Share

Masih Berjarak

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-08-26 03:07:56

Bab 71

Masih Berjarak

Setelah aku pulang, rupanya Mas Saleh belum ada di rumah, pesanku juga tidak kunjung dia balas. Akhir-akhir ini, selain dia mengabaikanku secara langsung, Mas Saleh juga selalu mengabaikan pesan atau telepon dariku. Mungkin saja dia sibuk, tetapi apakah tidak ada sedikitpun waktu untuk sekedar mengetikkan beberapa kalimat untuk dia kirimkan kepadaku?

Aku tidak ingin kembali mencurigainya, tetapi siapa yang bisa tenang ketika suami sendiri mulai tak acuh dan menjaga jarak?

Saat aku sedang menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak untuk makan malam, ponselku yang berada di atas meja berdering. Kupikir itu berasal dari Mas Saleh, tetapi ternyata si penelepon adalah Mbak Desi.

"Waalaikumsalam, Mbak." Aku menjawab salamnya.

"Kamu udah ada di rumah atau masih di toko?"

"Aku lagi di rumah, Mbak. Memangnya kenapa?"

"Lagi sama Saleh nggak?"

Aku heran karena mendadak Mbak Desi menanyakan suamiku. "Mas Saleh belum pulang, Mbak."

"Apa kamu tahu dia ada di mana sekarang?"

S
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Obrolan Sensitif

    Bab 72Obrolan SensitifAku berhenti berlari saat Tante Feby menggendong Kevin. “Aduh, Sayang … ini kaki kamu luka. Di mana ibu kamu, Kevin?”Dari jarak kurang lebih 5 meter aku masih bisa mendengar suaranya di tengah hiruk pikuk ramainya taman bermain. “Tante,” panggilku saat sudah tepat berada di depannya. Tante Feby yang sedang berjongkok sambil memeluk anakku pun mendongak tanpa melepas pelukannya. “Mega, kamu ini ke mana aja? Lihat, Kevin nangis karena jatuh dan kakinya lecet.” Tanpa perlu dijelaskan pun aku sudah tahu, dan tanpa menjawab ucapannya, aku menarik pelan Kevin dari pelukannya. Segera kugendong dia yang masih terisak. “Maaf, Sayang. Kita cari tempat duduk dulu, yuk?” kataku menenangkannya. Bangku yang tadi aku duduki sudah ditempati orang lain, jadilah perlu berjalan beberapa saat untuk menemukan tempat yang sedikit lebih tenang. Namun, bukannya langsung berpamitan, Tante Feby malah mengikutiku. Tentu saja awalnya risih, karena itulah aku merasa ada alasan di mana

    Last Updated : 2022-08-28
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Kebaikan Tante Feby

    Bab 73Kebaikan Tante FebyAku uring-uringan setelah melihat foto Mas Saleh yang candid. Mbak Desi bilang kalau dirinya tidak sengaja melihat suamiku saat baru pulang dari arisan. Foto itu diambil saat Mbak Desi naik angkot. [Aku kira kamu sama dia, Ga. Tapi, aku lihat dia sendirian.]Itu pesan yang dia tulis setelah mengirim foto itu. Panggilan kami berakhir dan memilih untuk melanjutkannya lewat chat saja.Ada banyak yang baku pikirkan setelah melihat foto itu. Pertama adalah aku kecewa karena Mas Saleh ternyata ada di tempat dan waktu yang sama denganku dan Kevin, tapi dia tidak mengabariku, apa lagi menghampiri kami. Kedua adalah ada kemungkinan Mas Saleh bertemu dengan Tante Feby. Ya, meskipun aku tahu kalau wanita itu datang bersama anak dan cucunya, sulit jika dibayangkan kalau mereka bertemu dengan sengaja. Pasti anak dan menantu Tante Feby bertanya-tanya tentang siapa Mas Saleh. Dia juga tidak mungkin sebodoh itu untuk memperkenalkan pria lain yang jauh dari usianya kepada

    Last Updated : 2022-08-28
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Perekrutan Karyawan

    Bab 74Perekrutan Karyawan Namanya Retno, usianya 22 tahun. Tante Feby mengatakan bahwa gadis ini pernah bekerja di perusahaan anaknya. Dari informasi yang dia berikan, perusahaan itu bukan perusahaan yang sangat besar. Setahuku itu adalah perusahaan di bidang tekstil, masih termasuk rintisan, katanya.Sekarang Retno sedang berada di toko. Ada ruangan kecil di dalam toko, kami--aku dan Hilda menjadikannya ruang staff untuk sementara. Di sinilah kami berada. Tentu saja perlu adanya sesi interview untuk hal yang mendasar seperti pengenalan diri dan kinerjanya selama bekerja di tempat sebelumnya."Sebenarnya nggak banyak hal yang ingin kami tuntut dari kamu. Yang paling utama adalah ketekunan dan ramah tamah kepada pelanggan. Jangan lupa disiplin kerja." Aku memberitahunya setelah membaca CV Retno yang berada di tanganku. "Rajin-rajin saja beres barang-barang kalau toko lagi sepi atau pelanggan udah pada bubar. Ini buka jam 08.00 pagi sampai jam 04.00 sore. Tapi, rencananya jam buka ak

    Last Updated : 2022-08-31
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Peralihan Kepemilikan

    Bab 75Peralihan KepemilikanAku kesulitan berbicara karena saking terkejutnya mendengar ucapan Mas Saleh barusan. "Kenapa? Nggak mau?""Kamu ini bicara apa, sih, sebenernya? Tokoku, ya, sama aja tokomu, Mas. Kita yang punya bersama. Kenapa main kepemilikan segela, sih? Udah kayak perusahaan besar aja. Pergantian presdir, gitu?" Karena merasa lucu dengan ucapanku sendiri, jadilah kusambung dengan tawa."Beda, Dek. Kalau toko itu jadi milikku, aku bisa ngatur semuanya sesuka hatiku tanpa perlu persetujuanmu. Mau aku jadikan apa aja juga terserah padaku."Sama saja. Mas Saleh sama saja memintaku untuk melepas toko. “Mas—“ Lagi-lagi aku kesulitan untuk mengatakan sesuatu. Suamiku ini benar-benar tahu caranya membuatku kicep. "Kalau kamu ngerasa toko itu milik kita bersama, seharusnya nggak perlu pikir panjang buat nyerahin ke aku, dong, Dek?" Ya, seharusnya memang begitu. Tidak ada salahnya jika aku menyerahkan tokoku ke suami sendiri. Toh, pada akhirnya hasil dari penjualan juga masu

    Last Updated : 2022-08-31
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Malam Bersama Tante

    Bab 76Malam Bersama TantePov FebyTernyata seru juga membiarkan orangku masuk ke kehidupan Mega. Istri Saleh itu sebenarnya sangat baik—lebih terkesan naif dan polos, menurutku. Lagaknya saja yang sok pintar, padahal dia hanya wanita penurut yang sama sekali tidak bisa lepas dari suami.Aku akui dia sangat sabar, tetapi ketahuilah bahwa rasa sabar biasanya akan dimanfaatkan oleh orang lain untuk terus menyakiti diri kita. Sama halnya yang dilakukan Mega. Dia bersabar atas perlakukan Saleh yang jelas-jelas rela menjual diri demi uang. Berjuang demi kebaikan keluarga? Itu hanya omong kosong. Pada dasarnya, Saleh hanyalah lelaki mata duitan dan gila pengakuan.Lihat saja bagaimana sikap dia setelah tahu kalau usaha Mega, istrinya sendiri, maju dan mendapat banyak pujian dari teman, tetangga dan saudaranya. Apakah Saleh ikut bahagia? Tidak. Pria itu justru mengeluhkan semua yang perasaan irinya kepadaku.Apakah aku merasa keberatan? Tentu saja tidak. Justru senang karena sudah menjadi p

    Last Updated : 2022-09-04
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Kemarahan Yang Tak Kunjung Hilang

    Bab 77Kemarahan yang Tak Kunjung HilangPov MegaSemalaman aku tidak bisa tidur karena menunggu kedatangan masalah yang bahkan sampai menjelang subuh pun dia tidak memunculkan batang hidungnya. Aku meneleponnya, tetapi tidak diangkat berikut juga dengan pesan-pesan beruntun yang terus aku kirim setiap 10 menit sekali. Rasanya semakin hari aku tidak tenang dengan gelagat Mas Saleh. Selain dia semakin dingin kepadaku, dia juga mulai bersikap seolah-olah tidak ada rumah untuk dia pulang. Maksudku adalah dia jadi seperti Bang Toyib. Sekarang sudah pukul 04.00 dini hari. Aku mau memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih sampai memasak dan baru selesai di jam 06.00 pagi. Saat itulah Mas Saleh pulang.Aku menyambutnya di depan pintu dengan tatapan penuh penilaian. "Kamu dari mana aja, Mas?" Sebuah pertanyaan umum yang biasa dilontarkan ketika mendapati seorang suami yang tidak pulang. "Kenapa sampai nggak pulang tadi malam tanda tanya kamu juga nggak angkat telep

    Last Updated : 2022-09-04
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Panggilan Yang Diabaikan

    Bab 78Panggilan yang DiabaikanPov AuthorHilda berteriak lantaran mendadak Mega tumbang di depannya. Dia meminta tolong kepada Retno agar membantunya mengangkat Mega. “Mbak Mega kenapa, Mbak?” Retno ikutan panik.“Nggak tahu. Dia tiba-tiba pingsan. Dari pagi emang udah kelihatan nggak sehat, sih.” Hilda mengalungkan tangan kanan Mega ke pundaknya, diikuti oleh Retno. Mereka membawa Mega ke ruang staff di mana ada sofa panjang di sana. Dia berusaha terus membangunkan teman sekaligus bosnya itu. “Mbak, bangun, Mbak!” serunya pelan sambil memijat lengan wanita itu.“Apa nggak sebaiknya kita bawa Mbak Mega ke rumah sakit atau klinik aja?” Hilda mengecek suhu tubuh Mega dengan menempelkan punggung tangan ke dahi wanita itu. Di sisi lain, Kevin yang sejak tadi memerhatikan dengan wajah polosnya mendadak menangis saat melihat sang ibu yang memejamkan mata.“Retno, kamu tenangin Kevin dulu, ya,” pinta Hilda merasa iba dengan situasi ini. Dia meraba saku rok panjang yang dikenakan Mega gu

    Last Updated : 2022-09-06
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Sok Bekerja Keras, Katanya

    Bab 79Sok Bekerja Keras, KatanyaPov MegaAku merasa badanku sakit semua, seakan-akan remuk karena habis terjun payung dan mendarat di bebatuan karang. Meskipun sejatinya aku tahu kalau jika benar-benar mengalaminya, aku sudah mati. Mendadak pikiranku sampai di sana. Pemikiran tentang apakah aku sudah mati?Seingatku, sebelumnya aku berada di toko dan sedang merapikan manekin bersama Hilda. Lalu, apa yang terjadi setelahnya?Aku membuka mata dengan berat dan saat itu cahaya lampu membuatku mengernyit.“Mega, kamu udah sadar?”Itu suara yang sangat aku kenali pemiliknya. Mas Mamat? Kenapa dia ada di sini?“Mas, aku panggilkan dokter aja, ya?”Dokter? Aku kenapa?Setelah beberapa saat, aku baru bisa melihat wajah Mas Mamat yang tampak cemas. Siluet Mbak Desi baru saja pergi.“Kamu nggak apa-apa, Ga?” tanyanya.“Mas, aku ada di mana?” Aku kesulitan untuk memikirkan apa yang terjadi padaku saat ini karena kepala seakan dihantam balok besi. “Rumah sakit,” jawab Mas Mamat. “Teman kamu bi

    Last Updated : 2022-09-06

Latest chapter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 112

    Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 111

    Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 110

    Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny

DMCA.com Protection Status