Pria mana lagi yang akan menjadi mangsa Sienna berikutnya? Apa dia memang senakal itu?Sienna dikurung sosok Jacob dan rahangnya yang dicengkeram kuat terasa sangat menyakitkan. Jacob menurunkan pandangan dan menatapnya dengan sorot mata rumit. Akhirnya, Jacob mengendurkan cengkeramannya dan berkata, "Ikut aku masuk."Jacob merasa bahwa membiarkan Sienna menunggu di luar sama sekali tidak aman. Wanita itu pun mengikuti Jacob masuk tanpa daya. Ada wanita asing dan beberapa eksekutif lain yang duduk di dalam. Jacob dan orang-orang itu mengobrol dengan bahasa asing dalam pertemuan itu. Di akhir diskusi, wanita asing itu meminta para eksekutifnya untuk keluar.Tak lama, hanya si wanita asing dan Jacob yang tertinggal di ruangan, ditambah dengan Sienna yang duduk tidak jauh dari mereka. Sienna tidak duduk semeja dengan mereka, melainkan duduk di sofa.Wanita asing itu mengatakan sesuatu pada Jacob dalam bahasa asing. Lantaran suaranya sangat pelan, Sienna tidak bisa mendengar apa yang diuca
Jacob memungut lembar-lembar kertas yang berserakan di dalam mobil. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan mengetikkan beberapa pertanyaan di internet.[ Bagaimana reaksi wanita ketika cemburu? ][ Sekretarisku melempar dokumen ke wajahku, apa aku harus memecatnya? ][ Bagaimana harus menghadapi sekretaris yang genit? ]Dari tiga pertanyaan itu, hanya penelusuran pertanyaan pertama yang membuahkan hasil. Hanya saja, jawaban itu jelas diberikan oleh seseorang yang tidak jelas kredibilitasnya. Jacob yang tidak mengerti wanita percaya-percaya saja pada yang dibacanya.[ Reaksi wanita saat menangis paling-paling menangis atau merajuk. Saat seorang wanita cemburu, belikan saja hadiah untuk membujuknya. ]Jacob mematikan layar ponsel. Dia seketika merasa bahwa Sienna tadi memang merajuk. Jadi, wanita itu benar-benar cemburu padanya? Tidak sia-sia dia menghabiskan dua jam untuk bersandiwara dengan wanita asing tadi. Hasilnya lumayan juga.Jacob tidak melakukan apa-apa dengan wanita itu. Sebelu
Dinda tampak sangat gugup. Dia juga diliputi perasaan bersalah saat melihat Sienna membaca naskahnya dengan serius.Beberapa menit kemudian, Sienna meletakkan naskah di tangannya dan bertanya, "Dinda, kudengar kamu mahasiswa terbaik di jurusan ini, ya?"Dinda mengangguk dengan mata memerah. Kedua tangannya saling terkepal dan bibirnya pun tidak bisa berhenti bergetar.Sienna menghela napas dan melanjutkan, "Menurutku naskah ini bukan sesuatu yang seharusnya ditulis mahasiswa terbaik. Aku sudah menyuruh seseorang untuk memeriksa nilaimu. Sejak awal berkuliah hingga tahun ketigamu sekarang, setiap dosen selalu memuji ide-idemu. Tapi, aku nggak melihat ada yang spesial dari naskah ini."Dinda menundukkan kepala dan berkata dengan suara serak, "Nona Penny, aku cuma bisa memberikan naskah ini. Aku ...."Ucapan Dinda terpotong saat Hendra mendadak muncul dan berujar, "Dinda, Nona Penny. Kebetulan sekali kita bertemu."Sienna mendongak dan melihat Hendra berjalan menghampiri mereka. Pria itu
Dinda muntah dua kali lagi, membuat Hendra merasa jijik. Pria itu berkata, "Revisi naskah itu sekali lagi. Kalau Penny masih belum puas, biarkan saja, mulai sekarang jauhi dia."Dinda menjawab dengan lemah, "Baik, baik, Pak Hendra. Aku mohon ...."Hendra mulai mengencangkan ikat pinggangnya. Sekujur tubuhnya mengeluarkan bau seperti orang tua. Setelah dia pergi, Dinda berlutut di lantai dengan tubuh gemetar, lalu muntah lagi.Sewaktu Dinda selesai merapikan diri dan keluar, dia mendapati Sienna tengah berdiri tepat di depan pintu kantor Hendra. Dinda tersentak kaget hingga mundur selangkah. Sienna menyadari wajah gadis itu lebih pucat dibandingkan sebelumnya. Padahal dia baru pergi selama belasan menit."Nona Penny ...," ujar Dinda dengan suara bergetar.Sienna mengeluarkan tisu dan memberikannya pada Dinda. Namun, gadis itu tidak berani menerimanya.Sienna menunjuk ke dalam kantor sambil berkata, "Ponselku ketinggalan di dalam."Dinda minggir dan membiarkan Sienna masuk. Ruangan itu s
Sienna ingin tahu apakah Hendra mengancam Dinda. Namun, dari gerak-gerik Dinda yang gelisah, terlihat jelas bahwa gadis itu takut orang lain melihatnya bersama Sienna."Baiklah, Dinda. Ini alamat perusahaanku, kutunggu kabar darimu," ujar Sienna.Dinda hanya membaca catatan itu sekilas untuk mengingat alamatnya. Setelah itu, dia langsung mengembalikan catatan itu seraya berkata, "Aku akan mengingatnya di kepalaku saja." Sikapnya yang sangat berhati-hati menunjukkan bahwa gadis itu sangat tidak berdaya.Setelah kembali ke kantor, Sienna mengurus beberapa dokumen sembari menunggu. Sekitar pukul 17.00, dia menerima sebuah paket. Terselip pula uang tunai beberapa ratus ribu di dalam paket itu. Paket itu berisi tiga buah naskah yang ditulis tangan.Sienna membaca naskah pertama. Kilat keterkejutan melintasi matanya. Naskah ini berisikan drama detektif yang sangat menarik. Alur ceritanya penuh kejutan dan pelakunya tidak akan tertebak sampai akhir cerita.Metode yang digunakan pelaku untuk m
Fabian menendang Dinda, lalu menjelaskan, "Ya, seseorang menelepon Dinda dan membahas soal ketiga naskahnya. Pak Hendra, kamu tahu kalau aku sangat memercayaimu. Kalau suatu hari nanti naskah Dinda laku terjual, kami akan sangat berterima kasih padamu.""Aku hanya merasa kalau akhir-akhir ini Dinda makin bandel. Sekarang, dia juga sepertinya pacaran tanpa sepengetahuan kami. Aih, aku benar-benar nggak tahu harus gimana mendidiknya lagi. Ibunya dan aku sama-sama sibuk bekerja dan kurang berpendidikan," tambah Fabian.Begitu kata-kata itu terlontar, Dinda langsung bangun dan menyambar ponsel dari tangan Fabian. "Arggghhh!" teriak Dinda bak orang gila.Fabian dan Meira kebingungan dengan tingkah Dinda. Mereka tidak bisa percaya bahwa orang yang berteriak histeris itu adalah putri mereka. Selagi kedua orang tuanya terdiam, Dinda segera mengambil ponselnya dan berlari keluar.Saat tersadar, Fabian menunjuk Dinda dengan jari bergetar seraya berkata, "Anak itu sudah gila. Apa dia nggak tahu k
Sony terkejut. Menurutnya, sepertinya ini bukan gaya Nona Penny. Wanita itu tidak terlihat seperti orang yang akan mengambil langkah pertama dalam hubungan asmara. Namun, pada akhirnya Sony hanya bisa mengiakan.Saat Jacob masuk ke mobilnya, bibirnya melengkungkan senyuman tipis tanpa bisa ditahan. Di sisi lain, Sienna yang baru mengganti pakaian dan hendak berangkat mendadak menerima telepon dari Jack. Pria itu bertanya dengan halus apakah Sienna sudah siap.Sienna mengira Jack terlalu sibuk sehingga tidak sempat membaca pesannya. Jadi, dia memberi tahu Jack alamat bioskopnya lewat telepon. Bioskop tempat mereka akan menonton terletak di lantai empat mal di sekitar sana. Jack segera mengemudikan mobilnya ke sana dengan hati riang.Namun, Jacob tiba lebih awal dari mereka. Ini adalah pertama kalinya Jacob ke bioskop, jadi dia tidak tahu prosedurnya. Akhirnya, dia hanya berdiri diam sambil menunggu Sienna datang.Dengan tubuh tinggi, tegap, dan gaya berpakaiannya yang rapi, sosok Jacob
Jacob berdiri diam di tempat, menatap Sienna dan Jack masuk bersama.Sementara itu, petugas pemeriksa tiket memandang Jacob sambil tersenyum. Sepertinya, dia bisa melihat bahwa pria ini sedang kesal. Seketika, dia pun mengalihkan pandangannya karena tidak berani menatap terlalu lama.Jacob mundur selangkah, tetapi malah tidak sengaja menabrak Jimmy. Jimmy datang kemari untuk membawa Sandra menonton bioskop. Awalnya, Jimmy mengira dirinya sedang berhalusinasi. "Kak Jacob?" Setelah memanggil, dia menggosok kedua matanya. Pria yang ada di hadapannya memang Jacob.Jacob melirik tiket yang ada di tangan Jimmy. Kebetulan, nomor tempat duduknya berada di sebelah Sienna. Dia langsung merampas selembar tiket, lalu memberikannya kepada petugas.Petugas menyaksikan kejadian ini dengan bingung. Jimmy juga tidak mengerti. Dia hanya mempunyai 2 lembar tiket dan itu adalah tiket terakhir untuk film ini. Dia tidak mungkin membiarkan kakak sepupunya menonton film bersama Sandra, 'kan?Jimmy berpikir se
Ed melempar pisau itu ke tong sampah, lalu menyerahkan 00 kepada Hans dan berujar, "Tanya Bu Mae sekarang Fredie ada di mana."Orang abnormal seperti Fredie pasti tidak akan melepaskan wanita yang sangat mirip dengan Luna. Niat jahat Ed muncul, dia merasa seperti Sienna yang menderita jika 00 dinodai Fredie. Mana mungkin Fredie sama sekali tidak menyentuh Luna setelah mengurungnya selama bertahun-tahun?Jika Luna dan putrinya sama-sama dinodai Fredie, ini hal yang menarik. Ed merasa antusias begitu memikirkan hal ini.Sebelumnya 00 memang dilatih secara profesional, tetapi dia hanya berlatih untuk meniru Sienna. Kemampuan bertarung 00 tidak begitu hebat. Dia tidak bisa melindungi dirinya dari orang munafik seperti Ed.Sekarang kedua tangan 00 ditahan sehingga dia sama sekali tidak bisa bergerak. Dia berteriak, "Lepaskan aku!"Ed menyahut, "Aku bisa lepaskan kamu. Tapi, kamu harus beri tahu aku di mana Jacob dan apa tujuannya."Apa Jacob benar-benar masuk ke markas penelitian? Namun, un
Namun, sekarang mereka tidak bisa mengeluarkan Arlo. Begitu bahan eksperimen hilang, semua anggota markas penelitian akan menyadari ada orang yang menyusup. Nantinya semua orang di markas penelitian akan diperiksa.Jacob dan lainnya yang belum berhasil kabur akan terekspos. Mereka tidak akan bisa keluar lagi. Sekarang Jacob harus kembali ke ventilasi, lalu mengambil kembali botol-botol obat dan mengembalikannya ke tempat semula. Dengan begitu, Jacob baru bisa menghilangkan kecurigaan terhadap dirinya."Bakti, kamu kembali ke tempatmu dulu," ucap Jacob.Bakti bertanya, "Bagaimana dengan Arlo?"Jacob memijat kening seraya menyahut, "Aku lihat dia masih bernapas. Seharusnya dia belum mati. Kalau kita mengeluarkannya, kita semua pasti mati."Tentu saja Bakti memahami hal ini. Kemudian, Bakti pergi. Jacob kembali ke ruang penelitian Sharon. Ruangan ini tidak terpengaruh, tetapi Sharon menghilang.Jacob tidak curiga. Dia langsung kembali ke kamarnya, lalu memanjat ke ventilasi dan mengambil
Jacob tahu itu adalah suara pria berseragam yang muncul di aula utama. Seharusnya dia mengikuti rapat di Armania, tetapi banyak kamera pengawas dipasang di berbagai sudut markas penelitian. Cepat atau lambat pria berseragam pasti akan mengetahui kekacauan di sini.Hanya saja, Jacob tidak menyangka pria itu akan mengetahuinya begitu cepat. Jacob terus memutar otak, lalu membuka pintu kandang binatang buas. Semua binatang buas pun keluar.Bakti yang berdiri di samping bertanya, "Memangnya ada gunanya? Kekacauan yang kita buat langsung digagalkan oleh suara bel yang aneh. Aku rasa orang-orang di sini sudah dihipnosis. Apa pun kondisinya, mereka akan segera bangun begitu mendengar suara bel itu."Jacob menjawab, "Ada. Sekelompok binatang buas ini sudah dijinakkan. Kalau mereka dilepaskan, mereka hanya ingin kabur. Binatang buas ini cuma berani makan orang yang dimasukkan ke kandang."Jacob melanjutkan, "Waktu melihat orang di luar kandang, semua binatang buas ini akan ketakutan dan mengamu
Dulu Ed memang ingin mendapatkan lencana itu, tetapi sekarang dia sama sekali tidak menyentuhnya. Hans yang mengambil lencana itu dan memainkannya sejenak sebelum menyematkannya di pakaian Ed.Ed tiba-tiba merasa sesak. Amarahnya hampir meledak. Ed menarik napas dalam-dalam, lalu melihat lencana di dadanya. Dia menepis tangan Hans.Hans melirik Ed dengan gugup dan berjalan ke pintu. Setelah pintu ditutup, Ed merasa gusar. Dia menarik napas lagi, lalu mengambil rokok. Begitu Ed menyalakan rokok, tiba-tiba terdengar suara raungan yang keras.Ed membuang abu rokok dan pergi ke aula utama untuk memeriksa kondisinya. Suasana di aula kacau balau. Pemuda di ruang eksperimen nomor 8 dilepaskan. Sekarang terdengar suara tembakan.Selain itu, asap putih mengepul dan menyebar dengan cepat. Seketika, seluruh ruangan diselimuti asap.Para staf penelitian di aula panik. Mereka meringkuk di sudut karena takut diincar senjata mematikan itu.Senjata mematikan itu paling membenci staf penelitian. Setida
Pria berseragam mengamati Sharon dan bertanya, "Sepertinya Bu Sharon nggak menyukai Ed. Padahal itu orang yang direkomendasikan Mae."Sharon lanjut menyusun tabung reaksi, lalu menjawab dengan datar, "Aku cuma nggak merasa cocok."Ketujuh petinggi tidak mengatakan apa pun. Mereka tahu sifat Sharon agak aneh. Jacob yang berdiri di depan Sharon bisa melihat layar dengan jelas.Seharusnya ruang rapat para petinggi tidak terletak di area ini. Desain ruangannya jauh berbeda. Yang membuat Jacob bingung adalah latar belakang tempat para petinggi berada tampak sangat familier. Namun, Jacob tidak bisa mengingatnya.Jacob yakin tempat itu bukan bagian internal markas penelitian. Dia mengernyit, mungkin mereka memang tidak berada di area ini. Bahkan, mereka tidak berada di Kango.Tidak ada yang tahu identitas ketujuh petinggi ini. Kemungkinan besar mereka adalah petinggi dari negara lain, jadi mereka memakai topeng. Mungkin juga mereka tidak mengetahui identitas satu sama lain dan hanya merupakan
Di Afrikan. Sienna terus memperhatikan berita di dalam negeri. Setelah memastikan Cristin dihujat habis-habisan, Sienna baru merasa puas.Sienna tidak menelepon Wanda. Nantinya Wanda pasti akan meminta maaf kepada Sienna lagi. Lebih baik dia tidak mengganggu Wanda dan membiarkannya istirahat untuk beberapa waktu.Sienna mengusap matanya, lalu meletakkan laptop di atas meja. Wanita di samping mengingatkan, "Ibu hamil harus batasi penggunaan peralatan elektronik."Sienna pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Ketika keluar, matanya tetap memerah. Belum ada kabar dari Jacob. Minggu ini Sienna kurang istirahat, dia sering terbangun saat tengah malam karena mimpi buruk.Sekarang Sienna merasa lelah sesudah mengurus masalah di dalam negeri. Setelah menunggu 1 hari lagi, Sienna sudah kehilangan kesabaran.Sienna menelepon Jero, mungkin saja Jero sudah mendapatkan petunjuk. Jero berucap, "Nggak ada, Sienna. Kamu nggak usah khawatir. Sistem di markas penelitian sangat rumit, kemungkinan merek
Keesokan harinya, Wanda baru mendengar kabar Cristin pergi ke luar negeri. Rebecca mengira Wanda akan merasa senang, tetapi Wanda tetap terlihat tenang. Wanda terus memandang ke luar jendela. Setelah beberapa saat, dia baru mengangguk.Wanda makin kurus. Wajahnya tampak tirus. Saat bermimpi di malam hari, Wanda akan memanggil, "Wanwan."Wanda tidak berani membayangkan bagaimana Wanwan mati. Setiap mengingat hal ini, Wanda akan membenci dirinya yang tidak berguna.Rebecca mengkhawatirkan kondisi mental Wanda, jadi dia ingin mengundang psikolog. Wanda menolak, "Nggak usah, cuma tubuhku yang sakit. Aku cuma butuh istirahat yang cukup."Wanda diantar pulang. Makanan anjing dan air di mangkuk masih ada, tetapi Wanwan sudah pergi. Wanda takut dirinya menangis di depan Rebecca. Dia segera tersenyum dan berujar, "Rebecca, jadwalmu sudah terganggu. Sebaiknya kamu kembali syuting. Kamu tenang saja, aku pasti istirahat di rumah."Rebecca mengangguk, lalu berpesan setelah berpikir sejenak, "Aku s
Cristin masih linglung ketika dibawa keluar dari kediaman Keluarga Salim. Dia sudah berlutut sambil memohon pada keluarganya, tetapi tidak ada yang membelanya. Bahkan, kakak Cristin juga menghindari adiknya. Semua orang tetap terdiam.Dulu, kehidupan Cristin sangat indah. Sekarang dia berakhir tragis. Sebelumnya, Cristin merasa Wanda sangat kasihan. Wanda dicampakkan orang tuanya dan semua orang, bahkan Benny juga tidak menginginkannya lagi. Biarpun Wanda memohon, Benny juga tidak memedulikannya. Namun, saat ini nasib Cristin sama seperti Wanda. Dia juga dicampakkan begitu saja.Cristin naik ke mobil, lalu dia dibawa ke sebuah vila. Sopir berkata, "Nona Cristin, cepat bereskan kopermu. Pesawat terbang 3 jam lagi. Ke depannya kamu nggak usah pulang."Ini adalah keputusan Keluarga Salim. Mereka juga telah mengumumkan keputusan ini di internet dan memberi keluarga siswa yang mati itu kompensasi sebesar 20 miliar.Namun, para netizen tetap menghujat Cristin dan Keluarga Salim. Semua masal
Tubuh Cristin lemas. Dia meremas ponselnya dan air matanya terus mengalir. Anggota Keluarga Salim masih mengetuk pintu kamar Cristin sambil berseru."Cristin, apa kamu sudah lihat berita di internet? Saham Keluarga Salim anjlok lagi. Sebaiknya kamu minta maaf. Tindakanmu memang keterlaluan.""Hujatan di internet terus bertambah. Para pemegang saham mulai marah-marah. Kalau kamu nggak bersuara, kemungkinan besar Keluarga Salim akan diperiksa petinggi."Cristin yang duduk di lantai memeluk kedua kakinya. Bahunya terus bergetar. Dia berteriak, "Aku nggak mau minta maaf pada wanita rendahan itu!"Anggota Keluarga Salim di luar berang setelah mendengar ucapan Cristin. Bisa-bisanya Cristin bersikap kekanak-kanakan pada saat-saat seperti ini!Salah satu anggota Keluarga Salim membalas, "Oke. Kalau kamu nggak mau minta maaf, Keluarga Salim akan segera mengumumkan bahwa kamu sudah diusir! Ke depannya semua tindakanmu nggak ada hubungannya dengan Keluarga Salim! Kamu pikirkan baik-baik!"Keluarg