Gambaran malam itu kembali terbayang di benak Jacob. Jacob masih ingat dengan lekuk di belakang punggung, pinggang, bokong, bahkan kaki wanita itu. Tidak dipungkiri, tubuh Sienna tergolong seksi.Saat ini Sienna sedang membelakanginya sambil membungkuk untuk memadukan cat warna. Gerakan ini juga mengingatkan Jacob akan gambaran Jacob memeluk pinggangnya ketika bersetubuh di malam itu. Bulu mata Jacob bergetar dan tenggorokannya seketika terasa kering.Suasana mulai terasa hangat. Sienna memegang kuas mulai melukis. Hanya saja, dia merasakan hawa panas di tubuhnya.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Hawa panas kembali terasa di belakang punggungnya membuat Sienna tertegun di tempat. Namun, Jacob hanya melewati sisi Sienna, memiringkan tubuhnya untuk mengambil kuas yang satu lagi.Dada Jacob dan punggung Sienna tak sengaja bersentuhan dalam hitungan beberapa detik. Sienna tertegun di tempat tidak berani bergerak sama sekali. Tiba-tiba tampak Jacob meng
Sienna tidur hingga siang hari. Ketika bangun, kepalanya terasa sangat amat sakit. Saat ini, ponselnya tak berhenti bergetar. Dia segera mengangkatnya, lalu terdengar suara tergesa-gesa dari Berta, “Sienna, kenapa kamu baru angkat sekarang? Apa telah terjadi apa-apa sama kamu? Aku bahkan suruh pamanmu untuk pergi mencarimu.”Sienna melihat notifikasi panggilan tak dijawab, ternyata Berta telah meneleponnya sebanyak lima kali. Pantas saja, Berta begitu khawatir.“Aku baik-baik saja. Semalam aku bergadang, jadi aku baru saja bangun tidur.”Berta menghela napas lega. “Apa hari ini kamu sempat pergi memberi penghormatan kepada ibumu?”“Emm, aku sudah bangun. Aku akan segera ke sana.”“Kamu tidak perlu mempersiapkan apa-apa lagi. Semuanya sudah dipersiapkan pamanmu. Aku suruh dia menunggumu di depan resor. Nanti kamu suruh dia untuk mengantarmu.”Sienna mengakhiri panggilan. Lima menit kemudian, dia pun pergi menemui Robert.Robert berjalan menghampirinya. “Kata bibimu, semalam kamu bergada
Ketika mendengar suara ini, kening Jacob langsung berkerut. Dia mengangkat kepalanya, memalingkan kepalanya, lalu tampak Sienna yang sedang tersenyum.Pemandangan di Kabupaten Armana sangatlah indah. Saat ini, Sienna menunjukkan setengah wajahnya. Dapat terlihat cahaya kilau di dalam kedua matanya.Melihat gambaran ini, Jacob memegang dokumennya dengan semakin erat lagi. Kenapa dia selalu bertemu dengan Sienna?Sienna malah tidak merasa ada yang aneh. Dia kembali mengetuk jendela mobil. “Pak Jacob, boleh nggak?”Jacob menurunkan kepalanya, lalu membalas dengan suara ringan, “Naiklah.”Sienna membuka pintu mobil, segera memasuki mobil.Cahaya matahari di luar sana sangatlah terik, apalagi sekarang sedang siang. Ketika membuka pintu, tercium aroma matahari dan juga aroma wangi tubuh Sienna.Robert yang berdiri di belakang melihat Sienna telah memasuki mobil. Dia pun merasa tenang, lalu bergegas masuk ke dalam mobil.Baru saja mobil melaju sekitar tiga kilometer, tampak mobil BMW di depa
Juliana mengerutkan keningnya. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain lagi.Robbin sungguh tidak sanggup melihatnya. Dia pun membujuk, “Robert, kamu sudah tua. Kamu mesti jalan dua jam baru bisa sampai ke rumahmu. Bukankah teman Juliana ada sepeda motor. Biarkan Juliana naik sepeda motor saja.”Begitu ucapan selesai dilontarkan, Juliana pun langsung membantahnya, “Aku nggak ingin naik sepeda motor, apalagi matahari siang hari ini terik banget, kasihan kulitku. Temanku itu juga nggak suka dempet-dempetan sama orang tua. Jadi, dia sudah pulang. Kondisi tubuh ayahku sangatlah bugar. Anggap saja dia lagi olahraga. Paman Robbin, ayo jalan.”Emosi Robbin hampir meluap. Namun, berhubung Robert sudah menuruni mobil, dia juga tidak bisa berkata lain lagi.Setelah menuruni mobil, Robert berjalan kaki di bawah pancaran terik sinar matahari. Beberapa saat kemudian, kepalanya terasa kliyengan. Hanya saja, dia tidak enak hati untuk meminta tumpangan lagi. Jadi, dia memaksakan diri untuk melanjutka
Suara Juliana sangatlah besar. Sepertinya dia masih tidak ingin mengakhiri masalah ini. Saat ini, langkah kaki Jacob pun berhenti ketika mendengar ucapan Juliana. Dapat terlihat ekspresi meremehkan dari tatapannya.Jacob teringat dengan ucapan Sienna dulu. Dia pernah mengatakan bahwa hubungannya dengan sang suami sangatlah bagus. Ternyata rumah tangganya tidaklah bahagia.Seandainya rumah tangga Sienna tidaklah bahagia, bukankah dia bisa memilih untuk bercerai? Namun, Sienna tidak melakukannya, apa itu berarti dia sangat mencintai lelaki itu?Sienna menatap Juliana dengan ekspresi kesal. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Robert. Ketika menyadari panggilan tidak diangkat, Sienna spontan merasa panik.Hari ini suhu di luar sana mencapai 36 derajat. Apalagi Robert berjalan sendiri, meski dia pingsan akibat kepanasan, juga tidak ada yang mengetahuinya.“Juliana, ikut aku untuk mencari Paman.”Juliana memalingkan wajahnya. “Nggak, ah! Kecuali kamu kasih aku 200 juta!”Sienn
Robert sedang dalam kondisi head stroke. Sienna tidak mungkin perhitungan dengan orang sakit. Jadi, dia terpaksa mengangguk. “Paman, aku mengerti.”Setelah itu, Robert pun tersenyum merasa sangat bersalah terhadap Sienna.“Nanti kamu bawa pulang sosis buatan bibimu. Dia juga sudah buat asinan. Seingatku, sewaktu kamu masih sekolah, kamu suka sekali dengan asinan buatan bibimu.”“Emm.” Sienna tidak berbicara lagi. Dia fokus mengendarai mobilnya mengantar pamannya ke rumah sakit.Di saat perjalanan, Berta sempat menelepon bertanya kenapa mereka berdua belum pulang-pulang.“Paman terkena sengatan panas. Aku antar Paman ke rumah sakit. Sepertinya kita pulangnya malaman.”Mendengar kabar itu, Berta sungguh panik. “Di rumah sakit mana? Aku akan segera ke sana.”Setelah memberi tahu lokasi, Sienna pun mengakhiri panggilan. Kemudian, ada yang meneleponnya.“Halo, apa benar dengan Nona Sienna? Apartemenmu sudah berhasil dijual. Hanya saja, kamu perlu menandatangani surat jual beli. Kira-kira ka
Hati Jacob spontan menjadi luluh. Dia mengalihkan pandangannya, lalu berkata, “Masuklah.”Sienna takut Jacob akan berubah pikiran. Dia pun segera masuk ke dalam kamar Jacob. Di dalam kamar terdapat selembar meja. Di atasnya terdapat laptop dalam keadaan terbuka dan juga terdapat tumpukan dokumen.Sepertinya Jacob sedang sangat sibuk. Meski dia sedang dinas, dia juga membawa banyak dokumen untuk diselesaikannya.Kali ini Sienna baru tahu Jacob bisa dipilih untuk menjadi pewaris, mungkin bukan hanya karena bakatnya saja, juga karena keuletannya. Tidak semua orang berbakat sanggup menangani pekerjaan ini dan menanggung tanggung jawab ini.Sienna juga sadar diri tidak duduk di dekat laptop. Jacob berjalan ke depan meja, membuka dokumen, lalu mulai membacanya.Jacob yang sedang bekerja terlihat sangat dingin. Seluruh tubuhnya memancarkan aura membuat orang-orang tidak berani mendekatinya.Sienna menatap bayangan punggung Jacob yang tegap itu. Entah kenapa Sienna ingin sekali melukisnya. Lek
Belum sempat Sienna menyelesaikan omongannya, Sony berjalan masuk ke ruangan, lalu berkata dengan hormat, “Pak, ada panggilan dari Keluarga Winata, katanya ingin makan bersamamu.”Jacob langsung menunjukkan senyuman sinis. Makan?Sepertinya mereka telah mendengar kabar kepulangan Kakek Darwo. Apa mereka mengira mereka bisa mengikat Jacob?Semakin dipikir-pikir, Jacob semakin membenci seluruh anggota Keluarga Winata.“Tolak saja.”Sony mengangguk dengan hormat. Namun, dia kepikiran sesuatu, lalu lanjut bertanya, “Pak Harris dan putrinya sungguh berharap bisa bertemu denganmu. Katanya, mereka bahkan sudah memasak masakan andalan keluarga mereka.”Sebagai tokoh utama, Sienna sedang duduk di samping Jacob. Ketika mendengar ucapan ini, sendok di tangannya digenggam semakin erat lagi. Dia merasa seakan-akan ayahnya sudah tidak sabaran ingin mendorong putrinya keluar dari keluarganya, demi mendapat kesan bagus di diri Jacob.Terlintas kekecewaan di dalam tatapan Sienna. Sayangnya, rencana aya
Jero berniat mengingatkan Sienna agar tidak berselisih dengan Orlando dan Irena. Sienna mengangguk. Dia melihat pengurus rumah terus berdiri di depan pintu dan pintu kamar tidak ditutup. Apa Jero diawasi?Jero memijat keningnya. Dia bisa menebak pemikiran Sienna. Jero menghibur, "Sebenarnya nggak begitu menakutkan. Aku memang nggak dekat dengan Kakek dan Nenek, tapi mereka nggak terlalu mempersulit junior."Jero menambahkan, "Bagaimanapun, mereka sangat religius. Kalau nggak, mereka pasti sudah meninggalkan kediaman Keluarga Shankar dan pergi ke pulau."Jero berjalan ke pintu. Dia tiba-tiba mengingatkan lagi saat teringat sesuatu, "Sebaiknya pakai jalan tengah, jangan bertengkar dengan mereka."Sienna mengangguk, tetapi dia tidak yakin bisa menemukan jalan tengah. Sementara itu, Jero mencari Orlando dan Irena di ruang kerja.Kala ini, Orlando sedang menulis. Irena yang berdiri di samping ingin berbicara dengan Orlanda, tetapi dia ragu-ragu. Akhirnya, Irena hanya menghela napas.Orlando
Suasana di ruangan menjadi tegang. Orlando berdiri, lalu memandang Sienna dengan ekspresi puas dan berucap, "Auramu mirip dengan Omar. Kamu tinggal di sini satu malam dulu. Setelah hasilnya keluar, aku akan kabari kamu dan ...."Mungkin Orlando memang tidak mengenal Jacob. Jadi, dia berpikir sejenak sebelum menambahkan, "Kamu dan pacarmu tinggal di sini dulu."Sienna mengangguk, lalu membalas seraya tersenyum, "Maaf merepotkan Kakek."Tatapan Irena tertuju pada wajah Jacob lagi. Dia mengernyit, tetapi tidak mengatakan apa pun. Orlando yang berjalan keluar berpesan pada pengurus rumah, "Bawa Sienna dan pacarnya ke lantai atas supaya nggak diganggu orang lain."Sienna memang sedang mencari alasan untuk meninggalkan orang-orang ini. Di ruangan masih ada 20 lebih anggota Keluarga Shankar. Setelah Orlando pergi, mereka pasti akan mempersulit Sienna.Terutama Marko. Ekspresinya sangat masam. Sienna menggenggam tangan Jacob. Mereka berdua mengikuti pengurus rumah naik ke lantai 4 dengan menai
Orlando mengangkat kepala dan menatap Sienna terlebih dahulu, lalu mengalihkan pandangannya pada Jacob. Dia langsung menyipitkan matanya dan berdiri karena terkejut. Perubahan ekspresinya terlalu jelas sampai semua orang berpikir dia mungkin sudah melihat hantu.Pada saat itu, Irena juga mengangkat kepalanya dengan ekspresi yang tidak percaya juga. Namun, mereka berdua adalah orang yang sangat berpengaruh saat masih muda, sehingga mereka bisa mengendalikan emosi mereka dengan cepat.Orlando adalah orang pertama yang berbicara. "Jadi, kamu ini Sienna ya?"Sienna juga tidak menunjukkan sikapnya yang tegas karena dia tidak dipersulit. Dia mendekat dengan ramah dan menundukkan kepalanya. "Kakek, Nenek."Keluarga Shankar memiliki tata krama yang sangat baik. Meskipun anggota keluarga lainnya tidak setuju saham keluarga jatuh ke tangan Sienna, mereka semua tetap diam karena kedua tetua masih belum membuat keputusan. Bahkan Marko pun tidak berani bertindak ceroboh pada saat seperti ini. Aura
"Aku akan pergi bersamamu," kata Sienna.Begitu Sienna selesai berbicara, Jero dan Jacob langsung memegang pergelangan tangan Sienna secara bersamaan."Nggak boleh," kata Jero. Dia adalah anggota Keluarga Shankar, sehingga dia sangat memahami situasi di keluarga itu.Sekarang Omar sudah tumbang dan saham keluarga dipindahkan pada seseorang yang dianggap orang-orang di keluarga Shankar sebagai orang luar, Sienna pasti akan dikritik dengan keras jika malam ini ikut ke sana. Niat buruk mereka tidak kalah dari Marko, hanya saja Marko ini yang keterlaluan sampai membuat keributan ke sini.Jero menarik napas dalam-dalam. "Sebaiknya kamu dan Jacob pulang dulu. Jangan terlibat dalam masalah Keluarga Shankar dulu. Kakek dan Nenek adalah orang yang bijaksana.""Selama bertahun-tahun ini, Ayah mencarimu secara diam-diam. Bahkan aku pun baru tahu beberapa waktu yang lalu, Kakek dan Nenek pasti nggak tahu hal ini. Jadi, meskipun kamu nggak bersalah, kamu akan dianggap bersalah karena dua lembar sur
Marko mengernyitkan alis. Melihat penampilan wanita itu cukup cantik, dia langsung tertarik. "Apa ini kekasih barumu? Jero, lebih baik suruh dia pergi, Keluarga Shankar bukan tempat untuknya bersikap semena-mena."Sienna tahu situasi di Keluarga Shankar tidak damai, tetapi dia tidak menyangka Marko bisa ternyata begitu menjijikkan. Dia langsung mengeluarkan dua lembar surat pengalihan saham dan berkata dengan ekspresi dingin, "Aku adalah presdir baru Keluarga Shankar. Aku kembalikan kata-kata itu padamu, ini bukan tempat untukmu bersikap semena-mena."Marko yang tadinya masih tersenyum, ekspresinya langsung menjadi sangat dingin setelah melihat kedua dokumen itu. Dadanya juga mulai berdebar-debar. "Arlo, Jero, bagus sekali! Kalian malah memberikan seluruh saham Keluarga Shankar pada orang luar. Kalian benar-benar pantas mati. Lihat saja bagaimana kakek dan nenekmu akan menghukum kalian. Kalian tunggu saja.""Jero, kamu benar-benar makin keterlaluan, berani-beraninya kamu menipu kakakmu
Kekeruhan di mata Omar perlahan-lahan menghilang, tetapi dia tetap tidak bisa berbicara. Setelah air matanya menetes lagi, dia perlahan-lahan menutup matanya.Melihat pemandangan itu, Sienna berkata dengan nada yang jauh lebih tegas, "Aku akan menemukan penawar untuknya, jadi sebaiknya Tuan Jero tetap tinggal di sini saja. Sekarang Arlo nggak ada di sini, Keluarga Shankar membutuhkanmu. Yang lainnya juga pasti mengincar harta milik Keluarga Shankar."Jero membuka mulutnya karena situasinya memang seperti yang dikatakan Sienna, apalagi anggota Keluarga Shankar juga bukan hanya mereka saja.Saat Jero hendak mengatakan sesuatu, terdengar keributan dari lantai bawah dan seorang pelayan bergegas datang melapor, "Tuan Jero, mereka sudah datang."Saat terlihat perasaan jijik dari tatapan Jero, pintu tiba-tiba didorong dengan kasar. Pria yang masuk itu terlihat mirip dengan Omar, tetapi tidak memiliki aura yang kuat seperti Omar. Dia adalah adik sepupu Omar, Marko.Keluarga Shankar terkenal de
Setelah menutup telepon, Arlo segera memberi tahu Jero semua yang dikatakan Lily.Jero langsung marah sampai ingin membawa senjata, lalu pergi mencari Lily dan menembak Lily sampai pelurunya habis.Namun, Arlo memijat keningnya dan berkata, "Entah Jacob tahu organisasi misterius yang dia bilang. Jero, coba kamu tanya Jacob."Saat ini, Arlo takut untuk bertemu dengan Sienna dan juga Jacob. Dia hanya ingin mencari sebuah tempat untuk bersembunyi, tetapi dia merasa bertanggung jawab dengan ayahnya yang koma. Sebagai putra sulung, dia harus memikul beban ini.Namun, hati Arlo merasa agak bingung. Setelah melihat foto itu ruangan ayahnya saat itu, dia selalu gelisah karena merasa wanita di foto itu berbeda dengan Yuna. Jika benar-benar berbeda, berarti wanita itu adalah Luna. Ditambah lagi, Omar kadang-kadang mengigau memanggil Luna, sehingga dia bertanya-tanya apakah Omar sebenarnya mencintai Luna dan tidak pernah mencintai ibunya.Hati Arlo merasa pahit. Sebagai anak dari Yuna, dia merasa
Namun, para pengawal itu sama sekali tidak peduli dengan perkataan Lily. Telapak tangannya pun sudah memerah karena terus memukul-mukul jeruji besi kandang itu."Jangan! Berani-beraninya kalian! Kak Arlo, cepat selamatkan aku!" teriak Lily. Namun, tidak peduli seberapa keras pun dia berteriak, tetap tidak terlihat sosok Arlo di atas kapal itu.Melihat kandangnya benar-benar akan ditenggelamkan ke dasar sungai, Lily akhirnya berteriak dengan keras, "Katakan pada Arlo. Kalau dia membunuhku, jangan harap Omar bisa bangun lagi seumur hidupnya. Dia bukan pingsan karena terlalu emosi, tapi karena racunku. Siapa suruh Arlo membawaku menemuinya. Hehe.""Aku memang sengaja meracuni Omar agar dia mati. Sayangnya, Jero menghalangiku. Meskipun aku hanya sempat memberinya setetes, itu sudah cukup untuk membuat Omar koma seumur hidupnya."Mendengar perkataan itu, ekspresi para pengawal itu langsung berubah karena pengeras suara di ponsel mereka tetap aktif. Oleh karena itu, Arlo bisa mendengar apa y
Pipi Lily memerah karena gembira. Apakah yang dimaksud Arlo adalah saham Keluarga Shankar? Apakah Arlo ingin memberikan beberapa saham Keluarga Shankar padanya? Jika memiliki saham keluarga, kelak dia tidak perlu khawatir apakah anggota Keluarga Shankar lainnya akan menerimanya atau tidak lagi."Lily, aku ganti baju sebentar, biar pengawal yang membawamu ke sana dulu," kata Arlo."Baik. Kak, cepat menyusul ya," jawab Lily.Setelah itu, Lily perlahan-lahan dituntun menuju halaman belakang. Namun, dia sama sekali tidak tahu dia akan dibawa ke mana, hanya merasa dia menaiki sebuah kapal dan duduk di kursi yang nyaman. Tak lama kemudian, dia langsung merasa agak gelisah karena merasakan ada sesuatu yang mengikat kakinya ke kursi."Kenapa kalian mengikat kakiku?" tanya Lily."Nona Lily, ini adalah rantai kaki, hadiah yang bernilai puluhan miliar. Tuan yang memintaku menyiapkan ini, tapi sekarang kamu masih belum boleh melihatnya," jawab orang itu.Lily langsung merasa lega dan tersenyum. "A