih baik dekat dengan Mama. Hatiku lebih tenang. Lagian bisa belajar juga dari Mama, cara merawat bayi yang baru lahir.Juna sendiri yang mengantarku ke Bandung. Aku membawa banyak perlengkapan bayi yang aku beli dari Jakarta. Dokter bilang, jenis kelamin anakku laki-laki. Seneng banget dong aku ... Apal
#Status_WA_Janda_Sebelah 34Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_34Kandidat itu ...Aku tidak menyambut uluran tangannya, demikian juga Juna. Degup jantungku kencang. Benar kah dia Nicky? Tapi, kenapa dia bilang namanya Renald?"Maaf, saya permisi," ucap laki-laki yang mengaku bernama Renald itu sambil sedikit menundukkan kepalanya. "Juna ..." Panggilku setelah lelaki itu menjauh."Jangan tanya aku!" Juna bergumam. "A_apakah dia Nicky?" Aku ragu.Juna melirikku, kemudian mempererat pelukan lengannya di bahuku. "Dia bilang namanya Renald." "Iya, sih ...""Ayo pulang saja!" Setelah membayar semua totalan di kasir, Juna mengajak aku, Axel dan Mbak Retno pulang. Di mobil, Juna lebih banyak diam. Sepertinya dia sedang berpikir. Apakah lelaki yang mirip Mas Nicky tadi mengganggu pikirannya?"Jun, bukannya lo dulu pernah nyuruh orangmu untuk menyelidiki kematian Nicky?" Seingatku, dulu Juna pernah bilang begitu. Juna tak menjawab lama."Orangku bilang, mereka t
#Status_WA_Janda_Sebelah 35Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_35CemburuNetraku menatap tak berkedip, lelaki bernama Renaldy Asmasubrata itu. Hari ini, aku dan Pak Bayu memanggilnya untuk mengikuti final interview sebagai kandidat assisten Direktur.Tinggi sekitar seratus delapan puluh lebih sedikit, paras ganteng dan senyum menawan. Mengenakan kemeja putih lengan pendek dipadu dengan celana jeans biru belel dan sepatu casual. Ya Allah ... Rasanya aku meleleh! Ini sih, Nicky banget!"Silakan duduk," kata Pak Bayu. Renald kemudian duduk di kursi yang berhadapan denganku dan Pak Bayu."Bukannya Anda manager di restaurant fast food terkenal itu?" Tanyaku langsung. Renald menganggukkan kepalanya. "Betul, Bu." Jawabnya."Lalu, kenapa anda tertarik untuk bergabung di perusahaan saya. Sedangkan ini jauh berbeda dengan referensi yang Anda miliki?" Aku mencecarnya dengan pertanyaan. Renald tersenyum aja, matanya memandangku. "Dunia ini memang sempit buat kita ber
#Status_WA_Janda_Sebelah 36Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_36Sedikit tentang RenaldyJuna melangkah ke luar dengan gusar. Gegas kuikuti dia. Pikiranku udah pasti ribut nih. Brakk!Pintu ruangan kantor Renald dibuka kasar oleh Juna. Renald yang sedang sibuk bekerja dan duduk di kursinya, mengangkat kepala. Dia menatap Juna tak mengerti."Nicky!" Panggil Juna dengan menatap tajam.Netra Renald balas menatap. Aku yang berdiri di belakang Juna jadi berdesir. Udah mendelik semua gini. Ck!"Aku bukan Nicky!" Ucap Renald tenang."Lo bisa bohongin semua orang, tapi bukan gua! Elu Nicky!" Tunjuk Juna pada lelaki yang masih duduk di balik meja itu."Gosah pura-pura!" Juna merangsek maju. Tanganku memegangi jasnya. "Udah lah, Jun! Nggak penting banget sih!" Kuapit lengannya, biar nggak tambah maju."Lo kembali atau tidak, nggak ada yang berubah. Aku dan Ivonne, tetap akan menikah!" Seru Juna. Membuat Renald berdiri dan pindah duduk di tepi mejanya. "Jadi, kalian
#Status_WA_Janda_Sebelah 37Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_37Menginap"T_tante?" Aku berusaha tersenyum. Perempuan setengah tua itu medekat. "Apa kabar, Von?" "B_baik, Tante ... Silakan masuk." Kubuka pintunya lebih lebar. Mempersilakan Tante Vi dan perempuan muda itu memasuki rumahku.Duduk di sofa panjang bruang tamu, aku berhadapan dengan Tante Vi yang duduknya bersebelahan dengan perempuan muda berparas cantik itu. Penampilannya modern, dengan dress berwarna kulit, panjang selutut, model leher V potongan rendah."Ternyata kamu pindah ke sini, Ivonne?" Mata Tante Vi mengitari sudut rumah mungilku."Iya, Tante," aku tersenyum. Bola mata Tante Vi berhenti padaku. "Juna sering me sini?" Tanyanya datar. Aku tak menjawab. "Ah ya, pastinya, ya?" Mamanya Juna itu tersenyum mengejek. Kenapa ya, semenjak aku deket dengan Juna ~ lebih dari sekedar sahabat~, Tante Vi jadi sinis kepadaku. Padahal dulu, dia sangat baik padaku. Saat tinggal di Bandung, bahka