Dinda tampak sangat gugup. Dia juga diliputi perasaan bersalah saat melihat Sienna membaca naskahnya dengan serius.Beberapa menit kemudian, Sienna meletakkan naskah di tangannya dan bertanya, "Dinda, kudengar kamu mahasiswa terbaik di jurusan ini, ya?"Dinda mengangguk dengan mata memerah. Kedua tangannya saling terkepal dan bibirnya pun tidak bisa berhenti bergetar.Sienna menghela napas dan melanjutkan, "Menurutku naskah ini bukan sesuatu yang seharusnya ditulis mahasiswa terbaik. Aku sudah menyuruh seseorang untuk memeriksa nilaimu. Sejak awal berkuliah hingga tahun ketigamu sekarang, setiap dosen selalu memuji ide-idemu. Tapi, aku nggak melihat ada yang spesial dari naskah ini."Dinda menundukkan kepala dan berkata dengan suara serak, "Nona Penny, aku cuma bisa memberikan naskah ini. Aku ...."Ucapan Dinda terpotong saat Hendra mendadak muncul dan berujar, "Dinda, Nona Penny. Kebetulan sekali kita bertemu."Sienna mendongak dan melihat Hendra berjalan menghampiri mereka. Pria itu
Dinda muntah dua kali lagi, membuat Hendra merasa jijik. Pria itu berkata, "Revisi naskah itu sekali lagi. Kalau Penny masih belum puas, biarkan saja, mulai sekarang jauhi dia."Dinda menjawab dengan lemah, "Baik, baik, Pak Hendra. Aku mohon ...."Hendra mulai mengencangkan ikat pinggangnya. Sekujur tubuhnya mengeluarkan bau seperti orang tua. Setelah dia pergi, Dinda berlutut di lantai dengan tubuh gemetar, lalu muntah lagi.Sewaktu Dinda selesai merapikan diri dan keluar, dia mendapati Sienna tengah berdiri tepat di depan pintu kantor Hendra. Dinda tersentak kaget hingga mundur selangkah. Sienna menyadari wajah gadis itu lebih pucat dibandingkan sebelumnya. Padahal dia baru pergi selama belasan menit."Nona Penny ...," ujar Dinda dengan suara bergetar.Sienna mengeluarkan tisu dan memberikannya pada Dinda. Namun, gadis itu tidak berani menerimanya.Sienna menunjuk ke dalam kantor sambil berkata, "Ponselku ketinggalan di dalam."Dinda minggir dan membiarkan Sienna masuk. Ruangan itu s
Sienna ingin tahu apakah Hendra mengancam Dinda. Namun, dari gerak-gerik Dinda yang gelisah, terlihat jelas bahwa gadis itu takut orang lain melihatnya bersama Sienna."Baiklah, Dinda. Ini alamat perusahaanku, kutunggu kabar darimu," ujar Sienna.Dinda hanya membaca catatan itu sekilas untuk mengingat alamatnya. Setelah itu, dia langsung mengembalikan catatan itu seraya berkata, "Aku akan mengingatnya di kepalaku saja." Sikapnya yang sangat berhati-hati menunjukkan bahwa gadis itu sangat tidak berdaya.Setelah kembali ke kantor, Sienna mengurus beberapa dokumen sembari menunggu. Sekitar pukul 17.00, dia menerima sebuah paket. Terselip pula uang tunai beberapa ratus ribu di dalam paket itu. Paket itu berisi tiga buah naskah yang ditulis tangan.Sienna membaca naskah pertama. Kilat keterkejutan melintasi matanya. Naskah ini berisikan drama detektif yang sangat menarik. Alur ceritanya penuh kejutan dan pelakunya tidak akan tertebak sampai akhir cerita.Metode yang digunakan pelaku untuk m
Fabian menendang Dinda, lalu menjelaskan, "Ya, seseorang menelepon Dinda dan membahas soal ketiga naskahnya. Pak Hendra, kamu tahu kalau aku sangat memercayaimu. Kalau suatu hari nanti naskah Dinda laku terjual, kami akan sangat berterima kasih padamu.""Aku hanya merasa kalau akhir-akhir ini Dinda makin bandel. Sekarang, dia juga sepertinya pacaran tanpa sepengetahuan kami. Aih, aku benar-benar nggak tahu harus gimana mendidiknya lagi. Ibunya dan aku sama-sama sibuk bekerja dan kurang berpendidikan," tambah Fabian.Begitu kata-kata itu terlontar, Dinda langsung bangun dan menyambar ponsel dari tangan Fabian. "Arggghhh!" teriak Dinda bak orang gila.Fabian dan Meira kebingungan dengan tingkah Dinda. Mereka tidak bisa percaya bahwa orang yang berteriak histeris itu adalah putri mereka. Selagi kedua orang tuanya terdiam, Dinda segera mengambil ponselnya dan berlari keluar.Saat tersadar, Fabian menunjuk Dinda dengan jari bergetar seraya berkata, "Anak itu sudah gila. Apa dia nggak tahu k
Sony terkejut. Menurutnya, sepertinya ini bukan gaya Nona Penny. Wanita itu tidak terlihat seperti orang yang akan mengambil langkah pertama dalam hubungan asmara. Namun, pada akhirnya Sony hanya bisa mengiakan.Saat Jacob masuk ke mobilnya, bibirnya melengkungkan senyuman tipis tanpa bisa ditahan. Di sisi lain, Sienna yang baru mengganti pakaian dan hendak berangkat mendadak menerima telepon dari Jack. Pria itu bertanya dengan halus apakah Sienna sudah siap.Sienna mengira Jack terlalu sibuk sehingga tidak sempat membaca pesannya. Jadi, dia memberi tahu Jack alamat bioskopnya lewat telepon. Bioskop tempat mereka akan menonton terletak di lantai empat mal di sekitar sana. Jack segera mengemudikan mobilnya ke sana dengan hati riang.Namun, Jacob tiba lebih awal dari mereka. Ini adalah pertama kalinya Jacob ke bioskop, jadi dia tidak tahu prosedurnya. Akhirnya, dia hanya berdiri diam sambil menunggu Sienna datang.Dengan tubuh tinggi, tegap, dan gaya berpakaiannya yang rapi, sosok Jacob
Jacob berdiri diam di tempat, menatap Sienna dan Jack masuk bersama.Sementara itu, petugas pemeriksa tiket memandang Jacob sambil tersenyum. Sepertinya, dia bisa melihat bahwa pria ini sedang kesal. Seketika, dia pun mengalihkan pandangannya karena tidak berani menatap terlalu lama.Jacob mundur selangkah, tetapi malah tidak sengaja menabrak Jimmy. Jimmy datang kemari untuk membawa Sandra menonton bioskop. Awalnya, Jimmy mengira dirinya sedang berhalusinasi. "Kak Jacob?" Setelah memanggil, dia menggosok kedua matanya. Pria yang ada di hadapannya memang Jacob.Jacob melirik tiket yang ada di tangan Jimmy. Kebetulan, nomor tempat duduknya berada di sebelah Sienna. Dia langsung merampas selembar tiket, lalu memberikannya kepada petugas.Petugas menyaksikan kejadian ini dengan bingung. Jimmy juga tidak mengerti. Dia hanya mempunyai 2 lembar tiket dan itu adalah tiket terakhir untuk film ini. Dia tidak mungkin membiarkan kakak sepupunya menonton film bersama Sandra, 'kan?Jimmy berpikir se
Jacob tidak menjawab. Napasnya terasa berat.Jimmy seketika merasa sedikit takut, tetapi dia tetap membujuk, "Mungkin Penny menyukai pria biasa seperti suaminya. Kak Jacob sangat sempurna. Dia pasti merasa tertekan kalau bersamamu. Jangan sedih.""Apa menurutmu aku sedang sedih?" Ekspresi Jacob tampak dingin. Dia masih mengelak, "Aku tidak tertarik padanya." Ketika melangkah pergi, pria ini tiba-tiba teringat sesuatu. Dia pun melanjutkan dengan datar, "Lagi pula, dia sudah bercerai. Aku rasa, mantan suaminya juga dicampakkan olehnya. Benar-benar pria yang malang."Jacob berjalan menuju ke mobilnya. Dia datang ke bioskop malam ini karena mendapat kabar tentang Penny. Begitu memikirkan ini, dia seketika menertawakan diri sendiri. Hatinya penuh dengan amarah. Setelah masuk ke mobil, dia langsung menginjak pedal gas.Setibanya di hotel, ada panggilan masuk dari Wiandro. Dia mengatakan bahwa perkiraan box office telah mencapai 6 triliun. "Jacob, selamat untukmu dan Penny. Uang yang kalian i
Sienna dan Jack telah meninggalkan gedung mal. Mereka berdua sedang membahas tentang box office kali ini."Penny, perkiraan box office saat ini sudah mencapai 6 triliun. Setelah ini, kekayaanku akan bertambah." Wajah Jack sedikit merona. Dia melanjutkan, "Aku akan menghasilkan banyak uang untuk S.M." Sienna menepuk-nepuk pintu mobil Jack sembari menimpali, "Pulanglah dan cepat istirahat. Dalam waktu dekat ini, aku akan mencari proyek lain untukmu."Faktanya, saat ini latar belakang S.M masih belum cukup baik. Mungkin, S.M masih harus bergantung pada ketenaran Jack untuk tetap berjalan. Sekarang, Sienna hanya bisa mengandalkan beberapa naskah yang diberikan oleh Dinda.Naskah dan sutradara sudah ada. Yang tersisa adalah mulai merencanakan syuting. Jika beberapa naskah ini menjadi populer, S.M akan bisa berkembang.Sienna berencana untuk menjadikan Jack sebagai pemeran utama pria. Mengenai pemeran utama wanita, Sienna memutuskan untuk menggunakan pendatang baru yang akan menandatangani