Share

Para Istri

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-07-15 06:00:32

Bab 46

Para Istri

Tidak ada tanggapan lagi dari Sugi. Aku menggulir layar hingga kembali tampak status terakhir Tante Feby yang sedang makan di restoran. Fokusku masih pada ponsel yang tergeletak di atas meja.

Akhirnya aku memutuskan untuk menanyakan tentang hal itu kepada Tante Feby melalui chat.

[Hai Tante. Lagi sibuk nggak?]

[Ada yang mau aku omongin nih.]

Ternyata si Tante Feby itu membalas pesan dariku dengan sangat cepat. Sepertinya dia juga sedang sangat bersemangat saat ini.

[Lagi kesepian juga. Istri sedang tidak becus mengurus suami.]

Aku menambahkan lagi emoticon mulai dari ciuman genit hingga tangisan yang berderai air mata. Butuh beberapa saat kemudian untuk mendapatkan balasan dari wanita itu.

[Hai Ferry ganteng!]

[Tante juga lagi kesepian nih. -emoticon menangis]

Sudah ku duga dia sangat mudah untuk digoda. Hanya sapaan manis dengan bermodalkan stiker dan emoticon saja sudah membuat tante girang itu kesenangan.

Tante Feby bahkan tidak sungkan untuk mengirim fotonya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Hilda

    Part 47HildaTepat jam 04.00 sore di rumah makan Langen Sari, aku menghampiri wanita cantik yang memakai jilbab instan berwarna hijau muda. Hanya dengan sekali lihat saja aku sempat merasa terpesona melihat kecantikannya. Terpesona karena merasa kagum terhadap sesama wanita. Jika aku sebagai perempuan saja bisa terpesona, bagaimana dengan para lelaki?"Selamat sore, assalamualaikum." Dia menyapa terlebih dahulu padaku dengan senyum manis.Aku membalasnya seraya duduk tepat berhadapan dengan wanita itu, di sampingku ada Kevin yang duduk ganteng sembari memainkan mobil-mobilannya. "Namanya Mbak Mega, 'kan?""Iya, Mbak. Mbak Hilda?" Aku menyebut namanya dengan nada bertanya. "Alhamdulillah, akhirnya kita bisa bertemu di sini."Dari cara bicara dan gerak-geriknya dia tipikal wanita muslimah yang taat beragama, lemah lembut dan anggun. Sesaat aku tidak menyangka bahwa Sugi, lelaki yang dari luar memang tidak terlalu buruk, tetapi cara berbicara yang sedikit kasar dan memiliki tipikal l

    Last Updated : 2022-07-15
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bukan Hanya Aku Yang Tersakiti

    Bab 48Bukan Hanya Aku yang Menderita"... Tentang merahasiakan pekerjaan sampingan dari kita, para istri."Kalimat yang barusan terlontar beberapa detik yang lalu terus terang yang di kepalaku. Ternyata suami kami benar-benar sengaja merahasiakannya. Tentu saja setiap tindakan pasti memiliki alasan, setiap orang, setiap kehidupan rumah tangga yang dijalaninya juga memiliki alasan yang berbeda."Saya terus kepikiran hal itu sejak kemarin. Merasa ragu juga untuk membicarakan hal ini sama mbak Mega karena takut kalau saya justru yang akan memicu hubungan dan si suami jadi renggang."Aku bisa mengerti kecemasan dan rasa tidak enak yang Hilda maksud. Kalau aku jadi dia juga mungkin butuh waktu berhari-hari atau lebih lama untuk mengajak istri dari teman suaminya membicarakan masalah yang sangat sensitif ini."Sebelumnya aku mau terima kasih sama kamu karena udah mau berbagi informasi," kataku tulus."Saya juga seorang istri, Mbak. Meski tidak tahu apa Mbak Mega sudah tahu tentang hal ini

    Last Updated : 2022-07-16
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Kabar Baik dan Buruk

    Bab 49Kabar Baik dan BurukHilda menangis sekitar kurang lebih 15 menit. Aku tidak mencoba untuk menghentikannya. Bagaimana pun aku juga ikut sedih, sakit hati dengan apa yang dia katakan tadi. Memang setiap orang memiliki hak untuk mengambil keputusan masing-masing dalam hidup, aku juga tidak tahu seberapa menderitanya dia dalam menjalani kehidupan rumah tangga bersama Sugi. Hilda bilang bahwa dialah yang meminta cerai lebih dulu, tetapi dia juga yang menangis sesenggukan seperti ini. Aku menghela nafas. Ya, memang sulit untuk diartikan, tetapi wanita memang begitu.“Aku sudah memikirkan hal ini jauh-jauh hari, Mbak,” katanya saat isak tangis tidak sedalam tadi. Tidak ada jawaban dariku karena aku lebih menunggu dia berbicara lagi. Di saat-saat seperti ini, yang dibutuhkan Hilda adalah didengarkan. Mungkin sebelumnya dia tidak terlalu ‘buka-bukaan’ tentang masalah rumah tangganya, tetapi kali ini tidak.“Saya sudah menikah dengan Mas Sugi 5 tahun ini, dan sampai sekarang juga kam

    Last Updated : 2022-07-16
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Pertemuan Sebagai Ferry

    Bab 50Pertemuan Sebagai Ferry“A-apa? Rumah, Mas?” “Iya, Dek. Rumah yang lebih bagus dan lebih besar dari ini.”“Tapi—““Dengan uang segini bisa kita gunakan buat beli rumah impian, Dek!”Aku kehilangan kata-kata untuk bisa merespons ucapannya. Dia bilang beli, bukan menyewa lagi. bagaimana mungkin aku tidak terkejut setengah mati mendengarnya? Mungkin akan berbeda jika cara Mas Saleh mendapatkan uang ini dengan pekerjaan yang jelas. Paling tidak aku tahu seluk beluknya hingga kapan dia menabung—tunggu. “Mas, kamu dapat uang ini selama satu minggu atau sudah nabung sejak jauh-jauh hari tanpa sepengetahuanku?”“Hm?” Aku menangkap perubahan ekspresinya. “Kenapa? kok, tanyanya gitu?”“Ya wajar aja, dong, Mas. Siapa juga yang nggak akan bertanya-tanya kalau diperlihatkan uang sebanyak itu dan akan ebli rumah?!” “Kamu nggak senang, Dek?” Ada raut protes di wajahnya. “Bukannya nggak senang, tapi—“ Aku membuang napas kasar. “Jawab dulu, dong, Mas. Kamu dapat uang ini dari mana?”“Kerj

    Last Updated : 2022-07-16
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Meminta Cerai

    Bab 51Meminta CeraiPesanan kami datang, vanila latte dingin untukku dan ice americano untuknya. Tidak ada yang memulai pembicaraan selama beberapa menit berlalu. Tante Faby terlihat tidak nyaman dengan duduknya.Lucu sekali. Di situasi seperti ini aku pikir dia yang akan lebih ganas untuk menyerangku terlebih dulu, mengingat bagaimana sikapnya.“Tante nggak mau tanya?”“Eh?”“Pasti banyak yang mau Tante tanyakan padaku, ‘kan?” Walaupun sebenarnya aku yang lebih berhak bertanya kepadanya. “Oh, itu ….”“Kalau gitu, biar aku yang bicara dulu, deh.” Aku berdehem sekali sembari menyandarkan punggung pada kepala kursi, tanganku bersedekap di depan dada. “Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya—aku ini Ferry yang hampir setiap hari dalam kurun waktu satu minggu belakangan mengobrol dengan Tante lewat facebook.” Dia diam.“Gimana rasanya ditipu, Tante? Bukankah seharusnya Tante marah sama aku?” Sengaja aku mengulur waktu dengan meledeknya terlebih dahulu. Tak dapat dimungkiri bahwa aku

    Last Updated : 2022-07-16
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Usahanya Menghiburku

    Bab 52Usahanya Menghiburku“Kamu salah paham, Dek. Mana mungkin aku melakukan hal kayak gitu?!” Mas Saleh terus saja menyangkal. “Kalau aku salah paham, apa kamu bisa jelasin siapa orang yang foto hot sama Tante Faby? Coba jelasin apa pekerjaan kamu sampai nggak lama kamu udah punya uang buat beli rumah!” “Dek, i-itu jelas bukan aku!” Dia menunjuk-nunjuk ponsel yang ada di tanganku. “Dilihat dari manapun juga, itu sama sekali nggak ada kesamaan! Mungkin cuma mirip aja kali, Dek. Udahlah, kamu kebanyakan nonton sinetron istri yang tersakiti jadi gampang curiga sama suami sendiri!” Mas Saleh melengos. Dia berusaha untuk menghindari tatapanku. Jelas kalau dia sedang berbohong. “Mas, apa kamu berpikir kalau permintaanku buat cerai itu hanya omong kosong?! Aku serius, Mas!”“Hush! Kamu jangan asal bilang begitu! Nggak baik. Kalau tetangga dengar bagaimana?! Bisa jadi gosip tetangga kita, Dek!” “Kita, terutama kamu udah lama jadi bahan gunjingan para tetangga. Itu bukan sesuatu yang b

    Last Updated : 2022-07-21
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Harga Diri dan Hidup Layak

    Bab 53Harga Diri dan Hidup Layak"Maaf karena buat kamu nunggu lama dan nggak balas pesan kamu. Itu karena kami, Pak RT, aku dan si pembeli tanah itu lagi fokus berdiskusi mengenai harga tanah sampai ngurus sertifikatnya juga. Aku nggak sadar kalau sampai larut malam. Hehehe." Terdengar dentingan piring dan sendok hingga tombol gas yang akhirnya dimatikan. Sejak tadi dia berbicara, aku tidak memperhatikannya dan seolah-olah permukaan meja jauh lebih menarik daripada suamiku sendiri. Sampai aku baru sadar dia sudah menyiapkan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi untukku dan satu piring lagi untuknya. "Kamu tahu kalau aku paling jago bikin nasi goreng. Lama banget rasanya baru pegang wajan sama spatula. Hahah.""Mas," panggilku pelan, menginterupsi tawanya dengan mata yang tertuju pada sepiring nasi goreng di hadapanku."Akhirnya kamu menyauti ucapanku, Dek. Dari tadi rasanya aku kayak bicara sama tembok.""Aku hargai kerja keras kamu buat menghiburku," kataku mengabaikan ucapan

    Last Updated : 2022-07-21
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bimbang

    Bab 54Bimbang"Tapi, aku nggak bisa hidup susah terus menerus, Dek.""Kamu bilang kalau kamu ngelakuin semua pekerjaan itu buat aku sama Kevin," protesku lagi. "Kamu bilang bahwa semua usahamu hanya untuk kami. Kamu rela melakukan apa saja agar kami bisa bahagia. Dan aku, terus Kevin juga jauh lebih bahagia dan tenang tanpa harus kamu ngasih kami kemewahan."Mas Saleh mulai terlihat bimbang. Aku bisa melihat dari kedua bola matanya yang bergetar. "Aku juga akan terus berusaha menjadi istri dan ibu yang baik. Aku nggak peduli apa kata orang lain asal kamu juga begitu. Kita suami istri, gimanapun susah senang, kamu juga aku rasakan.""Tapi, rasanya sulit, Dek.""Bagian mana yang sulit? Apa kamu merasa sulit buat menerima caci maki dari orang lain?"Dia menganggukkan kepala."Kita bisa melewatinya. Usaha dan doa kita harus lebih gencar lagi agar bisa memiliki kehidupan yang layak, tapi berkah. Intinya harus sabar, Mas. Kita sabar bersama-sama dan lewatin semua rintangan sambil berpegan

    Last Updated : 2022-07-22

Latest chapter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 112

    Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 111

    Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 110

    Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny

DMCA.com Protection Status