Fabian merespons, "Sudah kuhubungi. Yang angkat bahkan adalah Pak Hendra. Dia bilang prestasi Dinda sangat bagus dan selalu menjadi yang pertama. Pak Hendra sangat memperhatikannya. Bagaimana mungkin Dinda akan belajar nakal? Karena akhirnya ada seseorang dari keluarga kita yang berkuliah di Universitas Perfilman Nasional, aku bahkan merasa senang ketika lembur.""Tapi, belakangan ini terlalu sering ada evaluasi, jadi cukup melelahkan. Ketika rekan-rekanku tahu bahwa Dinda berkuliah di Universitas Perfilman Nasional, mereka semua sangat iri. Setelah lulus nanti, putri kita pasti akan menghasilkan banyak uang," ujar Fabian.Ketika Dinda mendengar kata-kata orang tuanya, dia merasa sangat terbebani. Gadis itu bersandar di dinding dan perlahan berlutut. Dia ingin sekali menangis.Akan tetapi, Meira malah membuka pintu pada saat ini. Saat melihat putrinya, dia lagi-lagi agak kesal, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan di luar? Ayahmu bahkan sudah pulang. Kenapa kamu masih berlama-lama di
Sony merasa iba di dalam hatinya. Dia menjawab, "Nggak begitu baik."Mendengar ini, Sienna agak tersentak. Wanita itu lanjut bertanya, "Apa dia mendengar semua perkataanku?""Iya, nggak ada satu kata pun yang terlewat," jawab Sony.Sienna menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk membuka pintu kantor Jacob. Saat ini, Jacob tengah duduk sendirian di dalam kantor. Mungkin tahu bahwa dia sudah datang, jadi pria itu pun agak mendongak. Sienna merasa cukup gelisah. Dia berjalan ke depan meja Jacob, lalu menyapa, "Tuan Jacob."Hanya mendengar suaranya saja, amarah Jacob langsung mereda. Dia mengernyit sambil melihat penampilan Penny hari ini.Wanita itu mengenakan setelan katun pendek yang dipadukan dengan celana jeans lurus, serta sepasang sepatu hak tinggi. Penampilannya sangat sederhana. Siapa pun di luar sana pasti jauh lebih seksi dari Penny. Akan tetapi, bentuk tubuhnya terlalu bagus sehingga penampilannya memberikan pesona yang berbeda. Bahkan, Penny terlihat sangat angg
Pria mana lagi yang akan menjadi mangsa Sienna berikutnya? Apa dia memang senakal itu?Sienna dikurung sosok Jacob dan rahangnya yang dicengkeram kuat terasa sangat menyakitkan. Jacob menurunkan pandangan dan menatapnya dengan sorot mata rumit. Akhirnya, Jacob mengendurkan cengkeramannya dan berkata, "Ikut aku masuk."Jacob merasa bahwa membiarkan Sienna menunggu di luar sama sekali tidak aman. Wanita itu pun mengikuti Jacob masuk tanpa daya. Ada wanita asing dan beberapa eksekutif lain yang duduk di dalam. Jacob dan orang-orang itu mengobrol dengan bahasa asing dalam pertemuan itu. Di akhir diskusi, wanita asing itu meminta para eksekutifnya untuk keluar.Tak lama, hanya si wanita asing dan Jacob yang tertinggal di ruangan, ditambah dengan Sienna yang duduk tidak jauh dari mereka. Sienna tidak duduk semeja dengan mereka, melainkan duduk di sofa.Wanita asing itu mengatakan sesuatu pada Jacob dalam bahasa asing. Lantaran suaranya sangat pelan, Sienna tidak bisa mendengar apa yang diuca
Jacob memungut lembar-lembar kertas yang berserakan di dalam mobil. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan mengetikkan beberapa pertanyaan di internet.[ Bagaimana reaksi wanita ketika cemburu? ][ Sekretarisku melempar dokumen ke wajahku, apa aku harus memecatnya? ][ Bagaimana harus menghadapi sekretaris yang genit? ]Dari tiga pertanyaan itu, hanya penelusuran pertanyaan pertama yang membuahkan hasil. Hanya saja, jawaban itu jelas diberikan oleh seseorang yang tidak jelas kredibilitasnya. Jacob yang tidak mengerti wanita percaya-percaya saja pada yang dibacanya.[ Reaksi wanita saat menangis paling-paling menangis atau merajuk. Saat seorang wanita cemburu, belikan saja hadiah untuk membujuknya. ]Jacob mematikan layar ponsel. Dia seketika merasa bahwa Sienna tadi memang merajuk. Jadi, wanita itu benar-benar cemburu padanya? Tidak sia-sia dia menghabiskan dua jam untuk bersandiwara dengan wanita asing tadi. Hasilnya lumayan juga.Jacob tidak melakukan apa-apa dengan wanita itu. Sebelu
Dinda tampak sangat gugup. Dia juga diliputi perasaan bersalah saat melihat Sienna membaca naskahnya dengan serius.Beberapa menit kemudian, Sienna meletakkan naskah di tangannya dan bertanya, "Dinda, kudengar kamu mahasiswa terbaik di jurusan ini, ya?"Dinda mengangguk dengan mata memerah. Kedua tangannya saling terkepal dan bibirnya pun tidak bisa berhenti bergetar.Sienna menghela napas dan melanjutkan, "Menurutku naskah ini bukan sesuatu yang seharusnya ditulis mahasiswa terbaik. Aku sudah menyuruh seseorang untuk memeriksa nilaimu. Sejak awal berkuliah hingga tahun ketigamu sekarang, setiap dosen selalu memuji ide-idemu. Tapi, aku nggak melihat ada yang spesial dari naskah ini."Dinda menundukkan kepala dan berkata dengan suara serak, "Nona Penny, aku cuma bisa memberikan naskah ini. Aku ...."Ucapan Dinda terpotong saat Hendra mendadak muncul dan berujar, "Dinda, Nona Penny. Kebetulan sekali kita bertemu."Sienna mendongak dan melihat Hendra berjalan menghampiri mereka. Pria itu
Dinda muntah dua kali lagi, membuat Hendra merasa jijik. Pria itu berkata, "Revisi naskah itu sekali lagi. Kalau Penny masih belum puas, biarkan saja, mulai sekarang jauhi dia."Dinda menjawab dengan lemah, "Baik, baik, Pak Hendra. Aku mohon ...."Hendra mulai mengencangkan ikat pinggangnya. Sekujur tubuhnya mengeluarkan bau seperti orang tua. Setelah dia pergi, Dinda berlutut di lantai dengan tubuh gemetar, lalu muntah lagi.Sewaktu Dinda selesai merapikan diri dan keluar, dia mendapati Sienna tengah berdiri tepat di depan pintu kantor Hendra. Dinda tersentak kaget hingga mundur selangkah. Sienna menyadari wajah gadis itu lebih pucat dibandingkan sebelumnya. Padahal dia baru pergi selama belasan menit."Nona Penny ...," ujar Dinda dengan suara bergetar.Sienna mengeluarkan tisu dan memberikannya pada Dinda. Namun, gadis itu tidak berani menerimanya.Sienna menunjuk ke dalam kantor sambil berkata, "Ponselku ketinggalan di dalam."Dinda minggir dan membiarkan Sienna masuk. Ruangan itu s
Sienna ingin tahu apakah Hendra mengancam Dinda. Namun, dari gerak-gerik Dinda yang gelisah, terlihat jelas bahwa gadis itu takut orang lain melihatnya bersama Sienna."Baiklah, Dinda. Ini alamat perusahaanku, kutunggu kabar darimu," ujar Sienna.Dinda hanya membaca catatan itu sekilas untuk mengingat alamatnya. Setelah itu, dia langsung mengembalikan catatan itu seraya berkata, "Aku akan mengingatnya di kepalaku saja." Sikapnya yang sangat berhati-hati menunjukkan bahwa gadis itu sangat tidak berdaya.Setelah kembali ke kantor, Sienna mengurus beberapa dokumen sembari menunggu. Sekitar pukul 17.00, dia menerima sebuah paket. Terselip pula uang tunai beberapa ratus ribu di dalam paket itu. Paket itu berisi tiga buah naskah yang ditulis tangan.Sienna membaca naskah pertama. Kilat keterkejutan melintasi matanya. Naskah ini berisikan drama detektif yang sangat menarik. Alur ceritanya penuh kejutan dan pelakunya tidak akan tertebak sampai akhir cerita.Metode yang digunakan pelaku untuk m
Fabian menendang Dinda, lalu menjelaskan, "Ya, seseorang menelepon Dinda dan membahas soal ketiga naskahnya. Pak Hendra, kamu tahu kalau aku sangat memercayaimu. Kalau suatu hari nanti naskah Dinda laku terjual, kami akan sangat berterima kasih padamu.""Aku hanya merasa kalau akhir-akhir ini Dinda makin bandel. Sekarang, dia juga sepertinya pacaran tanpa sepengetahuan kami. Aih, aku benar-benar nggak tahu harus gimana mendidiknya lagi. Ibunya dan aku sama-sama sibuk bekerja dan kurang berpendidikan," tambah Fabian.Begitu kata-kata itu terlontar, Dinda langsung bangun dan menyambar ponsel dari tangan Fabian. "Arggghhh!" teriak Dinda bak orang gila.Fabian dan Meira kebingungan dengan tingkah Dinda. Mereka tidak bisa percaya bahwa orang yang berteriak histeris itu adalah putri mereka. Selagi kedua orang tuanya terdiam, Dinda segera mengambil ponselnya dan berlari keluar.Saat tersadar, Fabian menunjuk Dinda dengan jari bergetar seraya berkata, "Anak itu sudah gila. Apa dia nggak tahu k