"Aku juga ingin memelukmu..."
Kate terbungkam sambil berpikir. "Apa mungkin dia cemburu waktu di rumah sakit?""Hmm, setelah itu kamu bakal dorong aku lagi?" tanya Kate dengan sedikit candaan. Gadis itu sedikit mendekat, membiarkan Freddy untuk terbiasa dengan keberadaannya.Kate mengulurkan lengannya. "Coba pegang tanganku. Bayangkan sesuatu yang menyenangkan, atau... Kamu bisa anggap aku suatu benda? Ini juga termasuk terapi.""Kenapa kau mengatakan itu?""Karena kau punya gangguan kecemasan.""Ayah memberitahumu?""Ini cuman tebakanku saja. Karena berdasarkan analisisku, kamu nggak mau disentuh siapapun. Benar? Aku masih ingat kamu dapat penghargaan besar dari dosen, dia mau berjabat tangan, tapi kamu cuman tersenyum. Kedua, Kamu selalu menyendiri di perpustakaan kampus. Dan terakhir, saat Dicky kemari. Apa itu cukup dijadikan alasan?"Freddy terkagum melihat pesona Kate saat mencoba menerangkan. Selain cantik, gadis ini juga salah satu mahasiswi terunggul di kampus. Jadi, yang beruntung Freddy atau Kate? Mungkin keduanya."Semua itu benar. Istriku memang hebat... Kedepannya, apa boleh aku bahagia denganmu?Sejenak Kate mematung mencoba memahami perasaan sang suami. Dia masih tak mengerti alasan Freddy seperti ini. Tapi satu hal yang ia sadari. Freddy selama ini tak bahagia dengan kehidupannya."Tentu saja, kenapa nggak?"Dengan secepat mungkin Kate mengecup pipi pria itu lalu balik duduk ke ranjang. "Bagaimana? Kamu nggak cemas bukan?"Freddy membeku. Ia memegang pipinya lalu tersenyum. "Kate, kau bau alkohol.""Ah! Benarkah? Padahal aku minum siang tadi."_Memalukan sekali_Akhirnya baik Freddy maupun Kate bisa kembali tersenyum tanpa harus memikirkan pertengkaran mereka siang ini. Kate memukul-mukul bantalnya. "Sial! Manis sekali!" pikirnya. ...Hati senang bukan kepalang, Kate masak sarapan banyak hari ini. Tapi ia tak melihat keberadaan Freddy di manapun. Hanya satu kemungkinan, pria itu mungkin berada di satu kamar yang belum pernah Kate kunjungi, yaitu tempat gym.Ternyata benar. Kate bisa mengintip dari balik pintu saat pria itu sedang melakukan pull up. Tubuhnya begitu atletis. Ini entah keberapa kalinya Kate mengagumi manusia ciptaan tuhan.Kate buru-buru mengambil minum sebagai alasan untuk masuk ke dalam ruang gym. Dengan langkah pelan gadis itu memasuki tempat tersebut setelah tiga kali ketukan pintu."Oh Kate?" Freddy turun dari pull up bar kemudian menghampiri istrinya. "Kau mau ikut gym?" tawar Freddy. Kate dengan cepat menggeleng dan menyerahkan satu botol air mineral. "Nih ambil. Badanku sudah cukup bagus sekarang ini. Mungkin jika sehabis hamil dan melahirkan anakmu, aku akan ikut gym."Wajah Freddy merona. Membayangkannya saja sudah membuat pria itu salah tingkah. Kate tersenyum penuh kemenangan. Ternyata kalimat yang tak sengaja ia lontarkan malah membuat Freddy kalah."Kalau sudah siap, ayo sarapan!""Iya aku ke bawah sebentar lagi. Tapi aku mandi dulu ya?" Kate mengangguk, lalu meninggalkan pria itu sendiri di sana....Hari ini Abelia sedang berulang tahun. Abel memilih untuk menutup penjualanan di cafe. Dia benar-benar sudah menata cafe layaknya sebuah pesta orang-orang dewasa.Malam ini mungkin bakal jadi yang meriah. Mengingat dia akan bertemu dengan sang kekasih setelah cukup lama pria itu di luar negeri. Para mahasiswa Harvard university yang seangkatan dengan Abel juga banyak diundang.Tidak hanya Kate, Freddy juga diundang untuk menghadiri pesta tersebut. Freddy memakai kemeja putih dengan blazer hitam. Ia masih senantiasa menunggu Kate di dekat mobil.Dengan high heels hitam, dress merah yang terlihat sampai paha serta bibir yang dipoles dengan lipstik merah. Kate menuruni tangga sambil melambaikan tangannya ke arah Freddy.Freddy mendelik, mulutnya menganga lebar melihat penampilan Kate yang begitu mewah. Sejujurnya ia kagum, tapi tetap saja ia cemburu jika orang-orang melihat selain dirinya."Bagaimana?" tanya Kate. Ia ingin mendengar langsung pujian dari mulut Freddy.Pria itu tersenyum kikuk. Ini bukan hanya sekedar cantik, tapi juga seksi. "Hm, cantik. Tapi terlalu terbuka."Kate melihat ke arah bawah. Memang benar, baju yang ia pakai sangat terbuka. Mungkin Freddy tak menyukai penampilannya yang seperti ini."Kalau begitu aku ganti baju dulu, sebentaaar aja!""Yasudah aku tunggu."Pada akhirnya Kate tetap memakai dress warna merah kesukaannya. Namun kali ini lebih tertutup. Tapi tidak mengapa, yang penting Freddy lebih menyukai penampilan yang sekarang.Bagaikan peran utama dalam pesta ini. Kate dan Freddy disambut dengan baik oleh Abel dan teman-temannya."Kate! Ya ampun kau seperti peran utamanya hari!" puji Abel. Abelia menarik tangan Kate untuk segera mengikut dengan para teman-teman wanita lainnya. "Freddy! Istrimu aku pinjam ya!"Freddy tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Freddy mengedarkan pandangannya. Tak satu pun orang-orang yang di pesta ini ia kenal. Rasanya canggung sekali. Baru kali ini ia pergi ke pesta perjamuan.Seseorang menepuk bahunya. "Fred!"Freddy terkejut. Pria itu sedikit menjaga jarak sambil tersenyum. "Oh Dicky?" ujarnya berupaya terdengar ramah."Ah ternyata kau masih ingat..., Kau tidak punya kenalan di sini?""Tidak. Hanya Kate."Dicky terkekeh kecil. "Tentu saja! Kate kan istrimu.""Aku tidak punya teman di sini. Kau mau duduk denganku berdua di sana?" ujar Dicky kembali sembari menunjuk satu kursi-kursi yang dihias rapi.Freddy mengangguk setuju. Mereka sama-sama duduk berdua di sana sambil menikmati segelas wine di sana."Bagaimana rasanya menikah dengan Kate?" tanya Dicky seraya meneguk segelas wine. Freddy tersenyum. Dia jadi membayangkan hal-hal yang membuatnya selalu jatuh cinta dengan gadis itu."Sangat menyenangkan. Kate orang yang menarik, dia selalu punya cara untuk menghiburku.""Oh ya? Kate memang menarik. Makanya aku menyukainya dari dulu. Kami berpacaran dengan baik."Freddy terdiam sejenak. Sepertinya ia maksud dari tujuan pertanyaan Dicky. Memang sejak pertama kali bertemu, Freddy tak begitu menyukainya."Kehidupan rumah tangga kami lebih baik."Dicky menutup mulutnya tak percaya. "Benarkah? Aku dengar...,""Kau tidak ingin menyentuh Kate?" lanjut Dicky sambil berbisik.Freddy membeku. Bagaimana mungkin pria ini tahu semua hal itu? Apa mungkin Kate yang menceritakannya?"Aku sarankan, lebih baik kau segera berpisah dengan Kate, Fred. Seperti yang kau lihat, aku masih menyukainya. Aku ingin dia bahagia dengan pria yang normal. Kau pikir dia bahagia dengan kehidupannya sekarang ini? Dia menangis dan bercerita padaku, kalau kau tak ingin menyentuhnya."Seketika mata Freddy memerah. Ia mengepalkan tangannya kuat hendak memukul pria di depannya ini. Tapi mau bagaimana? tidak mungkin Freddy merusak pesta perjamuan ini."Itu istrimu, Fred," ujar Dicky sambil menunjuk Kate.Freddy bangkit dari kursinya dan menghampiri Kate yang tengah tersenyum gembira. "Fred. Kamu gak mau lihat Abel berdansa dengan pacarnya?"Freddy tak bergeming sedikitpun. Matanya memerah menahan kekesalan yang ia pendam sedari tadi."Aku mau pulang, Kate.""Aku mau pulang, Kate."Kate mengerutkan keningnya. "Tapi pestanya baru dimulai?""Kau boleh menikmati pesta temanmu. Aku akan pulang duluan...""Kenapa begitu? Bukannya kita datang kemari sebagai pasangan?""Tadinya aku pikir begitu. Tapi aku sedang tak enak badan.""Memangnya kau tega meninggalkanku sendiri di sini?""Semua orang di pesta ini temanmu. Jadi biarkan aku pulang ke rumah, untuk beristirahat.""Kalau begitu aku ikut!" paksa Kate. Gadis itu berdiri lebih dekat dengan suaminya. Namun Freddy malah memilih untuk menjauh. "Aku bisa sendiri."Tanpa bergeming, Freddy meninggalkan Kate di pesta perjamuan tersebut. Pandangan orang-orang teralihkan pada kedua pasutri baru ini. Sampai-sampai ada yang berbisik-bisik mengenai mereka berdua. Tapi Kate tidak peduli dengan orang-orang sekitar. Ia lebih penasaran apa yang terjadi dengan Freddy. Mengapa tiba-tiba moodnya tidak baik. Padahal mereka dengan ceria kemari.Kate melirik Dicky, berharap mendapat penjelasan dari pria itu. Tapi D
Tepat di pukul sepuluh malam. Baik Kate dan Dicky sama-sama berekspresi serius di cafe dekat perusahaan. Dicky menatap ke sembarang arah tak berani menatap lawan bicaranya."Alexian, aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan dengan Freddy. Tapi bisa kau jelaskan situasi semalam? Kenapa Freddy bisa tahu kita punya hubungan sebelumnya?""Jawabannya itu ada pada dirimu, Kate.""Maksudmu?""Kamu nggak ingat semua yang kamu ceritakan samaku? Tentang suamimu yang tak mau menyentuhmu?""Kapan aku bilang begitu?""Tiga hari yang lalu, saat kau mabuk berat di cafe Abel."Ini kesalahan Kate setiap kali ia mabuk. Kate cenderung mengutarakan semua isi hatinya saat mabuk. Dan sekarang, ia terjebak dengan kata-katanya sendiri."Lalu, apa yang kau sampaikan pada, Fred?" tanya Kate sekali lagi."Nggak ada, aku hanya mengingatkannya, jangan seperti itu sebagai seorang suami. Aku hanya berusaha mendekatkan kalian, memang itu salah? Kau tahu sendiri sifatku bukan?""Apapun yang aku sampaikan denganmu, tapi
"Maksudnya tidurkan aku..., Kamu harus di samping sampai aku tidur!"Lagi-lagi Kate membuat suasana menjadi canggung. Terlebih lagi sifatnya yang biasanya agresif, jadi membuat Freddy langsung salah paham."Kalau begitu..., aku akan menunggu di kursi sana saja.""Aku maunya kamu di sini, di samping aku," pinta Kate menepuk-nepuk ranjang.Walaupun terasa berat, namun Freddy memilih menurut. Ia berbaring telentang sementara Kate membelakanginya agar pria itu tak perlu ketakutan.Kate tersenyum kecil penuh kemenangan. Dia berhasil membujuk Freddy dengan memakai selimut yang sama. Sejujurnya Freddy tak nyaman, tapi tak mengapa. Ia akan segera pindah begitu Kate tertidur dengan pulas."Fred...""Hmm?""Jangan dengarkan kata-kata orang lain. Mereka cuman iri dengan kita kenapa bisa bersama. Aku nggak akan berpaling darimu, sampai aku berada di titik terendahku," ujar Kate dengan suara berat. Dia sudah sangat mengantuk, namun berusaha menenangkan pikiran Freddy terlebih dahulu."Aku juga gak
"Ada apa?" tanya Kate jengah. "Freddy gay!" seru Abel terburu-buru. Kate tergeletak tawa sambil memukul-mukul meja kerjanya. "Kau bercanda? Dia normal seratus persen.""Tapi ini sungguhan Kate! Aku dengar temannya satu lagi mendesah di ruang kerjanya. Kau pikir aku berbohong hanya untuk ini?""Kau dengar suara Freddy juga?""Nggak sih, tapi aku yakin, mereka cuman berdua di ruang itu. Lagian temannya ini menyebutkan nama Freddy tahu!""Udahlah, Bel. Mungkin kau butuh tidur karena terlalu lelah. Salahku menyuruhmu memata-matai Freddy. Sekarang dia di mana?""Dia di tempat praktek psikiater terdekat dari rumah kalian. Tapi aku yakin, telingaku tak salah. Awas saja kalau kau mengadu dan mengatakan itu benar!"Abel mematikan ponselnya sepihak karena kesal. Sedangkan Kate menghela nafas panjang sambil menyisir rambutnya ke belakang. Yang mana harus ia percayai? Sahabatnya ini atau suaminya. Sedangkan Kate tahu, kalau Freddy takut akan disentuh.Untuk menghilangkan rasa keraguannya, Kate me
"Dicky..." Jane berucap lirih. Bukan melanjutkan kalimatnya, Jane malah menatap Freddy yang pucat pasi seperti tak bernyawa. "Fred, kau kenapa?" tanya Jane khawatir. Kate langsung melepas rangkulan tangannya. Lagi-lagi ia melupakan Freddy yang takut disentuh."Freddy, maafkan aku. Bagaimana ini?" ucap Kate panik. Sangking paniknya, ia tak sadar sedari tadi ia melantur. Jane jadi bingung melihat mereka berdua."Ayo bawa dia ke rumah sakit!" usul Jane. Freddy menggeleng cepat, ia menjauh sedikit dari para gadis itu. Dengan nafas tak beraturan, Freddy duduk di aspal untuk menenangkan dirinya sejenak. "Ada apa dengan Fred? Dia sedang sakit, kenapa kau diam saja?!" sentak Jane. Kate membisu diam tak bisa berbicara maupun bertindak. Ini kesalahannya karena terlalu cemburu, sedangkan Freddy menahan rasa ketakutannya agar dirinya tak malu. Jane menatap mereka secara bergantian, kenapa dua-duanya tampak cemas namun saling tak bertindak satu sama lain. Jane hendak melangkahkan kakinya mendek
Kate menatap ke sembarang arah, lebih tepatnya keluar jendela. Dia tahu Freddy pasti sudah menyadari hal ini, sebab itu Freddy dan temannya sengaja mengerjai Abel dengan berpura-pura gay."Aku penasaran, kenapa kau tak bisa cerita? Apa ini semua menyangkut ibu tirimu? Jika benar, aku bakal lebih berusaha agar kau bisa cepat sembuh.""Dengan mengetahui masa laluku?!" sela Freddy tak terima. Jelas sekali pria itu sedang membentaknya. Kate tak pernah dibentak, itu sebabnya kalau ada saja orang yang meninggikan suaranya, ia akan menangis.Dengan mata memerah Kate menatap Freddy kesal. Gadis itu mengepalkan tangannya. "Memangnya kenapa kalau aku tahu?! Aku ini istrimu, Fred!"Freddy menghela nafas panjang. "Itu sebabnya aku tak ingin membicarakan itu di sini. Orangtuamu bisa mendengar percakapan kita."Kate menyisir rambutnya frustasi. "Bisa nggak kita gak bertengkar sehari saja? Aku capek, aku juga mau bahagia kayak orang-orang!""Maka, seharusnya kita tak perlu bersama."Jawaban tak terdu
"Kalian sedang membicarakanku ya?!" kejut Kate. Gadis itu melangkahkan kakinya duduk tepat di tengah-tengah mereka. "Kepedean, kamu gak jadi tidur? Perasaan katanya mau tidur," ucap sang ibu."Nanti malam aja deh. Kalau tidur di siang hari, besok bakal mengantuk lagi saat siang. Yang ada pekerjaanku berantakan," jawab Kate sambil tertawa cengengesan.Freddy memperhatikan wajah Kate sambil kebingungan. "Bukannya dia tadi nangis? Kenapa tiba-tiba ceria lagi?" pikir Freddy. Saat itu juga ia membuat kesimpulan bahwa Kate suka menyembunyikan perasaannya dengan wajah bahagia."Oh iya, Ma. Sebentar lagi ada pameran lukisan di tempat kerja Fred, Mama sama Papa mau ikut? Biar pergi sekalian dengan kami," ujar Kate."Kapan?" tanya sang ibu."Hmm sekitar lima hari lagi, ya kan Fred?" Kate menghadap Freddy."Hm i-iya," jawab Freddy kebingungan. Pasalnya gadis itu bicara santai lagi dengannya. Seolah tak terjadi apa-apa barusan."Sebenarnya Mama mau ikut, cuman gak bisa. Karena harus keluar kota d
"Kate!" panggil Dicky dari kejauhan. Pria itu berlari kecil menghampiri kedua pasangan suami-istri tersebut. "Kate! Sudah kuduga kau di sini," ucapnya dengan nafas terengah-engah."Ada apa?" Kate menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau tiba-tiba kemari?""Aku membutuhkanmu!"Freddy seolah tak dianggap di sana. Dicky hanya melangsungkan pembicaraan tanpa melihat Freddy sama sekali. "Bukannya anda keterlaluan?" tanya Freddy kesal. Dicky menoleh dan berdiri dengan tegak. "Keterlaluan dari mana?""Kate itu istri saya. Harusnya anda minta izin dengan saya lebih dahulu.""Ini mendesak soal perusahaan, aku butuh Kate. Lagi pula Kate bawahanku.""Alexian, aku bukan bawahanmu jika di luar. Aku dan Freddy sedang bersantai, kau tak seharusnya menyuruhku untuk kembali bekerja di perusahaan!" seru Kate."Aku tahu itu. Tapi ini soal pekerjaanmu, kita kedatangan investor asing. Dan dia datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. Aku benar-benar membutuhkanmu kali ini saja! Soal kau ingin resign sement