Juliana mengerutkan keningnya. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain lagi.Robbin sungguh tidak sanggup melihatnya. Dia pun membujuk, “Robert, kamu sudah tua. Kamu mesti jalan dua jam baru bisa sampai ke rumahmu. Bukankah teman Juliana ada sepeda motor. Biarkan Juliana naik sepeda motor saja.”Begitu ucapan selesai dilontarkan, Juliana pun langsung membantahnya, “Aku nggak ingin naik sepeda motor, apalagi matahari siang hari ini terik banget, kasihan kulitku. Temanku itu juga nggak suka dempet-dempetan sama orang tua. Jadi, dia sudah pulang. Kondisi tubuh ayahku sangatlah bugar. Anggap saja dia lagi olahraga. Paman Robbin, ayo jalan.”Emosi Robbin hampir meluap. Namun, berhubung Robert sudah menuruni mobil, dia juga tidak bisa berkata lain lagi.Setelah menuruni mobil, Robert berjalan kaki di bawah pancaran terik sinar matahari. Beberapa saat kemudian, kepalanya terasa kliyengan. Hanya saja, dia tidak enak hati untuk meminta tumpangan lagi. Jadi, dia memaksakan diri untuk melanjutka
Suara Juliana sangatlah besar. Sepertinya dia masih tidak ingin mengakhiri masalah ini. Saat ini, langkah kaki Jacob pun berhenti ketika mendengar ucapan Juliana. Dapat terlihat ekspresi meremehkan dari tatapannya.Jacob teringat dengan ucapan Sienna dulu. Dia pernah mengatakan bahwa hubungannya dengan sang suami sangatlah bagus. Ternyata rumah tangganya tidaklah bahagia.Seandainya rumah tangga Sienna tidaklah bahagia, bukankah dia bisa memilih untuk bercerai? Namun, Sienna tidak melakukannya, apa itu berarti dia sangat mencintai lelaki itu?Sienna menatap Juliana dengan ekspresi kesal. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Robert. Ketika menyadari panggilan tidak diangkat, Sienna spontan merasa panik.Hari ini suhu di luar sana mencapai 36 derajat. Apalagi Robert berjalan sendiri, meski dia pingsan akibat kepanasan, juga tidak ada yang mengetahuinya.“Juliana, ikut aku untuk mencari Paman.”Juliana memalingkan wajahnya. “Nggak, ah! Kecuali kamu kasih aku 200 juta!”Sienn
Robert sedang dalam kondisi head stroke. Sienna tidak mungkin perhitungan dengan orang sakit. Jadi, dia terpaksa mengangguk. “Paman, aku mengerti.”Setelah itu, Robert pun tersenyum merasa sangat bersalah terhadap Sienna.“Nanti kamu bawa pulang sosis buatan bibimu. Dia juga sudah buat asinan. Seingatku, sewaktu kamu masih sekolah, kamu suka sekali dengan asinan buatan bibimu.”“Emm.” Sienna tidak berbicara lagi. Dia fokus mengendarai mobilnya mengantar pamannya ke rumah sakit.Di saat perjalanan, Berta sempat menelepon bertanya kenapa mereka berdua belum pulang-pulang.“Paman terkena sengatan panas. Aku antar Paman ke rumah sakit. Sepertinya kita pulangnya malaman.”Mendengar kabar itu, Berta sungguh panik. “Di rumah sakit mana? Aku akan segera ke sana.”Setelah memberi tahu lokasi, Sienna pun mengakhiri panggilan. Kemudian, ada yang meneleponnya.“Halo, apa benar dengan Nona Sienna? Apartemenmu sudah berhasil dijual. Hanya saja, kamu perlu menandatangani surat jual beli. Kira-kira ka
Hati Jacob spontan menjadi luluh. Dia mengalihkan pandangannya, lalu berkata, “Masuklah.”Sienna takut Jacob akan berubah pikiran. Dia pun segera masuk ke dalam kamar Jacob. Di dalam kamar terdapat selembar meja. Di atasnya terdapat laptop dalam keadaan terbuka dan juga terdapat tumpukan dokumen.Sepertinya Jacob sedang sangat sibuk. Meski dia sedang dinas, dia juga membawa banyak dokumen untuk diselesaikannya.Kali ini Sienna baru tahu Jacob bisa dipilih untuk menjadi pewaris, mungkin bukan hanya karena bakatnya saja, juga karena keuletannya. Tidak semua orang berbakat sanggup menangani pekerjaan ini dan menanggung tanggung jawab ini.Sienna juga sadar diri tidak duduk di dekat laptop. Jacob berjalan ke depan meja, membuka dokumen, lalu mulai membacanya.Jacob yang sedang bekerja terlihat sangat dingin. Seluruh tubuhnya memancarkan aura membuat orang-orang tidak berani mendekatinya.Sienna menatap bayangan punggung Jacob yang tegap itu. Entah kenapa Sienna ingin sekali melukisnya. Lek
Belum sempat Sienna menyelesaikan omongannya, Sony berjalan masuk ke ruangan, lalu berkata dengan hormat, “Pak, ada panggilan dari Keluarga Winata, katanya ingin makan bersamamu.”Jacob langsung menunjukkan senyuman sinis. Makan?Sepertinya mereka telah mendengar kabar kepulangan Kakek Darwo. Apa mereka mengira mereka bisa mengikat Jacob?Semakin dipikir-pikir, Jacob semakin membenci seluruh anggota Keluarga Winata.“Tolak saja.”Sony mengangguk dengan hormat. Namun, dia kepikiran sesuatu, lalu lanjut bertanya, “Pak Harris dan putrinya sungguh berharap bisa bertemu denganmu. Katanya, mereka bahkan sudah memasak masakan andalan keluarga mereka.”Sebagai tokoh utama, Sienna sedang duduk di samping Jacob. Ketika mendengar ucapan ini, sendok di tangannya digenggam semakin erat lagi. Dia merasa seakan-akan ayahnya sudah tidak sabaran ingin mendorong putrinya keluar dari keluarganya, demi mendapat kesan bagus di diri Jacob.Terlintas kekecewaan di dalam tatapan Sienna. Sayangnya, rencana aya
Berta juga merasa agak canggung, begitu pula dengan Robert yang berada di samping.Sienna tidak lagi meladeninya. “Paman, Bibi, aku pulang dulu, ya.”Berta dan Robert mengantarnya ke depan rumah. Pada saat ini, Sienna berpikir sejenak, lalu tak tahan kuasa untuk bertanya, “Paman, bukankah ada bos besar yang ingin mengembangkan kawasan pariwisata di Kabupaten Armana? Seandainya mereka benar-benar ingin menggusur tempat tinggal kalian, apa yang akan kalian lakukan dengan uang ganti rugi itu?”Harga rumah di kabupaten sangatlah murah. Dengan harga dua miliar, mereka pun bisa membeli rumah yang sangat luas dengan isi empat kamar tidur.Ketika mengungkit masalah ini, Robert terlihat sangat antusias.“Utang kakak sepupumu masih tersisa 200-an juta. Aku akan melunasi sisa utang kepada lintah darat, lalu membeli rumah yang agak bagus. Sienna, kenapa kamu tiba-tiba menanyakan masalah ini? Apa kamu mendapat bocoran informasi?”Robert masih ingat bahwa Sienna pernah duduk semobil dengan Jacob.“E
Sienna menarik napas dalam-dalam, lalu melihat Jacob. “Pak Jacob, hari ini aku juga akan pulang ke ibu kota. Gimana kalau kamu naik mobilku saja?”Juliana spontan melebarkan kedua matanya. Dia sungguh tidak menyangka Sienna akan merebut idenya.“Bagus, dasar wanita jalang! Ternyata kamu ingin merayu lelaki lain di belakang suamimu! Pantas saja, padahal kamu sudah pergi, kamu malah sengaja kembali. Aku rasa mobil ini pasti kamu yang hancurin, ‘kan? Jangan-jangan kamu sedang menunggu kesempatan ini? Kenapa kamu nggak tahu malu banget, sih? Coba semuanya lihat, inilah tamatan S1 yang kalian banggakan!”Orang-orang yang berkerumun di depan resor tidaklah banyak. Hanya saja, setelah mendengar suara jeritan Juliana, semua orang pun keluar untuk melihatnya.Jantung Sienna berdegup kencang. Dia tampak menggigit bibir bawahnya. Jika Juliana bukanlah kakak iparnya, sepertinya dia sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Semuanya juga karena mereka masih menghormati paman dan bibinya. Sudahlah, ji
Sudah lama Sienna tidak menyukai karakter Juliana. Hanya saja, paman dan bibinya malah begitu menoleransinya, dia pun semakin menjadi-jadi.Robert menyadari Sienna tidak berniat untuk meminta pengampunan untuk Juliana. Dia pun melanjutkan, “Meskipun Juliana sengaja, masalah ini juga masih bisa dirundingkan. Kamu juga tahu kami bersalah terhadap Juliana. Kalau dia ribut ingin bercerai, itu berarti kelak kakak sepupumu tidak akan bisa beristri lagi.”“Dia sudah menggelapkan uang klien dan meminjam banyak uang dari lintah darat. Masalah ini sudah tersebar luas di Kabupaten Armana. Kelak wanita mana yang bersedia untuk menikah dengan kakak sepupumu? Hanya Juliana saja yang masih setia. Jika terjadi apa-apa dengan Juliana, bagaimana dengan aku dan bibimu ….”Sienna memejamkan matanya dengan tidak berdaya. Paman dan bibinya sudah hidup menderita selama ini. Semua uang hasil jerih payah mereka malah telah dihamburkan oleh menantunya. Sienna menekan-nekan keningnya, lalu menjawab, “Paman, apa